Show simple item record

dc.contributor.advisorRatnawati, Anny
dc.contributor.advisorFahmi, Idqan
dc.contributor.authorKaljono, Teguh
dc.date.accessioned2024-08-06T06:45:57Z
dc.date.available2024-08-06T06:45:57Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/156092
dc.description.abstractKrisis perekonomian dan moneter yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, mengakibatkan terpuruknya seluruh sektor kehidupan dan usaha masyarakat Indonesia, baik pada sektor riil maupun pada sektor keuangan. Dampak yang sangat dirasakan oleh industri perbankan adalah timbulnya keadaan negative spread dalam operasional usal1anya. Dalam kondisi tersebut seluruh perbankan di Indonesia sulit untuk memperoleh keuntungan, karena selain harus menghadapi permasalahan meningkatnya kredit bermasalal1, juga harus menghadapi beban yang sangat besar yang berasal dari negative spread antara pendapatan dan biaya bunga kredit. Industri perbankan sebagai salah satu pelaku ekonomi yang juga pemegang kunci Iancamya perekonomian terpaksa melakukan penyesuaian-penyesuaian dalan1 operasionalnya agar dapat tetap bertahan. Perubahan kebijakan operasional terjadi (untuk sementara waktu) dari kebijakan memperoleh laba semaksimal mungkin berubah bagaimana agar usaha yang dijalankan tidak menghasilkan kerugian yang besar atau dengan kata lain meminimumkan kerugian. Hal-ha! fundamental yang dilakukan pada masa krisis oleh dunia perbankan diantaranya adalah dengan menghentikan sementara pemberian hutang dalam mata uang asing, melakukan konversi hutang dalam mata uang asing ke currency rupiah, mengevaluasi • (menggeser) kolektibilitas pinjaman dan merestrukturisasi pinjaman yang masih berprospek. Bank "X" sebagai salah satu bank pemerintah yang besar di Indonesia juga mengalami permasalahan tersebut diatas dan me!akukan berbagai penyesuaian dalam operasional usal1anya. Sebagai salah satu bank yang traditional banking yaitu bank yang masih menggantungkan penerimaan dari selisih antara penerimaan bunga kredit dan bunga deposito juga mengalami keterpurukan sehingga pada saat itu angka Non Performing Loan (NPL) mencapai 70 %. Dalam rangka untuk memperbaiki kinerja dan untuk dapat bertahan dalam menghadapi krisis tersebut maka Bank "X" hams melakukan restrukturisasi terhadap kredit bermasalah dengan merujuk pada ketentuan BI yaitu yang masih mempunyai prospek, itikad baik dan berkerja sama. Sehubungan dengan ha! tersebut dipilih kasus kredit bermasalah pada PT.TIC. Pemilihan kasus pada PT.TIC adalah selain karena memenuhi persyaratan untuk dilakukan restrukturisasi juga melihat dari meningkatnya hutang PT.TIC akibat krisis sehingga menyebabkan kualitas pinjamannya mengalami down-grade dari golongan 2 menjadi golongan 3. Selain itu terhadap PT.TIC telah dilakukan upaya penyelamatan sebanyak 3 kali namun belum menunjukkan hasil yang optimal. ...dst.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titleKajian Restrukturisasi Kredit Pt. Tic : Studi Kasus Bermasalah Pada Bank X""id
dc.subject.keywordSkim Restruktvrisasiid
dc.subject.keywordPenyertaan Sementara Bank(Psb)id
dc.subject.keywordPt. Ticid
dc.subject.keywordAnalisis Keuanganid
dc.subject.keywordAnalisis Cash Flow Analisis Skim Restrukturisasiid
dc.subject.keywordStudi Kasusid
dc.subject.keywordSkim restrukturisasi
dc.subject.keywordPenyertaan Sementara Bank (PSB)
dc.subject.keywordPT.TIC
dc.subject.keywordAnalisis keuangan
dc.subject.keywordAnalisis cash flow
dc.subject.keywordAnalisis skim restrukturisasi


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record