| dc.description.abstract | Jeli agar dikenal sebagai makanan penutup praktis, ekonomis, dan cocok
menjadi makanan selingan. Jeli agar ini dikemas dalam beberapa jenis wadah, salah
satunya berbentuk cup. Jeli agar dalam kemasan cup (jeli agar cup) digemari pula
karena teksturnya yang kenyal. Pada umumnya, jeli agar cup mengandung bahan
tambahan pangan (BTP) untuk menunjang stabilitasnya dan meningkatkan umur
simpan. Namun, beberapa BTP tidak cocok dikonsumsi untuk penderita penyakit
tertentu maupun konsumen dengan kondisi tertentu, sehingga perlu dicantumkan
informasi khusus pada label kemasannya.
Tekstur kenyal yang menjadi keunggulan jeli agar cup dapat pula berisiko
menyebabkan bahaya fisik serius seperti tersedak, terlebih untuk konsumen anakanak
dan penderita disfagia atau kesulitan menelan. Profil tekstur jeli agar cup perlu
dikaji untuk mengetahui karakteristik penyebab tersedak tersebut, baik dengan
pembentuk gel atau hidrokoloid ataupun BTP lain yang digunakan. Kondisi ini
dapat dicegah dengan adanya informasi berupa saran dan keterangan peringatan
yang mengarah pada hal tersebut, sehingga kesesuaian informasi pada label dengan
regulasi penting untuk diidentifikasi, baik secara umum atapun mengenai bahan
tambahan pangan, keterangan peringatan, hingga saran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian adalah mendapatkan
profil tekstur jeli agar cup komersial yang akan dikaji kaitannya dengan risiko
bahaya tersedak, mengevaluasi informasi label produk jeli agar cup khususnya
terkait saran dan keterangan peringatan, dan mengevaluasi persepsi konsumen di
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) terhadap informasi saran
dan keterangan peringatan pada label jeli agar cup. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap;
tahap pertama yaitu profiling tekstur jeli agar cup komersial sebanyak 20 sampel
dengan metode Texture Profile Analysis (TPA) menggunakan alat ukur Texture
Analyzer dengan parameter hardness, cohesiveness, adhesiveness, spriginess, dan
chewiness; tahap kedua yaitu identifikasi pemenuhan label saran dan keterangan
peringatan pada kemasan jeli agar cup; dan tahap ketiga yaitu kajian persepsi
konsumen terkait informasi saran dan peringatan label jeli agar cup dengan
kuesioner serta uji validiatas dan relabilitas.
Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa jeli agar cup bertekstur kenyal
dengan nilai hardness dan cohesiveness yang tinggi. Nilai hardness rata-rata
berkisar ± 13 N dari nilai tertinggi 61,04 N, dan cohesiveness rata-rata berkisar ±
0,18 dari nilai tertinggi 0,33. Jeli agar cup tersebut umumnya menggunakan
hidrokoloid jeli bubuk dan karagenan yang jika digunakan pada konsentrasi terlalu
tinggi akan menyebabkan nilai hardness dan cohesiveness meningkat, sehingga
tekstur menjadi lebih kokoh dan sulit ditelan, yang meningkatkan risiko tersedak.
Pada tahap 2 mengenai kajian pemenuhan label untuk saran dan keterangan
peringatan pada kemasan primer dan sekunder jeli agar cup, menunjukkan bahwa
saran dan keterangan peringatan label jeli agar cup terkait risiko tersedak masih
sedikit dicantumkan oleh produsen. Terdapat sebesar 30% (6 dari 20 merek)
produsen telah mencantumkan saran, serta sebesar 5% (1 dari 20 merek) untuk
keterangan peringatan. Jeli agar cup dengan nilai cohesiveness tinggi
direkomendasikan untuk mencantumkan saran pencegahan tersedak. Pencantuman
saran didominasi oleh sampel yang menggunakan hidrokoloid konyaku (sebesar
50% atau 3 dari 6 merek yang mencantumkan saran pencegahan tersedak), yang
jika menggunakan rasio yang tinggi akan menghasilkan sifat lebih padat, kaku, dan
elastis sehingga sulit ditelan. Keterangan peringatan yang merujuk pada
pencegahan tersedak belum diregulasikan di Indonesia, sehingga diperlukan
pertimbangan untuk hal ini.
Pada tahap 3 dilakukan survei persepsi konsumen terkait label jeli agar cup,
khususnya informasi saran dan keterangan peringatan. Hasil survei diolah dengan
metode skala Likert dan dikonversi menjadi persentase persepsi di mana didominasi
pada kategori baik yaitu sebanyak 67,80% terkait risiko tersedak dan 82,20% terkait
peringatan BTP (n = 410). Artinya, kepedulian terhadap risiko bahaya tersedak
telah cukup baik, namun masih dapat ditingkatkan dengan adanya sosialisasi oleh
pihak regulator maupun produsen agar peningkatan pengetahuan lebih menyeluruh
pada masyarakat. | |