Evaluasi nutrisi ampas daun teh (Camellia sinensis) sebagai pakan tunggal dan substitusinya terhadap lamtoro sebagai pakan secara in vitro
View/ Open
Date
1994Author
Rohayati, Eneng Tati
Pratas, Rachjan G.
Herawati, Lidy
Metadata
Show full item recordAbstract
Industri pengolah tanaman baik tanaman pangan atau tanaman perkebunan memberikan hasil ikutan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemanfaatan hasil ikutan ini selain dapat bernilai ekonomis tinggi juga merupakan suatu alternatif penyediaan pakan di daerah industri tersebut. Ampas teh merupakan limbah dari indus- tri minuman teh botol dan teh kotak, yang tersedia dalam jumlah yang cukup, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nutrisi ampas teh dan pemanfaatannya dalam ransum melalui substitusi dengan lamtoro.
Peubah yang diukur adalah kecernaan bahan kering/bahan organik, produksi amonia, produksi VFA dengan metoda in vitro. Ransum contoh disusun untuk memenuhi kebutuhan domba lepas sapih. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perla- kuan dan 3 kelompok. Cairan rumen domba digunakan sebagai kelompok.
Ampas teh menghasilkan kecernaan bahan kering (18%), kecernaan bahan organik (14%), produksi VFA (61 mM) dan produksi amonia (1.3 mM) Sehingga ampas teh dapat digolongkan ke dalam bahan makanan yang tidak mudah dide- gradasi di dalam rumen. Kecernaan bahan kering ransum contoh tertinggi dihasilkan oleh R1 (46.1%) diikuti R3 (42.6), R2 (41.9) dan R4 (36.3). Sedangkan kecernaan bahan organik tertinggi R1 (44.2%) tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan R2 (41.0%) dan R3 (41.0%) dan lebih tinggi dari R4 (34.9%). Produksi VFA tertinggi dihasilkan oleh R2 (11.9mM) tidak berbeda nyata dengan R1 (110mM), diikuti oleh R3 (84mM) dan R4 (76mM). Untuk produksi amonia tertinggi R1 (6.5mM) diikuti R2 (5.0mM), R3 (4.4mM) dan R4 (3.7mM).
Dengan rendahnya kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA dan produksi amonia yang dihasilkan ampas teh baik sebagai bahan pakan tunggal maupun substitusinya dengan bahan pakan lain dalam ransum, memerlukan pertimbangan lebih lanjut dalam optimalisasi penggunaanya sebagai pakan ternak ruminansia.