Evaluasi Kualitas Silase Hijauan Sorgum Samurai 1 Berbeda Umur Panen dan Taraf Penambahan Enzim Pemecah Serat
Date
2024Author
Ratnaningtyas, Ferry Alifia
Abdullah, Luki
Kumalasari, Nur Rochmah
Metadata
Show full item recordAbstract
Permasalahan hijauan pakan secara produktivitas dan kualitas berkaitan dengan faktor umur panen. Semakin tua umur panen produksi akan meningkat namun menurunkan kualitas hijauan. Pemilihan waktu umur panen perlu diupayakan agar hijauan dipanen pada umur yang tepat untuk menghasilkan kualitas terbaik. Pemilihan hijauan pakan juga menjadi satu faktor penting untuk menghasilkan pakan terbaik. Salah satu hijauan pakan yaitu sorgum. Sorgum merupakan hijauan potensial baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga pemanfaatannya sebagai bahan baku silase saat ini sedang dikembangkan. Namun, kelemahan silase sorgum terletak pada kandungan fraksi serat yang tinggi sehingga menurunkan kecernaan bagi ternak. Penambahan enzim pemecah serat diharapkan dapat memperbaiki kualitas dan meningkatkan kecernaan silase. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh umur panen dan taraf penambahan enzim pemecah serat terhadap nilai nutrien, kualitas fermentatif, dan kecernaan silase hijauan sorgum. Penelitian terbagi menjadi tiga tahapan. Tahap 1 evaluasi produksi dan kualitas hijauan sorgum samurai 1 yang dipanen pada umur berbeda. Analisis data produksi dilakukan secara deskriptif. Rancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Tahap 2 evaluasi kualitas silase hijauan sorgum samurai 1 berbeda umur panen dan taraf penambahan enzim pemecah serat. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 3 dengan empat ulangan. Tahap 3 evaluasi fermentabilitas rumen dan kecernaan bahan kering dan bahan organik silase. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok pola faktorial 3 x 3 dengan empat kelompok sebagai ulangan. Kelompok didasarkan pada perbedaan waktu pengambilan cairan rumen. Faktor pertama adalah umur panen hijauan yaitu P1 (85 hari), P2 (90 hari), dan P3 (95 hari). Faktor kedua adalah taraf penambahan enzim pemecah serat Biosila® E1(0%), E2 (0,02%), dan E3 (0,05%). Parameter yang diamati meliputi produksi, kualitas hijauan sorgum, karakteristik fisik dan fermentasi silase, kandungan nutrien silase, fermentabilitas rumen, dan kecernaan silase secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya interaksi antara umur panen dengan penambahan enzim pemecah serat terhadap bahan kering silase, asam laktat, dan VFA total. Umur panen hijauan meningkatkan produksi hijauan, kandungan bahan kering, abu, lemak, fraksi serat dan nilai gula pereduksi. Umur panen nyata menurunkan protein kasar, BETN, TDN, WSC, fermentabilitas rumen, dan nilai kecernaan, namun masih pada kisaran normal. Penambahan taraf enzim nyata dapat meningkatkan kandungan asam laktat, menurunkan nilai pH, menurunkan fraksi serat, serta meningkatkan NH3 dan VFA total. Umur panen dan taraf enzim tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap penyusutan silase dan pH rumen. The problem of forage productivity and quality is related to the harvest age factor. The older the harvest, the more production will increase, but the forage quality will decrease. It is necessary to choose the harvest time so that the forage is harvested at the right age to produce the best quality. Selection of forage is also an essential factor in producing the best feed. One of the forages is sorghum. Sorghum is a potential forage in quality and quantity, so its use as a raw material for silage is currently being developed. However, the weakness of sorghum silage is its high fiber fraction content, which reduces digestibility. Adding fibrolytic enzymes is expected to improve the quality and increase the digestibility of the silage. This research aimed to evaluate the effect of harvest age and the level of addition of fibrolytic enzymes on the nutrient value, fermentative quality, and digestibility of sorghum forage silage. The research was divided into three stages. Stage 1 evaluated the production and quality of forage sorghum samurai 1 harvested at different ages. Production data analysis was carried out descriptively. The samples for evaluating forage quality were taken using a random sampling method and analyzed using a Completely Randomized Design (CRD) with four replications. Stage 2 evaluated the quality of Samurai 1 sorghum forage silage at different harvest ages and the level of addition of fibrolytic enzymes. The experimental design used was a completely randomized design with a 3 x 3 factorial pattern with four replications. Stage 3 evaluated rumen fermentability and digestibility of dry matter and silage organic matter. The design used was a 3 x 3 factorial randomized block design with four groups as replications. Groups based on differences in rumen fluid collection times. The first factor is the age of forage harvest, namely P1 (85 days), P2 (90 days), and P3 (95 days). The second factor is the level of addition of Biosila® fibrolytic enzymes E1 (0%), E2 (0.02%), and E3 (0.05%). Parameters observed included production, sorghum forage quality, physical characteristics and silage fermentation, nutrient content, rumen fermentability, and in vitro silage digestibility. The results showed an interaction between harvest age and adding fibrolytic enzymes to silage dry matter, lactic acid, and total VFA. Age of forage harvest increases forage production, dry matter content, ash, fat, fiber fraction, and sucrose. Harvest age significantly reduces crude protein, BETN, TDN, WSC, rumen fermentability, and digestibility values but is still within the normal range. The addition of enzyme levels can increase the lactic acid content, reduce the pH value, reduce the fiber fraction, and increase total NH3 and VFA. Harvest age and enzyme levels did not affect silage shrinkage and rumen pH (p>0.05).
Collections
- MT - Animal Science [1205]