Analisa efisiensi alat pelayu teh "Withering Trough" pada pengolahan teh hitam CTC di Perkebunan Gunung Mas PTP Nusantara VIII
Abstract
Teh merupakan komoditas ekspor yang penting bagi perekonomian Indonesia, selain sebagai salah satu sumber devisa bagi negara juga menyediakan lapangan pekerjaan. Komoditas teh banyak memberikan kehidupan baik bagi petani/pekebun, karyawan yang bekerja di perkebunan besar, pengusaha dan pedagang yang bergerak dalam perdagangan teh. Di pasaran Internasional dikenal tiga jenis teh berdasarkan perbedaan cara pengolahannya yaitu teh hitam (black tea), teh hijau (green tea) dan teh oolong (oolong tea). Perbedaan dari ketiga jenis teh ini didasarkan pada proses fermentasi teh, dimana teh hitam mengalami proses fermentasi, teh hijau tidak mengalami proses fermentasi dan teh oolong mengalami proses fermentasi sebagian. Perkembangan pengolahan teh senantiasa mengikuti perkembangan pasar/konsurnen. Dikenal 2 jenis pengolahan teh hitam yaitu pengolahan Orthodox (teh dengan partikel besar) dan pengolahan CTC (Curling, Tearing, Crushing). Pengolahan teh dengan CTC hampir semua daun (pucuk) teh hancur dan fermentasi berjalan rata, serta air hasil seduhan berwarna pekat dengan rasa kuat. Pengolahan teh dimulai dengan proses pelayuan pucuk teh. Proses pelayuan merupakan proses yang paling banyak memerlukan perhatian khusus, karena proses pelayuan merupakan tahap awal dari proses pengolahan teh yang menjadi kunci utama keberhasilan dalam pengolahan teh selanjutnya dan diharapkan akan diperoleh kondisi-kondisi yang cocok untuk proses pengolahan teh selanjutnya (Soenardi Djajaatmadja, 1987). Sejak tahun 1953 telah dimulai penelitian untuk menemukan suatu sistem pelayuan yang mampu menguapkan air secara proposional selam proses pelayuan berlangsung (Mc Tear, 1966). Tujuan penelitian yang dilakukan adalah mempelajari secara mendalam proses pelayuan dalam pengolahan teh hitam CTC, yaitu mengenai perlakuan tebal tumpukan pucuk, kadar air pucuk teh dan kecepatan aliran udara terhadap laju pelayuan. Selain itu juga menghitung efisiensi penggunaan energi dalam proses pelayuan dengan bebagai kondisi pelayuan, serta menentukan kondisi optimum pada proses pelayuan. Proses pelayuan merupakan tahap awal dari keseluruhan proses pengolahan teh hitam, dilakukan baik dengan cara tradisional maupun modem. Dengan proses pelayuan diharapkan akan diperoleh kondisi pucuk yang siap olah untuk tahapan proses selanjutnya. Tujuan dari proses pelayuan adalah menurunkan kadar air (MC) pucuk teh sampai 72-75 % bb agar pucuk teh lemas sehingga akan meringankan proses penggilingan serta meletakkan dasar-dasar fermentasi. Prinsip pelayuan adalah melewatkan udara hangat inelalui sela-sela daun teh sampal mencapai derajat layu tertentn. Penelitian dilakukan di Perkebunan Gunung Mas, PTP Nusantara VIII, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan waktu penelitian pada bulan September 2001 sampai Oktober 2001. Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi : berat awal dan akhir sampel, kadar air awal dan akhir sampel, suhu (suhu bahan, suhu udara keluar tnmpukan bahan, suhu pelayuan dan suhu udara lingkungan),laju penurunan kadar air, lama proses pelayuan, kecepatan aliran udara pelayu, volume udara pelayu dan derajat layu. Pengisian pueuk teh segar pada Withering Trough dilakukan dengan ketebalan 40 dan 50 em dengan perlakuan tanpa penambahan udara panas, kemudian dilakukan pembeberan seeara merata. Selanjutnya diambil eontoh pueuk yang dimasukkan ke dalam keranjang sampel yang terbuat dari kotak kayu dengan ukuran 35 x 35 x 10 em, alas kotak kayu terbuat dari jaring nil on. Keranjang sampel diletakkan pada tiga lokasi yang berbeda yaitu di ujung masukan udara pelayu, tengah dan ujung lainnya pada Withering Trough. Pengukuran kadar air awal dan kadar air akhir dilakukan dengan menggunakan Sartorius. Penurunan kadar air bahan selam proses pelayuan berlangsung dihitung berdasarkan nilai penurunan berat sampel dari pueuk teh. Parameter-parameter pelayuan diukur tiap 3 jam sekali. Proses ini terus dilakukan sampai pueuk menjadi layu sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil pengukuran dan penghitungan didapatakan nilai efisiensi pelayuan terbesar yaitu 76.10 % dieapai oleh kombinasi taraf tebal tumpukan bahan 40 em pada posisi klep fan Yz terbuka. Sedangkan efisiensi pelayuan terkeeil dieapai oleh kombinasi taraf tebal tumpukan bahan 50 em pada posisi klep fan Y. terbuka yaitu sebesar 22.81 %. Konsumsi energi listrik terkeeil yang dibutuhkan pada proses pelayuan dicapai oleh kombinasi tebal tumpukan bahan 50 em pada posisi klep fan terbuka penuh yaitu sebesar 0.07 Kwhlkg pueuk teh. Sedangkan konsumsi energi terbesar yaitu 0.10 Kwhlkg pueuk teh yang dieapai oleh kombinasi tebaI tumpukan bahan 40 em pada posisi klep fan Y. terbuka. Kondisi optimum proses pelayuan di Perkebunan Gunung Mas dieapai oleh kombinasi taraf tebal tumpukan bahan 50 em pada posisi klep fan terbuka penuh.