| dc.description.abstract | Setelah memasuki AFTA tahun 2003, angin persaingan yang semakin intens di dalam dunia industri dan perdagangan semakin mendesak para pelaku industri dan perdagangan nasional, mulai dari yang berskala besar dengan lingkup internasional hingga usaha regional berskala kecil menengah. Elim Group sebagai sebuah kelompok usaha berskala menengah yang berkantor pusat di Kota Jepara, juga menghadapi tekanan yang sama. Hal ini semakin parah karena di tengah kondisi yang demikian, seluruh unit bisnis di dalam portofolio bisnis Elim Group belum memiliki visi yang jelas sebagai pemandu dalam menjalankan bisnisnya. Sebagai akibatnya, unit-unit bisnis yang berada di dalam portofolio bisnis Elim Group, dikhawatirkan akan mengalami stagnasi dalam operasi usahanya, seperti yang telah terjadi selama ini. Unit-unit bisnis yang berada dalam portofolio bisnis Elim Group sebagai berikut (1) Aneka Furniture, yang bergerak di bidang perdagangan furnitur (2) Hotel Elim, yang bergerak di bidang jasa layanan akomodasi (3) Restoran Elim, yang bergerak di bidang produk dan jasa restoran (4) Toserba Aneka, yang merupakan unit bisnis pertama dari Elim Group yang bergerak di bidang perdagangan eceran produk alat tulis kantor, peralatan rumah tangga dan barang-barang konsumsi.
Kondisi tanpa visi tersebut semakin sulit diatasi karena bidang usaha setiap unit bisnis memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak mungkin mencari satu alternatif strategi yang dapat diterapkan kepada semua unit bisnis. Dengan keterbatasan ini, maka dipilih satu unit bisnis, yakni Aneka Fumitrure dan bukan keseluruhan group untuk diteliti dalam rangka pembentukan visi dan strategic route yang akan digunakan sebagai pemandu dalam menjalankan usahanya. Pemilihan ini didasarkan atas prospek potensial yang ada dalam industri dimana unit tersebut berada. Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang utama adalah menghasilkan formulasi visi yang jelas dan strategic route bagi Aneka Fumiture. Sedangkan tujuan lainnya, yang akan berguna dalam mencapai tujuan yang utama tersebut adalah membuat gambaran/ peta strategis yang komprehensif atas portofolio bisnis Elim Group dan mengukur kontribusi tiap unit bisnis dalam meningkatkan kekayaan pemilik. Adapun kegunaan penelitian adalah memberi visi yang jelas dan strategic route bagi pemilik dan pengelola Elim Group, memudahkan pemilik dan pengelola Elim Group untuk memahami kondisi keseluruhan portofolio bisnis Elim Group, serta memberikan informasi kepada pemilik dan pengelola Elim Group tentang kontribusi setiap unit bisnis dalam meningkatkan kekayaan pemilik. Ruang lingkup penelitian diarahkan pada formulasi visi dan strategic route Aneka Furniture dalam konteks portofolio bisnis Elim Group. Penelitian dilaksanakan di kantor pusat Elim Group, yang terletak di Jalan Dr. Sutomo No. 13-15, Jepara. Rentang waktu penelitian adalah sejak Maret 2004 hingga Mel 2004. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian analisis deskriptif dengan desain penelitian dalam bentuk studi kasus. Analisis kualitatif dilakukan melalui wawancara dan focus group discussion. Analisis kuantitatif dilakukan dalam evaluasi visi dengan pembobotan kriteria visi, pembobotan ukuran keberhasilan, dan pembobotan sinergi organisasi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik, manajemen, dan pihak terkait perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur maupun laporan operasional dan keuangan Elim Group. Untuk mengolah data digunakan alat-alat analisis sebagai berikut: analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi), analisis lingkungan dekat menggunakan model Five Forces dari M.E. Porter, matrik portofolio lima belas sel, metode EVA (Economic Value Added), dan teknik formulasi visi dari Burt Nanus. Hasil analisis PEST menunjukkan bahwa secara politik, perkembangan yang patut dicermati Aneka Furniture adalah sebagai berikut: (1) lemahnya penegakan hukum sehingga penjarahan hutan merajalela dan akibatnya pasokan bahan baku kayu berkurang dan semakin mahal (2) Banyak pungutan sehingga terjadi high cost economy (3) penurunan jatah tebang Perhutani (4) tuntutan ekolabel yang meningkat. Secara ekonomi, perkembangan yang perlu diperhatikan sebagai berikut: (1) Ekspor furnitur meningkat dan Indonesia baru mengekspor dua persen dari total impor dunia sehingga usaha furnitur masih cukup prospektif (2) permintaan furnitur untuk pasar lokal meningkat dan salah satu penyebab adalah pertumbuhan sektor properti (3) Republik Rakyat Cina menjadi pemimpin pasar impor furnitur di Amerika Serikat dan menjadi kompetitor tangguh bagi Indonesia di pasar internasional (4) Produk furnitur Republik Rakyat Cina mulai penetrasi ke dalam pasar furnitur Indonesia (5) Harga bahan baku terutama kayu padat semakin mahal dan perlu dicari bahan baku altematif. Secara sosial, erkembangan yang harus diperhatikan berikut ini: (1) Kelompok masyarakat kelas menengah semakin banyak yang peduli terhadap gaya hidup yang akan berpengaruh pada tuntutan kualitas produk furnitur, terutama pengembangan produk dan desain (2) Industri mebel dan ukir merupakan tulang punggung masyarakat Jepara serta bakat masyarakat Jepara dalam hal perkayuan dan ukir sulit ditiru oleh pesaing lain. Secara teknologi, perkembangan yang perlu diperhatikan sebagai berikut: (1) Perlunya mekanisasi industri berbahan baku kayu demi efisiensi dan peningkatan kualitas produk (2) Teknik produksi Republik Rakyat Cina, Vietnam, dan Filipina yang tinggi meskipun memiliki bahan mentah yang tidak lebih baik dari yang dimiliki Indonesia. Analisis Five Forces Model dari Porter pada Aneka Furniture mengidentifikasikan pihak-pihak yang merupakan komponen dari pembeli sebagai berikut: (1) pembeli asing (2) toko furnitur lokal dan konsultan interior (3) pemakai akhir. Para pemasok meliputi: (1) perajin fumitur (2) toko dan agen perlengkapan produksi furnitur (3) penyedia jasa finishing. Produk pengganti meliputi produk furnitur yang didominasi bahan baku bukan kayu, seperti baja tahan karat, besi tempa, dan plastik. Pendatang baru potensial sebagai berikut: (1) pedagang asing yang berpengalaman dan telah memiliki basis di Jepara (2) pengusaha kota besar yang bermodal kuat dan memiliki relasi untuk memasark produk di pasar ekspor (3) perajin dan penyedia jasa finishing yang berkembang dan mampu memliki akses langsung kepada pembeli asing. Persaingan di antara pesaing yang telah ada meliputi: (1) toko furnitur lain di Jepara yang terus. berkembang (2) produsen furnitur dan konsultan interior di kota-kota luar Jepara. Analisis portofolio menggunakan dua alat, yakni matrik portofolio lima belas sel dan metode EVA. Hasil analisis matrik portofolio lima belas sel menunjukkan bahwa: (1) Tidak satupun unit bisnis dalam portofolio bisnis Elim Group memiliki posisi kompetitif yang kuat (2) secara tahap daur hidup, unit bisnis hotel sedang mengalami penurunan, unit bisnis furnitur dan restoran berada pada tahap dewasa, dan toserba berada pada tahap guncang dengan kemungkinan untuk bertumbuh (3) Interpretasi atas setiap unit bisnis sebagai berikut: Aneka Fumiture berstatus cash cow dengan kontribusi laba 26,87 persen dari total laba group dan perlu terus dikembangkan karena pangsa pasar masih relatif kecil sebesar 0,12 persen. Hotel Elim berstatus dog, karena ROA terkecil dari seluruh unit bisnis dalam group dan pertumbuhan penjualan -7,80 persen dan kontribusi laba hanya 19,65 persen dari total laba group, padahal memiliki alokasi aset yang terbesar sebesar 51,34 persen dari total aset group. Restoran Elim berstatus question mark, karena meskipun memiliki alokasi aset terkecil sebesar 3,13 persen namun mampu memberikan kontribusi laba sebesar 12,53 persen terhadap total laba group serta memiliki ROA yang terbesar, yakni 17,80 persen. Toserba Aneka berstatus cash cow dengan kontribusi laba terbesar mencapai 40,94 persen dari total laba group dan sekaligus dapat diberikan status question mark karena pertumbuhan positif dalam penjualan sebesar 7,33 persen. Hasil analisis metode EVA menunjukkan nilai EVA setiap unit bisnis sebagai berikut: (1) EVA Aneka Furniture sebesar Rp. 23.611.754, (2) EVA Hotel Elim sebesar Rp. 437.018.182, (3) EVA
Restoran Elim sebesar Rp. 30.794.747, (4) EVA Toserba Aneka sebesar Rp. 118.633.767.-. Dengan demikian satu-satunya unit bisnis pencipta
