Show simple item record

dc.contributor.advisorKirbrandoko
dc.contributor.advisorGumbira-Said, E
dc.contributor.authorKharisma, Bayu
dc.date.accessioned2024-08-06T06:49:25Z
dc.date.available2024-08-06T06:49:25Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/156150
dc.description.abstractPembangunan sub-sektor peternakan sebagai bagian dari pembangunan sektor pertanian, di mana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang terus meningkat, seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk Indonesia serta taraf hidup petani dan nelayan. Keberhasilan pembangunan sub sektor peternakan ternyata berdampak pada perubahan konsumsi masyarakat yang semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat, ke konsumsi protein seperti daging, telur dan susu. Permintaan akan telur dan daging ayam dalam negeri saat ini telah dapat dipenuhi oleh produksi lokal, akan tetapi susu dan daging sapi masih memerlukan pasokan dari luar negeri. Pemerintah telah melakukan berrbagai usaha terhadap sektor peternakan sampai ke pelosok daerah, namun masih terdapat kekurangan produksi untuk menyediakan kebutuhan penduduk Indonesia akan protein hewani. Kondisi peternakan sapi potong pada saat ini masih terus mengalami kekurangan pasokan sapi lokal yang disebabkan oleh adanya pertambahan populasi yang tidak seimbang dengan kebutuhan nasional sehingga terjadi impor sapi potong bakalan dan daging. Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipasok dari tiga pemasok yaitu peternakan rakyat (ternak lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukan sapi asal-impor) dan impor daging. Menurut Saragih (2000) pengembangan agribisnis sapi potong di Indonesia di masa lalu kurang berhasil, karena tulang punggung dalam penyediaan daging sapi di Indonesia hampir sepenuhnya di tangan peternak rakyat yang umumnya berskala kecil, hanya sebagai usaha sambilan atau cabang usaha dan tersebar mengikuti penyebaran penduduk. Selain itu investasi pemerintah dan swasta (pengusaha swasta) dalam membangun prasarana dan sarana agribisnis sapi potong pada saat ini belum ada. Investasi swasta dalam agribisnis sapi potong baru muncul setelah tahun 1990, yaitu pada usaha penggemukan (fattening) dan perdagangan sapi setelah pemerintah membuka impor sapi bakalan terbatas. Pada saat terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan harga daging sapi menjadi semakin mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli penduduk Indonesia. Oleh karena itu pada dasarnya peluang usaha penggemukan sapi potong dan impor sapi di Indonesia cukup terbuka lebar, tinggal menunggu dukungan pemerintah untuk menyediakan kemudahan impor sapi sehingga dalam waktu ke depan masalah mengenai kelangkaan sapi potong di Indonesia dapat teratasi dan harga daging sapi telah berada pada tingkat yang wajar sesuai dengan keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Strategiid
dc.titleFormulasi Strategi Bisnis Pt. Citra Agro Buana Semesta Bandungid
dc.subject.keywordSektor Peternakanid
dc.subject.keywordUsaha Penggemukan Sapi Asal Importid
dc.subject.keywordFormulasi Strategiid
dc.subject.keywordAnalisis Ifeid
dc.subject.keywordAnalisis Efeid
dc.subject.keywordMatriks Internal/Eksternalid
dc.subject.keywordTowsid
dc.subject.keywordQspmid
dc.subject.keywordSektor Peternakan
dc.subject.keywordUsaha Penggemukan Sapi Asal impor
dc.subject.keywordFormulasi Strategi
dc.subject.keywordAnalisis IFE
dc.subject.keywordAnalisis EFE
dc.subject.keywordMatriks Internal- Eksternal
dc.subject.keywordAnalisis Matriks TOWS dan Analisis Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM).


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record