Pengaruh penggunaan protein sel tunggal ( Pruteen) sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum ayam pedaging terhadap saluran pencernaan
View/ Open
Date
1985Author
Somodiwiryo, Santoso
Anggorodi, R.
Herman, Rachmat
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilakukan di Bagian Unggas, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, selama dua bulan, mulai tanggal 19 Juni sampai dengan 14 Agustus 1984. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh penggunaan Protein. Sel Tunggal (Pruteen) dalam ransum ayam pedaging terhadap bagian-bagian saluran pencernaan, hati dan pankreas. Sebagai materi digunakan 192 ekor anak ayam pedaging strain CP 707, jenis kelamin jantan. Ransum yang digunakan adalah ransum pemula dalam bentuk "all mash" sebanyak enam macam yaitu ransum R₁ (kontrol), R. (Pruteen 3%), R3 (Pruteen 6%), R4 (Pruteen 9 %), R5 (Pruteen 12%), R6 Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Untuk mempelajari pengaruh perlakuan terhadap bagian-bagian saluran pencernaan termasuk hati dan pankreas menggunakan analisis peragam (Covariance) model YT, aX, X adalah bobot tubuh kosong dan bobot total saluran pencernaan kosong, Y adalah bobot bagian-bagian saluran pencernaan. T, adalah perlakuan dengan i 1,2,3, ....... 6. Uji beda nyata secara statistik dengan analisis peragam (Covariance) dilakukan mengikuti petunjuk Snedecor dan Cochran (1967). Dari hasil pembahasan dan pengolahan data secara statiatik terhadap hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan :
1. Pemberian ransum dengan kandungan " Pruteen" yang bertahap pada Bobot Tubuh Kosong (BTK) dan Bobot Total Salurruh sangat nyata (P0.01) terhadap bobot oesophagus dan tembolok. Dengan semakin meningkat kandungan "Pruan Pencernaan Kosong (BTSK) yang sama memberikan pengateen" dalam ransum mengakibatkan penurunan dari bobot oesophagus dan tembolol.
2. Perlakuan ransum dengan kandungan "Pruteen" yang bertahap memberikan pengaruh sangat nyata (P/ 0.01) terhadap bobot pankreas, selanjutnya dengan semakin meningkatnya kandungan "Pruteen" di dalam ransum, bobot pankreas semakin menurun. 3. Perlakuan ransum dengan kandungan "Pruteen" yang bertahap, pada bobot tubuh kosong yang sama memberikan pengaruh nyata (P0.05) terhadap bobot hatinya, namun pada Bobot Total Saluran Pencernaan Kosong (BTSK) yang sama pengaruhnya sangat nyata (P/ 0.01). 4. Pemberian ransum dengan kandungan "Pruteen" yang bertahap, pada bobot tubuh kosong yang sama memberikan pengaruh nyata (P0.05) terhadap bobot usus besarnya, namun pada bobot total saluran pencernaan kosong yang sama pengaruhnya semakin sangat nyata (P/ 0.01). 5. Panjang usus halus tidak berbeda nyata dengan perlakuan ransum yang diberikan pada bobot tubuh kosong yang sama, namun pada bobot total saluran pencernaan kosong yang sama pemberian ransum dengan kandungan "Pruteen" yang bertahap memberikan pengaruh yang nyata (P/ 0.05). 6. Bobot lambung kelenjar, empedal, usus halus, usus buntu dan panjang usus halus, usus buntu maupun panjang usus besar tidak berbeda nyata dengan perlakuan ransum yang diberikan.