Potensi bagas tebu sebagai pakan ternak ruminansia
View/ Open
Date
1990Author
Permana, Idat Galih
Sutardi, Toha
Jachja, Jajat
Metadata
Show full item recordAbstract
Bagas tebu adalah merupakan salah satu hasil sampingan industri gula yang pemanfaatannya masih terbatas. Pemakaian bagas sebagai media jamur sudah banyak digunakan. Kompos bekas media jamur tersebut mempunyai potensi sebagai sumber serat, namun pemakaiannya belum berarti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kompos bagas bekas media jamur sebagai pengganti rumput raja, dan pengaruh lama pemeraman dengan larutan alkali pada bagas dalam meningkatkan nilai nutrisi bagas.
Penelitian dilakukan dalam tiga macam in vivo, in situ dan in vitro. Penelitian in vivo dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kompos bagas bekas media jamur dalam ransum sapi laktasi. Ransum yang digunakan mengandung kompos bagas sebanyak 0%, 10%, 20% dan 30% dari bahan kering ransum. Ternak yang digunakan sebanyak 16 ekor sapi bangsa Fries Holland. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok 4 x 4.
Berdasarkan hasil penelitian pemakaian kompos bagas dalam ransum sapi perah hingga 30 % dari bahan kering. rarisum tidak berbeda nyata dalam produksi susu, konsumsi bahan kering, TDN, protein, serta konversi bahan kering, TDN dan protein. Disamping itu peningkatan pemakaian kompos bagas dalam ransum sapi perah cenderung meningkatkan kadar lemak susu, serta tidak menurunkan berat - jenis susu yang berarti.
Penelitian in situ dan in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa alkali serta lama pemeraman yang optimum. Alkali yang digunakan adalah NaOH. KOH, Ca(OH)2 dan urea, dengan lama pemeraman 10, 20 dan 30 hari. Sebagai kontrol digunakan bagas tebu tanpa pemberian alkali maupun pemeraman. Dosis alkali sebanyak 2% (w/v; berat/volume) yang dilarutkan dalam air.
Penelitian in situ menggunakan sapi berfistula bangsa Fries Holland. Parameter yang diukur adalah laju penyusutan bahan kering dan bahan organik. Pada penelitian in vitro peubah yang diukur adalah koefisien cerna bahan kering, koefisien cerna bahan organik, VFA total dan produksi amonia. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok 13 x 3.
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan alkali pada bagas tebu dapat meningkatkan laju penyusutan bahan kering dan bahan organik. Penggunaan NaOH nyata (P<0.05) mengha- silkan laju penyusutan bahan kering dan bahan organik yang lebih tinggi dari pada alkali lainnya.
Pemakaian alkali sangat nyata (P < 0.01) meningkatkan koefisien cerna bahan kering dan bahan organik, produksi VFA total dan produksi amonia. Penggunaan NaOH meningkatkan. kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan alkali yang lain. Urutan efektivitas dalam meningkatkan kecernaan adalah NaOH, КОН, Са(ОН)2 dan urea. Penggunaan urea pada bagas kurang efektif dalam meningkatkan kecernaan dan produksi VFA, tetapi jauh lebih tinggi memproduksi amonia dibandingkan alkali lainnya. Lama pemeraman hingga 30 hari untuk bagas yang men-
dapat perlakuan NaOH dan KOH cenderung meningkatkan koe- fisien cerna bahan kering dan bahan organik bagas. Sedang- kan produksi VFA total dan amonia menurun.
Untuk perlakuan Ca(OH)2 dan urea lama pemeraman sampai 30 hari, cenderung menurunkan produksi VFA total, koefisien cerna bahan kering dan bahan organik. Sedangkan pemberian Ca(OH)2 hingga 20 laju penyusutan bahan kering dan bahan organiknya lebih tinggi dibandingkan pemeraman 10 hari. Jika pemeraman ditingkatkan hingga 30 hari maka akan me- nurunkan laju penyusutan bahan kering dan bahan organik.