Strategi Pengembangan Model Bisnis Perkreditan Perbankan : Studi Kasus KPR Non Subsidi PT Bank Tabungan Negara.
Abstract
FARID ALGHOFARI. Strategi Pengembangan Model Bisnis Perkreditan Perbankan : Studi Kasus KPR Non Subsidi PT Bank Tabungan Negara Dibimbing oleh JOYO WINOTO dan YUDHA HERYAWAN ASNAWI.
Perkembangan KPR Non Subsidi di Indonesia cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, tentunya juga dengan risiko yang terekspose pada Perbankan. Adapun risiko yang dihadapi Perbankan saat ini adalah adanya Debitur fiktif pada pengajuan kredit KPR. Dalam mengembangkan produk KPR Non Subsidi, Bank BTN melakukan perubahan Model Bisnis untuk mewujudkan visi perusahaan. Namun dalam perkembangannya, model bisnis ini memiliki celah kelemahan yang dapat berpotensi menimbulkan kredit-kredit yang tidak berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi di PT Bank Tabungan Negara (BTN), mengidentifikasi kelemahan utama dalam model bisnis, serta merumuskan strategi pengembangan berdasarkan Analytical Hierarchy Process (AHP), SWOT, dan Benchmarking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis KPR Non Subsidi BTN masih menghadapi tantangan signifikan, terutama dalam aspek pengambilan keputusan kredit, proses verifikasi awal, serta mitigasi risiko kredit. Konflik dalam pengambilan keputusan antara Kantor Cabang dan Regional Loan Processing Centre (RLPC) telah menyebabkan inkonsistensi dalam persetujuan kredit, meningkatkan potensi fraud, serta memperlambat proses bisnis. Selain itu, kelemahan dalam sistem verifikasi dokumen awal yang masih bersifat administratif tanpa validasi mendalam telah membuka celah bagi manipulasi data debitur, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap risiko kredit bermasalah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa digitalisasi masih belum dimanfaatkan secara optimal dalam proses bisnis KPR Non Subsidi BTN. Padahal, dalam perbandingan dengan bank kompetitor, adopsi teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dalam penilaian kredit, Optical Character Recognition (OCR) dalam verifikasi dokumen, penggunaan Early Warning System (EWS) dalam mitigasi risiko kredit terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan mengurangi tingkat Non-Performing Loan (NPL). Analisis AHP yang dilakukan juga menegaskan bahwa kelemahan dalam proses bisnis merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja KPR Non Subsidi BTN, diikuti oleh kekuatan, ancaman, dan peluang. Oleh karena itu, strategi yang diusulkan dalam penelitian ini berfokus pada sentralisasi pengambilan keputusan kredit di RLPC, penguatan proses verifikasi awal berbasis digital, percepatan digitalisasi layanan KPR, peningkatan manajemen risiko kredit, serta diversifikasi produk KPR untuk meningkatkan daya saing.
Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, BTN diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama dalam operasional KPR Non Subsidi, meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan kredit, serta memperkuat daya saing di industri perbankan. Selain itu, implementasi sistem berbasis data dan teknologi akan memungkinkan BTN untuk menyesuaikan diri dengan tren digitalisasi dalam sektor perbankan, yang semakin berkembang dalam menghadapi dinamika pasar dan regulasi. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa perbaikan dalam proses bisnis dan strategi berbasis teknologi merupakan langkah krusial bagi BTN dalam mencapai visi menjadi "The Best Mortgage Bank in Southeast Asia" pada tahun 2025.
Collections
- MT - Business [4046]
