Show simple item record

dc.contributor.advisorTanopruwito, Djoni
dc.contributor.advisorHermawan, Aji
dc.contributor.authorAdisardjono, J.Kuntjoro
dc.date.accessioned2024-05-23T03:38:44Z
dc.date.available2024-05-23T03:38:44Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151132
dc.description.abstractKrisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan memburuknya situasi perekonomian Indonesia sampai dengan saat ini. Baik sektor moneter maupun sektor riil mengalami kemerosotan kinerja dan diperkirakan membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan ke keadaan semula. Krisis ini ditandai dengan menyusutnya pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) sampai -18,7%, inflasi 77.86% pada tahun 1998 (1997 sebesar 11.05%) dan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar merosot tajam bahkan pernah sampai mencapai Rp15.000,-per USD 1 (sebelum krisis hanya berkisar antara Rp2000, Rp.3000,- untuk setiap US Dollar), serta melonjaknya suku bunga simpanan perbankan sampai mencapai tingkat 61% p.a, sementara itu dana yang terkumpul tidak bisa disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit mengingat suku bunga bank pinjaman ikut melonjak naik. Dari 9 sektor ekonomi/lapangan usaha, ternyata hanya sektor Pertanian dan sektor Listrik, Gas dan Air yang memberikan pertumbuhan positif pada tahun 1998, yaitu masing-masing 0.22% dan 3.70% dengan komposisi share terhadap PDB sebesar 17.2% dan 1.52% (BPS 1998). Hal ini menunjukkan bahwa sektor Pertanian yang selama ini dianggap tidak menarik dari segi bisnis ternyata membuktikan sebaliknya. Bila dikaitkan dengan perkreditan perbankan diperoleh data bahwa kredit perbankan terhadap sektor Pertanian relatif tidak besar, hanya berkisar antara 6,5% sampai dengan 7% dari total kredit yang disalurkan. Sedangkan sektor Perindustrian menikmati kredit bank rata-rata 30%-36%, disusul sektor Jasa 26%- 31% dan sektor Perdagangan 21%-31%. Di bidang moneter, krisis juga telah menyebabkan turunnya kinerja dunia perbankan Indonesia secara drastis hingga Pemerintah harus mengadakan likuidasi bank-bank yang merugi. Tercatat 16 bank yang ditutup pada akhir 1997 dan 38 bank pada awal 1999. Di samping itu Pemerintah juga menjalankan program restrukturisasi terhadap beberapa bank swasta dan bank-bank BUMN. Semua Bank BUMN mengalami kinerja yang sangat buruk karena memiliki CAR (Capital Adequacy Ratio) di bawah -25% dan semuanya mengalami negatif spread., yaitu beroperasi dengan merugi karena harus membayar bunga simpanan melebihi bunga pinjaman. Kualitas kredit yang rendah bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, mulai dari kelemahan bank sebagai pemberi kredit, faktor nasabah dan faktor luar yang tidak mampu diperkirakan sebelumnya. Dengan menghubungkan kenyataan bahwa ternyata ada sektor ekonomi yang mampu bertahan di masa krisis dengan kredit perbankan, maka menjadi menarik untuk dianalisis bagaimana komposisi kredit bank terhadap masing-masing sektor dan peranan masing-masing sektor dalam membentuk kualitas kredit.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titleAnalisis Portofolio Kredit Guna Mendukung Strategi Bisnis Pt.Bank Rakyat Indonesia (Persero)Kantor Cabang Bogorid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanalisisid
dc.subject.keywordportofolioid
dc.subject.keywordkredit gunaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record