Show simple item record

dc.contributor.advisorMaarif, M Syamsul
dc.contributor.advisorWahyudi
dc.contributor.authorBarus, Morina
dc.date.accessioned2024-05-23T03:11:16Z
dc.date.available2024-05-23T03:11:16Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151105
dc.description.abstractIndustri minyak sawit di Indonesia merupakan salah satu yang memiliki daya saing tinggi di pasar internasional. Produk olahannya yaitu minyak sawit mentah (Crude Palm Oil atau CPO) menjadi komoditas ekspor yang handal dan penghasil devisa negara. Keragaman penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku industri pangan dan bukan pangan memberikan prospek yang cerah dibandingkan dengan kopi dan karet olahan. Total produksi CPO di Indonesia meningkat seiring dengan pesatnya laju investasi swasta dan asing di komoditi kelapa sawit. Untuk mengantisipasi peningkatan produksi CPO dan menghadapi era pasar bebas yang akan datang, dilakukan berbagai upaya agar daya saing minyak sawit dapat ditingkatkan. Salah satu upaya adalah melaksanakan pengendalian mutu untuk memperoleh CPO dengan mutu yang baik, karena kemampuan bersaing CPO dan turunannya didasarkan pada dua faktor yaitu harga yang kompetitif dan mutu yang baik. PT. Tapian Nadenggan adalah anak perusahaan di bidang perkebunan dari PT. SMART Tbk yang didirikan pada tahun 1979. Perusahaan tersebut memiliki perkebunan Langga Payung dan Paya Baung berikut pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam. Produk yang dihasilkan dijual ke pasar lokal dan sebagian besar di ekspor ke luar negeri, dan untuk dapat bersaing di pasar domestik dan internasional perusahaan harus meningkatkan mutu produknya. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan kotoran minyak sawit yang dihasilkan berada diatas standar mutu yang ditetapkan, tetapi kadar air dan nilai DOBI (Deterioration Of Bleachability Index) sesuai dengan standar. Tetapi bila dibandingkan dengan standar mutu "Special Quality" yang sudah diterapkan oleh negara Malaysia untuk produk ekspor, maka mutu yang dihasilkan perusahaan masih sangat rendah (diatas standar mutu). Untuk menurunkan kadar ALB, kotoran, air dan menaikkan nilai DOBI maka dilakukan identifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya standar mutu, melakukan analisis pengendalian mutu yang dilaksanakan perusahaan, melakukan analisis upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan, dan melakukan analisis apakah standar mutu yang ada perlu ditingkatkan, disesuaikan dengan standar mutu pasar internasional yaitu "Special Quality". Tujuan geladikarya adalah (1) Melakukan analisis pengendalian mutu yang diterapkan perusahaan, (2) Melakukan identifikasi berbagai faktor yang menjadi kendala dalam pencapaian standar mutu, (3) Melakukan analisis apakah standar mutu yang digunakan perusahaan ditingkatkan, disesuaikan dengan standar mutu pasar internasional yaitu "Special Quality", (4) Memberikan alternatif upaya perbaikan untuk menurunkan kadar ALB, air, kotoran dan meningkatkan nilai DOBI, (4) Mengkaji penerapan model statistik dalam pengendalian mutu CPO, agar diketahui mutu yang dihasilkan dapat dikontrol dengan baik atau tidak. Geladikarya dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2000. Metode penelitian yang digunakan dalam geladikarya adalah studi kasus. Analisis yang digunakan adalah analisis diagram pareto, diagram sebab akibat, dst....id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Strategiid
dc.titleKajian Pengendalian Mutu Minyak Sawit Pada Pt. Tapian Nadenggan, Medanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordManajemen Strategiid
dc.subject.keywordMutu Minyak Sawitid
dc.subject.keywordPT. TAPIAN NADENGGANid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record