View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Business
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Business
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Strategi Pengembangan Komoditi Sukun Dalam Peningkatan Diversifikasi Pangan

      Thumbnail
      View/Open
      full text (4.914Mb)
      Date
      2004
      Author
      Suraningsih, Maya Safrina
      Gumbira-Said, E
      Harianto
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Untuk memenuhi konsumsi rata-rata penduduk Indonesia per tahun sebesar 123 Kg dan jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,7% per tahun, pemerintah harus mengimpor beras sebesar 3,7 juta ton pada tahun 2002 dari negara-negara lain seperti Thailand dan Vietnam, sedangkan produksi gabah Indonesia pada tahun 2002 sebesar 51,5 juta ton. Tingkat konsumsi beras di Indonesia selama ini jauh lebih besar dari yang diproduksi. Berdasarkan kondisi tersebut di atas terlihat bahwa ketergantungan terhadap satu jenis pangan pokok yaitu beras, tidak boleh terus berkelanjutan. Oleh karena itu dalam program pembangunan pertanian 2000 -2004, diversifikasi pangan merupakan salah satu kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program tersebut dilakukan melalui peningkatan penganekaragaman bahan pangan dan mutu pangan, seiring dengan sasaran untuk mengurangi ketergantungan pada beras dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan sumber pangan lokal yang beragam, sesuai kondisi agroekosistem serta memperhatikan kelembagaan dan budaya lokal. Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan 1) mengidentifikasi dan menganalisa faktor intemal dan eksternal pengembangan komoditi sukun dalam meningkatkan diversifikasi pangan, 2) merumuskan dan merancang alternatif-alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan komoditi sukun dalam meningkatkan diversifikasi pangan, 3) menentukan prioritas strategi untuk pengembangan komoditi sukun dalam meningkatkan diversifikasi pangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, konsep teoritis yang mendasari penelitian ini diantaranya konsep dari ketahanan pangan menurut UU Pangan No.7 tahun 1996 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik Jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau). Sedangkan penganekaragaman pangan, yaitu proses pengembangan produk pangan yang tidak tergantung kepada satu jenis bahan saja, tetapi memanfaatkan macam-macam bahan pangan. Pengembangan tersebut mencakup aspek produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan di tingkat rumah tangga yang tertuang dalam Pedoman Umum Penganekaragaman Pangan. Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik analisa yaitu teknik IFE/EFE, teknik SWOT dan teknik AHP. Dalam pelaksanaannya ketiga teknik di atas dilakukan secara perhitungan manual. Digunakan ketiga teknik tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa selain sederhana dalam penggunaannya, juga mampu menghasilkan keluaran yang akurat atau dapat digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sistem pakar, sehingga hasil penelitian ini sangat tergantung pada keabsahan, para pakar dalam memberikan kontribusi dan tanggapannya. Pakar yang dipilih meliputi pakar di bidang pertanian khususnya agribisnis, baik secara disiplin ilmu atau secara profesi dan bahkan dapat saja kepakaran yang dimaksud karena yang bersangkutan terlibat secara keseharian dengan masalah ketahanan pangan dan pengolahan pangan. Jumlah pakar yang dimintal kontribusi dan tanggapannya terdiri dari lima belas orang. Namun demikian, dalam kenyataannya, dari lima belas responden pakar di atas yang konsisten dan pendapatnya dapat dianalisa adalah tujuh responden. Adapun hasil yang diperoleh dari rangkaian kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara internal dan eksternal pengembangan sukun dan usahataninya saat ini masih di bawah rata-rata (2.50), terindikasi dari beberapa aspek berikut ini. a. Sukun merupakan salah satu bahan pangan alternatif sumber karbohidrat dan manfaat sukun sangat banyak dan beragam, merupakan faktor internal sebagai kekuatan yang memiliki kepentingan relatif tertinggi (0,10) sekaligus memiliki rating yang tertinggi yaitu 4. Hal ini sebabkan karena sukun sebagai pangan pendamping beras yang berpotensi untuk dikembangkan dalam peningkatan diversifikasi pangan. b. Teknologi pengolahan sukun masih rendah, merupakan kelemahan utama dengan rating 1 tetapi memiliki kepentingan relatif tertinggi (0,10). Hal ini menunjukkan teknologi pengolahan merupakan faktor kelemahan yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan komoditi sukun, sehingga teknologi pengolahan sukun sangat diperlukan dalam upaya peningkatan nilai tambah produk olahan sukun. Faktor internal yang merupakan kelemahan utama lainnya yaitu produksi sukun masih rendah, daya simpan sukun segar pendek, pemanfaatan sukun belum tersosialisasi dan jaminan mutu sukun segar kurang. Hal ini disebabkan karena teknik budidaya sukun masih tradisional dan penanganan pasca panen di tingkat petani belum memenuhi stander mutu produk. Selain itu juga sukun termasuk buah klimakterik. c. Faktor eksternal keamanan Investor rendah memiliki kepentingan relatif rendah (0,07) sekaligus mendapatkan respon yang buruk ( rating 1) oleh stakeholder. Hal ini disebabkan karena stakeholder lebih mengarah dan memfokuskan kepada kemitraan dengan berbagai pengusaha/pedagang dalam skala pengembangan industri rumah tangga, sehingga penguatan kelembagaan petani tetap berjalan optimal. d. Jaminan stabilitas ekonomi dan politik kurang, merupakan faktor eksternal sebagai ancaman yang memiliki kepentingan relatif tertinggi (0,12) tetapi direspon rata-rata (rating 2) oleh stakeholder. Hal ini disebabkan karena pengembangan sukun masih dalam skala pengembangan nasional terutama untuk pengembangan daerah sentra sukun atau daerah tertentu sehingga jaminan stabilitas ekonomi dan politik belum dianggap berpengaruh besar terhadap pengembangan sukun untuk meningkatkan diversifikasi pangan. e. Potensi pengembangan areal produksi sukun masih terbuka merupakan faktor ekstemal sebagai peluang yang memiliki kepentingan relatif terrendah (0,07) tetapi direspon superior/tinggi (rating 4) oleh stakeholder. Hal ini disebabkan karena stakeholder belum mementingkan perluasan areal pengembangan sukun tetapi lebih mementingkan peningkatan produktifitas (intensifikasi) dan mutu produk sukun. 2. Beberapa alternatif strategi yang dilakukan dalam pengembangan komoditi sukun untuk meningkatkan diversifikasi pangan, yaitu peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sukun, peningkatan kemitraan/ unit pengolahan sukun, mensosialisasikan sukun secara agresif kepada masyarakat, penyediaan bantuan modal kerja melalui pola kemitraan, mensosialisasikan untuk mengkonsumsi pangan alternatif selain beras dan peningkatan keamanan berinvestasi di industri pengolahan sukun. 3. Alternatif strategi di atas jika diimplementasikan dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa alternatif strategi yang memiliki prioritas tertinggi adalah penyediaan bantuan modal kerja melalui pola kemitraan, dengan tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan masyarakat/petani, dan pelaku utamanya adalah pemerintah pusat dan daerah serta faktor yang perlu diperhatikan adalah pemasaran dan promosi hasil/produk. Dari beberapa temuan yang diperoleh tersebut, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Melaksanakan strategi yang telah menjadi prioritas dari hasil penelitian ini sebagai bahan acuan dalam penentuan kebijakan pengembangan komoditi sukun oleh stakeholder yang terkait. 2. Melaksanakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (petani/masyarakat, staf penyuluh baik di pusat maupun di daerah) melalui pelatihan, studi banding, bimbingan dan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat yang lebih intensif dalam bidang teknologi budidaya, penanganan panen dan pasca panen serta pengolahan pangan oleh stakeholder yang terkait. 3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana (sarana tranportasi, irigasi/pengairan dan alat penanganan panen dan pascapanen) dengan program BPLM (Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat) di daerah sentra pengembangan sukun. 4. Melaksanakan promosi yang agresif dan berkelanjutan guna memperlancar pemasaran hasil produk olahan sukun, dengan mengaktifkan kembali Pusat Kajian Makanan Tradisional dan Geral Pangan Lokal di tiap Propinsi (saat ini yang sudah berjalan di Jawa Timur). 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara stakeholder yang terkait untuk mencapai keberhasilan yang optimal dalam pengembangan komoditi sukun. 6. Agar pemerintah berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan jaminan keamanan dan kemudahan untuk berusaha.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159797
      Collections
      • MT - Business [4046]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository