dc.description.abstract | Tanaman hias merupakan komoditas tanaman hortikultura yang potensial
karena keunikan dan keindahannya, serta menawarkan peluang usaha berkelanjutan
yang menarik bagi pelanggan maupun penjual. Hal ini didukung oleh peningkatan
omzet hingga 40% akibat COVID-19, karena pandemi yang terjadi di tahun 2020
ini menjadi salah satu pendorong besar terjadinya peningkatan permintaan tanaman
hias karena pada saat itu pemerintah menerapkan WFH (work from home). Namun
ketika pandemi mulai berakhir, permintaan tanaman hias juga mulai menurun
drastis, hal ini ditunjukkan dari salah satu umkm dengan penurunan permintaan dari
8 kali seminggu menjadi satu kali seminggu. Tingkat penjualan tanaman juga dapat
dipengaruhi oleh lokasi, yang dilihat dari persebaran dan kepadatan toko pada suatu
wilayah. Jika pada suatu wilayah memiliki persebaran yang rendah dan tingkat
kepadatan yang tinggi (lokasi toko berkelompok) dapat memungkinkan
ketidakmerataan penjualan karena terdapat toko yang kalah bersaing dan tertutupi
oleh toko di sekitarnya. Selain itu, pelanggan dapat memilih toko yang telah
menjadi langganan saja (sistem kepercayaan dan sistem relasi). Hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya sentralisasi informasi mengenai tanaman hias, karena
adanya pelanggan yang memilih berdasarkan toko langganan saja. Untuk itu hal ini
dapat mempengaruhi permintaan dan penjualan di setiap toko tanaman hias,
sehingga omzet toko juga terpengaruh.
Peningkatan omzet perlu didorong walaupun dari hasil uji pra-penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di tahun 2023 kondisi penjualan tanaman
hias mulai naik secara perlahan. Peningkatan omzet ini perlu didorong agar dapat
membantu para pedagang tanaman hias dalam melakukan penjualan produk dan
dalam mempertahankan bisnisnya. Salah satu cara untuk mendorong permintaan ini
adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi berupa penggunaan e-commerce.
E-commerce memiliki peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha, hal ini ditunjukkan dari pengguna e-commerce di Indonesia
pada tahun 2021 mencapai 88,1% dan di tahun 2022 telah terdapat 2,87 juta usaha
yang telah memanfaatkan e-commerce.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi pasar tanaman hias, untuk itu
penelitian ini bertujuan menganalisis permasalahan yang dihadapi para pelanggan
dan penjual tanaman hias, merancang prototype dan model bisnis platform ecommerce
“Let’s Plant” sebagai solusi dengan pendekatan design thinking.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian platform
e-commerce tanaman hias ini adlah adanya e-commerce tanaman hias baik dalam
bentuk toko online maupun marketplace dapat memberikan kemudahan bagi para
pelanggan maupun penjual untuk dapat membeli/menjual maupun mengakses
informasi mengenai tanaman yang dinginkan dengan mudah dan cepat serta dapat
menjangkau pasar yang lebih luas. Hasil analisis emphatize dan define problem
didapat permasalahan dari sisi pelanggan seperti sulitnya mendapatkan toko dengan
produk yang dituju, keterbatasan waktu, ketidaklengkapan informasi dan katalog,
ketidaksesuaian antara gambar dan produk, kurangnya variasi dan ketersediaan
produk dan pembayaran cashless. Permasalahan pada pihak penjual adalah
rendahnya tingkat penjualan dan jumlah customer, sulit menjangkau pelanggan dan
adanya keluhan tanaman layu. Hasil uji prototype (solusi) usability secara
keseluruhan dengan empat parameter utama (usefulness, ease of use, ease of
learning dan satisfaction) didapatkan bahwa prototype ini dikategorikan sangat
layak (82,23%). Prototype ini juga dilakukan perancangan business model dan telah
terverifikasi pada tiga aspek yaitu kesesuaian pasar, pelanggan dan cara
menjangkaunya serta cara menghasilkan uang. Untuk itu, prototype platform ecommerce
“Let’s Plant” merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi
permasalahan para penjual dan pelanggan tanaman hias. | |