Show simple item record

dc.contributor.advisorBudiastra, I Wayan
dc.contributor.authorRahman, Imaduddin
dc.date.accessioned2024-06-09T23:59:46Z
dc.date.available2024-06-09T23:59:46Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152734
dc.description.abstractDaun kelor merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan berbagai kawasan tropis lainnya. Daun kelor mengandung flavonoid, alkaloid, steroid, tanin, saponin, antrakuinon, dan terpenoid. Selain itu, daun kelor juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan asam amino. Daun kelor juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan. Pengeringan daun kelor dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan menggunakan metode pengeringan efek rumah kaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh parameter pengeringan terhadap sifat karakteristik daun kelor dengan menggunakan efek rumah kaca. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tebal tumpukan daun dan kecepatan aliran udara pengering terhadap karakteristik pengeringan daun kelor dan untuk menentukan kondisi pengeringan yang optimum untuk menghasilkan daun kelor yang berkualitas tinggi. Perlakuan tebal tumpukan daun terdiri dari tebal daun 1 cm, 3 cm, dan 5 cm. Perlakuan kecepatan aliran udara terdiri dari dengan kondisi blower menyala (1 m/s) dan blower tidak menyala (0 m/s). Berdasarkan hasil penelitian, daun kelor memiliki rata-rata kadar air awal sebesar 72,37%bb, dengan masing-masing tebal tumpukan memiliki rata-rata kadar air awal sebesar 71,34%bb pada tebal daun 1 cm, 72,44%bb pada tebal daun 3 cm, dan 73,34%bb pada tebal daun 5 cm. Setelah melalui proses pengeringan, rata-rata kadar air akhir daun kelor memiliki nilai sebesar 12,10%bb, dengan masing-masing tebal tumpukan memiliki rata-rata kadar air akhir sebesar 10,54%bb pada tebal daun 1 cm, 12,23%bb pada tebal daun 3 cm, dan 13,51%bb pada tebal daun 5 cm. Pada pengeringan dengan keadaan blower menyala, memiliki nilai laju pengeringan sebesar 0,01103%bb/jam pada tebal daun 1 cm, 0,01097%bb/jam pada tebal daun 3 cm, dan 0,01088%bb/jam pada tebal daun 5 cm, sedangkan pada pengeringan dengan keadaan blower tidak menyala, memiliki nilai laju pengeringan sebesar 0,01068%bb/jam pada tebal daun 1 cm, 0,01047%bb/jam pada tebal daun 3 cm, dan 0,01044%bb/jam pada tebal daun 5 cm. Hasil uji kadar flavonoid pada pengeringan dengan keadaan blower menyala memiliki rata-rata sebesar 27,37 mg QE/g pada daun dengan tebal 1 cm, 23,67 mg QE/g pada daun dengan tebal 3 cm, dan 20,27 mg QE/g pada daun dengan tebal 5 cm. Hasil uji kadar flavonoid pada pengeringan dengan keadaan blower tidak menyala memiliki rata-rata sebesar 27,77 mg QE/g pada daun dengan tebal 1 cm, 42,27 mg QE/g pada daun dengan tebal 3 cm, dan 33,9 mg QE/g pada daun dengan tebal daun 5 cm. Mutu pengeringan yang paling baik terdapat pada daun dengan tebal tumpukan 1 cm dan kondisi pengeringan terbaik terdapat pada pengeringan dengan keadaan blower menyala. Kedua kondisi tersebut dapat dikatakan seperti itu karena bahan yang dihasilkan dari pengeringan tersebut memiliki kadar air akhir yang paling rendah dan memiliki nilai laju pengeringan paling tinggi.id
dc.description.abstractMoringa leaves are tropical plants that are easy to grow in tropical areas such as Indonesia and various other tropical regions. Moringa leaves contain flavonoids, alkaloids, steroids, tannins, saponins, anthraquinones, and terpenoids. In addition, moringa leaves also contain protein, fat, carbohydrates, minerals, vitamins and amino acids. Moringa leaves can also be utilized as a source of medicine. The drying of Moringa leaves can be performed using various methods, one of which is the greenhouse effect drying method. The objective of this research was to study the influence of drying parameters on the characteristics of Moringa leaves using the greenhouse effect. Specifically, this study aimed to determine the effect of leaf pile thickness and drying air flow rate on the drying characteristics of Moringa leaves and to identify the optimal drying conditions for producing high-quality Moringa leaves. The treatments included leaf pile thicknesses of 1 cm, 3 cm, and 5 cm, and air flow conditions with the blower on (1 m/s) and the blower off (0 m/s). Based on the research results, Moringa leaves had an initial average moisture content of 72.37%wb, with each pile thickness had an average initial moisture content of 71.34%wb for 1 cm, 72.44%wb for 3 cm, and 73.34%wb for 5 cm. After the drying process, the average final moisture content of Moringa leaves was 12.10%wb, with each pile thickness had an average final moisture content of 10.54%wb for 1 cm, 12.23%wb for 3 cm, and 13.51%wb for 5 cm. The drying rate with the blower on was 0.01103%wb/hour for the 1 cm thickness, 0.01097%wb/hour for 3 cm, and 0.01088%wb/hour for 5 cm. With the blower off, the drying rates were 0.01068%wb/hour for 1 cm, 0.01047%wb/hour for 3 cm, and 0.01044%wb/hour for 5 cm. Flavonoid content tests showed that drying with the blower on resulted in averages of 27.37 mg QE/g for 1 cm, 23.67 mg QE/g for 3 cm, and 20.27 mg QE/g for 5 cm. With the blower off, the flavonoid content averages were 27.77 mg QE/g for 1 cm, 42.27 mg QE/g for 3 cm, and 33.9 mg QE/g for 5 cm. The best drying quality was observed in leaves with a 1 cm pile thickness and the best drying conditions were with the blower on. These conditions were considered optimal because the resulting dried materials had the lowest final moisture content and the highest drying rates.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKarakteristik Pengeringan Daun Kelor Menggunakan Greenhouse Effect Dryerid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordmoringa leavesid
dc.subject.keywordflavonoidsid
dc.subject.keyworddrying characteristicsid
dc.subject.keywordair flow velocityid
dc.subject.keywordgreenhouse effect dryerid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record