Kajian Pepentuan Harga Pokok Minyak dan Inti Sawit Dengan Perhitungan Activity Based Costing (Studi pada JTOP SDN. BHD. Malaysia
View/ Open
Date
1995Author
Siregar, Rustam Effendy
Syah, Hamdani M.
Fahmi Idqan
Metadata
Show full item recordAbstract
Sampai tahun 1995 ini Malaysia masih merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia. Untuk dapat mempertahankan pangsa pasarnya di masa yang akan datang, terutama dalam menghadapi pertumbuhan produksi minyak sawit negara-negara lain, tentunya Malaysia harus mampu bersaing. Perusahaan JTOP Sdn. Bhd, sebagai salah satu industri swasta yang bergerak di bidang komoditi kelapa sawit yang ada di Malaysia, sudah saatnya untuk memikirkan masalah tersebut. Untuk menghadapi persaingan harga jual yang kompetitif, terutama dengan industri-industri sejenis yang ada di Malaysia, JTOP Sdn. Bhd perlu melakukan efisiensi biaya produksi yang informasinya dapat diperoleh melalui perhitungan harga pokok yang akurat.
Tujuan geladikarya ini adalah untuk mengetahui harga pokok minyak sawit dan inti sawit dengan metode yang dilaksanakan di perusahaan JTOP Sdn.Bhd. Kemudian sebagai alternatip perhitungan harga pokok dengan hasil yang lebih akurat akan diterapkan perhitungan dengan metode ABC, yang menelusuri aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi produk.
Cara perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan JTOP Sdn.Bhd, masih menggunakan Volume Based Costing, seperti halnya yang dilakukan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Artinya biaya produksi minyak sawit dan inti sawit masih dijadikan satu. Untuk mendapatkan biaya per unit, jumlah biaya dibagi dengan jumlah produksi minyak sawit dan inti sawit pada satu periode tertentu. Dari cara perhitungan tersebut, ternyata biaya produksi dan harga pokok masingmasing produk menjadi sama, sehingga terjadi distorsi biaya. Disamping itu manajemen tidak mendapatkan informasi yang jelas, berapa sebenarnya biaya produksi dan harga pokok masing-masing untuk minyak sawit dan inti sawit.
Proses produksi minyak sawit dan inti sawit terjadi melalui dua tahapan. Pada tahap pertama prosesnya berjalan bersamaan pada satu lini. Pada tahapan berikutnya prosesnya menjadi terpisah, di mana masing-masing berjalan pada lini produksi sendiri-sendiri. Adapun pemisahan tersebut baru terjadi setelah aktivitas pressan (Screw Press). Apabila dihitung menurut sistem ABC untuk tahun 1994, di JTOP Sdn. Bhd. dihasilkan harga pokok pengolahan (termasuk penyusutan) masing-masing RM. 76,65/ton untuk minyak sawit dan RM. 124,65/ton untuk inti sawit, ekuivalent dengan Rp. 66.455,55/ton dan Rp. 108.071,55/ton masing-masing untuk minyak sawit dan inti sawit. Harga pokok pengolahan dengan cara yang dilakukan perusahaan selama ini juga dapat diketahui, yaitu RM. 22,29/ton (Rp. 19.325,43/ton) untuk harga pokok BTB dan RM. 89,73/ton (Rp. 77.795,91/ton) untuk harga pokok produksi bersama (minyak sawit dan inti sawit). Sedangkan biaya produksi (termasuk biaya lapangan) dengan sistem ABC diperoleh harga pokok minyak sawit RM. 648,06/ton (Rp. 561.868,02/ton) dan inti sawit RM. 696,06/ton (Rp. 603.484,02/ton). Dengan sistem Volume Based Costing yang selama ini dilakukan perusahaan diperoleh harga pokok bersama RM. 661,14/ton (Rp. 573.208,38/ton).
Dari hasil perhitungan harga pokok dengan sistem ABC, dan berdasarkan data harga jual di perusahaan ternyata harga jual Palm Kernel pada tahun 1994 merugi. Dengan demikian kebijaksanaan mengolah lebih lanjut palm Kernel menjadi Palm Kernel Oil (PKO) merupakan kebijaksanaan manajemen yang tepat, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh....
Collections
- MT - Business [1042]