Analisis Kinerja dan Strategi Investasi Kelompok Saham Sektor Agribisnis Di Bursa Efek Jakarta : Studi Kasus Periode Pra Krisis-Krisis Pemulihan
View/ Open
Date
2000Author
Rizaldi, Ali Fu'Ad
Syah, Hamdani M
Djohar, Setiadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sangat menggoyahkan perekonomian nasional, baik terhadap sektor moneter maupun sektor riel. Melemahnya mata uang rupiah terhadap US$ telah menguntungkan bagi jenis usaha ekspor yang banyak mengandung kandungan lokal, seperti usaha pertanian (agribisnis) sehingga dapat dijadikan suatu pemicu peningkatan ekspor. Namun disisi lain dengan berkepanjangan krisis yang dialami Indonesia tampaknya telah menimbulkan serangkaian dampak negatif bagi dunia usaha. Di Indonesia dimana nilai tukar Rupiah terhadap USD sempat terpangkas hingga 80% diikuti oleh melonjaknya suku bunga pinjaman sampai 60% sehingga menyebabkan bangkrutnya sejumlah bisnis khususnya bagi sektor industri yang sangat tergantung dari barang impor dan industri yang memiliki leverage tinggi (rasio hutang jauh melebihi modal) seperti real estate, importir, foot loose industry, dan otomotif.
Kondisi sebaliknya justru dialami oleh industri yang berbasiskan sumberdaya domestik dengan orientasi pasar ekspor seperti sektor agribisnis. Sebagaimana yang dialami oleh petani kopi di Sulawesi, petani sayuran di Brastagi, hingga Perkebunan Besar baik swasta dan pemerintah yang menghasilkan CPO, kopi ataupun teh. Namun dengan kondisi windfall profit yang dialami oleh industri dengan orientasi ekspor tersebut juga akan tercermin pada saham-saham agribisnis di Bursa Efek Jakarta sehingga saham-saham agribisnis dapat mengangkat kinerja bursa secara keseluruhan.
Salah satu kelompok saham yang diperdagangkan di BEJ adalah saham sektor agribisnis. Sektor ini menjadi bahan penelitian karena cakupan sektor agribisnis cukup luas meliputi subsektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan yang kenyataannya tahan terhadap krisis akan tercermin pula pada emiten agribisnis di pasar modal. Disamping itu perusahaan agribisnis adalah perusahaan yang mempunyai orientasi ekspor sehingga mampu menghasilkan devisa bagi negara (leading sector). Kenyataan lain menyebutkan bahwa sebagai perusahaan yang bercirikan domestic resources maka perusahaan rata- rata mencatat keuntungan yang tinggi sehingga tidak tertarik untuk go public di bursa.
Rumusan masalah yang dikaji adalah pertama, mengkaji pengaruh faktor ekonomi (nilai tukar rupiah, inflasi, bunga deposito) terhadap indeks harga saham gabungan. Kedua, melihat kondisi kelompok saham agribisnis di BEJ dari sisi pendekatan fundamental dan teknikal. Ketiga, melihat kinerja saham kelompok agribisnis yang dicerminkan oleh retum dan menerapkan strategi investasi/portofolio saham tersebut?
Selanjutnya, penulisan tesis ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja saham agribisnis pada periode pra krisis (Januari Juni 1997), masa krisis (Juli Desember 1998), masa pemulihan (Januari 1999 Desember 1999), (2) mengetahui kondisi indeks harga saham individual dan indeks pasar (IHSG) pada ketiga periode tersebut, dan (3) memberikan rekomendasi terhadap strategi investasi/portofolio pada kelompok saham di sektor agribisnis.
Penelitian ini menganalisa kinerja saham agribisnis pada Bursa Efek Jakarta dalam tiga periode yang terjadi di Indonesia, yaitu pra krisis, krisis, pemulihan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BEJ. Analisis yang dilakukan mencakup faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja saham dengan menggunakan alat analisis Uji Statistik Regresi Linier Berganda (Multiple Regression) mencakup return saham terhadap nilai tukar rupiah, suku bunga, inflasi, dan seterusnya. Selanjutnya, dilakukan pula analisis nilai keuntungan suatu saham dan indeks saham individual dan gabungan dengan menggunakan analisis return melalui pendekatan Cumulative Return dengan bantuan program Minitab v.11 dan dianalisis lebih lanjut dengan program Investment Portofolio v.1 untuk pengambilan keputusan saham yang akan
diinvestasikan. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap pasar modal di Bursa Efek Jakarta untuk kelompok saham agribisnis maka dilihat dari sisi makro ekonomi seperti nilai tukar rupiah, inflasi, bunga deposito menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan. Ini terlihat dari koefisien determinasinya (r-square) dari variabel tersebut sebesar 60.6% dari perubahan indeks pasar (IHSG) dan 39,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan dalam setiap investasi di pasar modal karena ketika salah satu variabel yang mempengaruhi indeks pasar berubah maka akan merubah nilai indeks pasar.
