POPULASI MIKROBA DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SECARA IN-VITRO DENGAN PENAMBAHAN ISOLAT BAKTERI SELULOLITIK ASAL FESES HERBIVORA ENDEMIK
Date
2024Author
Pramartaa, Ikhsan Qodri
Wiryawan, I Komang Gede
Suharti, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia memiliki banyak hewan herbivora yang sifatnya endemik seperti Rusa, Kijang, Anoa, Gajah, dan Banteng. Peternakan di Indonesia cenderung menggunakan pakan berserat tinggi dari hijauan maupun limbah pertanian sebagai bahan pakan utama. Bakteri selulolitik memiliki kemampuan untuk mendegradasi selulosa sehingga sangat penting bagi ruminansia Peran bakteri selulolitik yang telah diisolasi dari hewan herbivora endemik Indonesia berpotensi sebagai probiotik untuk peningkatan degradasi serat pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pola pertumbuhan isolat bakteri selulolitik dan mengevaluasi secara invitro penambahan konsosrsium isolat bakteri selulolitik sebagai probiotik dari feses hewan herbivora endemik terhadap populasi mikroba dan profil fermentasi rumen. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan lima
ulangan. P0 = 40% konsentrat + 30% rumput gajah + 30% daun sawit (kontrol), P1 = P0 + 105 CFU mL-1 konsorsium isolat bakteri selulolitik, P2 = PO + 106 CFU mL-1 konsorsium isolat bakteri selulolitik P3 = PO + 107 CFU mL-1 konsorsium isolat bakteri selulolitik. Hasil penelitian menunjukkan titik optimal pertumbuhan isolat bakteri selulolitik dari feses Kijang, Rusa dan Anoa pada jam ke-8 setelah inkubasi dan jam ke-12 setelah inkubasi pada isolat bakteri selulolitik dari feses Banteng. Penambahan konsorsium isolat bakteri selulolitik meningkatkan total produksi Volatile Fatty Acid (VFA) hingga 139,78 mM, dan proporsi asetat 70,37 %mM, meningkatkan rasio asetat propionat menjadi 4,27 dan meningkatkan total populasi bakteri hingga 7,87 Log CFU mL-1. Penambahan konsorsium isolat bakteri selulolitik menurunkan proporsi propionat hingga 15,57 %mM, menurunkan proporsi butirat hingga 10,30 %mM, tidak mempengaruhi proporsi valerat, produksi gas metan, sisntesis protein mikroba, populasi bakteri selulolitik dan populasi protozoa. Kesimpulannya, titik optimal pertumbuhan isolat bakteri selulolitik dari feses Kijang, Rusa dan Anoa pada jam ke-8 setelah inkubasi dan jam ke-12 setelah inkubasi pada isolat bakteri selulolitik dari feses Banteng. Penambahan konsorsium isolat bakteri selulolitik mempengaruhi profil fermentasi rumen, mampu meningkatkan produksi VFA total, produksi asetat, dan rasio asetat propionat, menurunkan produksi propionat, dan butirat, serta tidak berpengaruh pada produksi valerat, produksi gas metan, dan sintesis protein mikroba. Penambahan konsorsium isolat bakteri selulolitik juga mampu meningkatkan populasi bakteri total dan tidak mempengaruhi populasi bakteri selulolitik serta populasi protozoa. Berdasarkan produksi VFA, penambahan konsorsium isolat bakteri selulolitik pada level 106 CFU mL-1 merupakan level optimum untuk meningkatkan kecernaan fermentatif dan produksi VFA serta memberikan efek menguntungkan bagi ruminansia yang diberi pakan berserat tinggi
Collections
- MT - Animal Science [1205]