nilai hanya Restoran Elim. Dalam analisis internal, terdapat beberapa komponen analisis meliputi: (1) Hakekat dasar organisasi, yakni Aneka Furniture memiliki misi untuk memproduksi produk berkualitas untuk pasar ekspor dan lokal. Aneka Fumiture juga memberi manfaat kepada masyarakat dengan dimana Aneka Furniture beroperasi secara umum fluktuatif tergantung dari menjadi jalur pemasaran produk perajin, memberi order dan penghasilan kepada penyedia jasa finishing, angkutan barang, dan lain-lain serta membuka lapangan pekerjaan bagi karyawan. Karakter dari industri musim di luar negeri, hari raya Natal, Lebaran, dan Imlek untuk pasar lokal dan sangat dipengaruhi oleh kurs mata uang dan keamanan dalam negeri serta sangat bergantung pada pasokan bahan baku yang semakin menipis. Keunggulan posisi Aneka Furniture dalam portofolio bisnis, yakni memiliki unit bisnis hotel dan restoran dalam group yang sama untuk menunjang pemasaran serta telah memiliki kredibilitas yang baik di mata pelanggan. Yang diperlukan bagi keberhasilan Aneka Furniture adalah strategi pemasaran ekspor dan kemitraan dengan toko furnitur dan konsultan interior untuk pasar lokal serta inovasi yang kreatif dengan harga yang kompetitif. (2) Bagaimana Aneka Furniture beroperasi, meliputi aspek nilai dan budaya perusahaan, yakni kepuasan pelanggan, kejujuran, loyalitas, dan kegigihan. Aspek lainnya adalah kekuatan operasional Aneka Furniture adalah group memiliki unit bisnis hotel dan restoran untuk menjaring pelanggan, sumber dana, dan desain produk. Di lain pihak, kelemahan Aneka Fumiture adalah operasi harian tanpa arah yang jelas, tidak ada strategi pemasaran, kreasi produk baru masih lambat.(3) Audit Visi, di mana hasil audit tersebut menunjukkan bahwa Aneka Furniture masih belum memiliki arah. (4)Pihak terkait yang paling berpengaruh, meliputi toko furnitur, pemakai, pembeli asing dan lokal, induk perusahaan, pemasok, dan pesaing. (5) Batasan visi, meliputi batasan waktu ditetapkan enam tahun sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 untuk menembus pasar lokal di kota-kota besar di Indonesia dan pengembangan pasar ekspor melalui Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Ukuran keberhasilan asilan visi diidentifikasikan sebagai berikut: ukuran pertumbuhan, ukuran nilai perusahaan dengan EVA positif, ukuran nilai penjualan ekspor, masalah strategi perluasan pasar ekspor dan lokal. skenario sebagai
inovasi, dan ukuran citra. Masalah yang harus dipertimbangkan dalam visi Aneka Fumiture adalah keterbatasan bahan baku kayu padat, penurunan Dalam analisis skenario masa depan tahun 2004-2010, diperoleh berikut: (1) Skenario tanpa perubahan (2) Skenario
dorongan perdagangan internasional (3) Skenario kendala bahan baku
dan teknologi (4) Skenario pertumbuhan pesaing lokal. Berdasarkan hasil analisis skenario masa depan dan analisis internal, terutama nilai dan budaya perusahaan, maka diperoleh enam alternatif visi sebagai berikut: (1) Menjadi jaringan toko fumitur nasional yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Pada tahun 2010, telah memiliki cabang di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, dan Banjarmasin (2) Memiliki jaringan perwakilan langsung milik perusahaan di pasar internasional. Pada tahun 2010 memiliki perwakilan di Australia, Kanada, dan AS (3) Menjadi produsen furnitur mass product untuk pasar lokal. Pada tahun 2010 telah memiliki merek yang cukup dikenal di Pulau Jawa (4) Menjadi perusahaan desain interior yang diakui secara nasional. Pada tahun 2010 telah memiliki workshop dan show unit di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya (5) Menjadi perusahaan furnitur 10 besar di Jepara (6) Menjadi importir dan distributor produk furnitur impor asal Republik Rakyat
Cina. Visi yang dipilih adalah yang memiliki skor terbesar dan rumusan visi yang dibentuk adalah "Pada tahun 2010, Aneka Furniture akan menjadi perusahaan furnitur 10 besar di Jepara melalui pengembangan pasar internasional secara langsung dan telah memiliki kantor perwakilan di Australia, Kanada, dan Amerika Serikat serta menjadi pelayan yang inovatif bagi pelanggan yang puas maupun pencipta nilai bagi pemilik yang gigih". Untuk mencapai visi tersebut, dibuat strategic route sebagai berikut: (1) pangsa pasar 2,5 persen - 3 persen dari pasar furnitur Jepara (2) akhir tahun 2004, dibentuk perwakilan di Sydney, Australia (3) antara awal hingga pertengahan 2006, dibentuk perwakilan di Toronto, Kanada (4) tahun 2008, dibentuk perwakilan di San Fransisko, Amerika Serikat.
Kesimpulan penelitian ini adalah visi untuk menjadi perusahaan 10 besar di Jepara dengan langkah-langkah pencapaian visi melalui strategic route yang direncanakan dan unit bisnis dalam portofolio belum ada yang memiliki posisi kompetitif yang kuat serta hanya Restoran Elim yang menciptakan nilai bagi peningkatan kekayaan pemilik perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian diberikan saran sebagai berikut: (1) visi baru. perlu dikomunikasikan kepada seluruh karyawan (2) pembukaan perwakilan langsung harus diikuti peningkatan kualitas produk (3) alokasi aset perlu dikaji ulang agar optimal (4) unit bisnis hotel perlu lebih diperhatikan. | |