| dc.description.abstract | Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna yang beragam jenisnya. Saat ini
keberadaan sebagian flora dan fauna tersebut mulai terancam punah akibat
pembukaan hutan yang diperuntukkan bagi lahan pertanian, perkebunan,
pemukiman, industri, dan lain sebagainya. Pembukaan hutan yang tidak sesuai
aturan telah menyebabkan rusaknya habitat satwa yang ada di dalamnya. Salah satu
usaha penyelamatan satwa dari kepunahan yaitu melalui penangkaran (konservasi ex
situ) yang bertujuan untuk mencegah kehidupan satwa dari kepunahan. Tupai
terbang (Petaurus breviceps) merupakan hewan dari famili Petauridae yang
tergolong ordo Marsupialia. Penyebaran hewan yang bersifat nocturnal (aktif di
malam hari) ini meliputi Australia, Tasmania, dan Papua New Guinea, sedangkan di
Indonesia ada di Irian Jaya dan pulau Halmahera Utara (Maluku). Keberhasilan
pemeliharaan hewan tersebut di penangkaran bergantung kepada perilaku hewan
tersebut yang dapat berbeda dibandingkan di habitat aslinya. Oleh karena itu perlu
diketahui tingkah laku yang berhubungan dengan aktivitas makan tupai terbang di
penangkaran pada malam hari, dan hal ini menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini telah dilakukan di Penangkaran Mamalia Kecil Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor pada bulan November 2002 Januari 2003. Materi yang digunakan yaitu 4 ekor tupai terbang yang terdiri dari dua ekor jantan dan dua ekor betina yang ditempatkan pada dua kandang. Pakan yang diberikan terdiri dari markisa (Passiflora edulis), pisang ambon (Musa paradisiaca), jambu biji (Psidium guava), pepaya (Carica papaya), jagung manis (Zea mays), kelapa (Cocos nucifera), dan roti tawar. Metode One Zero Sampling digunakan untuk mengamati perilaku harian dengan interval waktu setiap 15 menit yang dibagi dalam dua periode yaitu pukul 18.00 23.45 dan 00.15 06.00 WIB. Data yang diperoleh ditelaah
secara deskriptif. Persentase hasil pengamatan tingkah laku di penangkaran pada malam hari, yaitu aktivitas makan sebesar 13,65% dengan aktivitas tertinggi pada pukul 18.00 19.00 WIB sebesar 1,85 %; aktivitas minum sebesar 0,58% dari keseluruhan aktivitasnya; aktivitas urinasi dan aktivitas defekasi tercatat sebesar 4,71% dan 5,93 % dimana aktivitas tertinggi terjadi pada jam 19.00-20.00 WIB untuk aktivitas urinasi dan 00.00-01.00 WIB untuk aktivitas defekasi. Persentase aktivitas yang mempengaruhi aktivitas makan antara lain aktivitas lokomosi sebesar 42,59%, aktivitas grooming sebesar 23,54%, dan aktivitas istirahat sebesar 9,01%.
Dari hasil pengamatan yang didapat maka tingginya nilai persentase makan pada sore hari (18.00-19.00 WIB) dapat digunakan sebagai pedoman waktu pemberian pakan yang efektif. Perbedaan berdasarkan nilai persentase aktivitas antara tupai terbang jantan dan betina terjadi pada aktivitas makan dan aktivitas lokomosi, ... | id |