Untuk kelompok saham agribisnis peran faktor fundamental lebih berpengaruh terhadap harga saham karena pemodal cenderung memperhatikan data mengenai rasio perusahaan. Sesuai analisis fundamental (EPS, DER, NPM) diperoleh nilai R square diperoleh (1997-82.3%, 1998-22.2%, 1999-1.9%) menunjukkan pada tahun 1997 (pra krisis) berpengaruh secara signifikan namun pada tahun 1998 (krisis) ternyata faktor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan bahkan pada masa pemulihan. Ketiga variabel independen tersebut (EPS, DER, dan NPM) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel dependen (harga saham) pada sektor Agribisnis di Bursa Efek Jakarta pada periode 1997 (pra krisis). Disamping itu pada tahun 1997 (pra krisis) terjadi pengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin (NPM) dengan harga saham pada sektor agribisnis yang menunjukkan bahwa investor memperhatikan kebijakan NPM di dalam pengambilan keputusan investasinya. Sedangkan pada tahun 1998 dan 1999 ketiga variabel tidak menunjukkan signifikan sama sekali yang berarti bahwa kondisi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan rasio dalam neraca perusahaan.
Dalam analisis teknikal pergerakan pola harga dapat diperkirakan sesuai dengan gejala dari gejolak harga saham yang terjadi. Bentuk- bentuk gejolak harga saham yang terjadi antara lain head and shoulders, double tops, dan lain-lain karena secara psikologis pemodal akan bergerak ke arah yang telah dikenal sebelumnya. Pada dasarnya analisis teknikal digunakan pemodal dalam menentukan posisi jual dan beli. Secara umum terlihat bahwa analisis teknikal akan lebih efektif bila pengaruh fundamental di pasar modal sangat kurang dan informasi yang ada sulit diperoleh.
Kinerja kelompok saham agribisnis relatif stabil yang ditunjukkan oleh ujit atas return saham menunjukkan bahwa secara keseluruhan saham agribisnis tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pra krisis dengan krisis sedangkan pada krisis terhadap pemulihan ada perbedaan signifikan sehingga relatif tidak terpengaruh terhadap kondisi krisis. Tingkat keuntungan saham-saham agribisnis pada periode krisis terlihat lebih tinggi dibanding dengan indeks pasar (IHSG). Hasil perhitungan Cummulative Return menunjukkan kenaikan yang cukup berarti dari saham-saham agribisnis pada periode krisis berada diatas indeks saham gabungan sebesar rata-rata 3,4% sedangkan pada periode pemulihan mencatat perbedaan keuntungan sebesar 39,3% dibandingkan pada saat krisis. Ini menunjukkan bahwa selama masa krisis dan pemulihan kinerja saham yang ditunjukkan oleh sub sektor peternakan, pakan ternak, dan industri bubur kayu & kertas.
Berdasarkan konsep mean variance model melalui perhitungan Markowitz Model sehingga diperoleh portofolio saham dengan proporsi antar saham berdasarkan tingkat keuntungan tertentu yang akan diinvestasikan dengan tingkat resiko tertentu. Portofolio diperoleh sesuai dengan kurva efficient frontier yang menggambarkan pembentukan portofolio yang optimal dan efisien. Hasil portofolio diperoleh dengan beberapa alternatif pendekatan dengan korelasi positif terbesar hingga korelasi negatif terkecil sehingga diperoleh proporsi saham-saham terpilih.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih terinci tentang kondisi eksternal perlu dilakukan penelitian lagi sehingga diperoleh gambaran sebab-akibat yang lebih detail. Disamping itu karakteristik perusahaan agribisnis ternyata lebih didominasi oleh perusahaan manufaktur berbahan impor yang besar sehingga return yang diperoleh lebih tinggi sedikit dibanding sektor lain. Untuk hasil yang lebih akurat periodisasi perlu pengembangan sehingga diperoleh gambaran yang tepat sesuai skala prioritas.
Collections
- MT - Business [1046]