dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai berbagai macam komoditas pertanian
yang berpotensi untuk diekspor maupun untuk dikonsumsi di dalam negeri. Buah-buahan mempunyai
potensi ekonomi yang cukup tinggi dan umumnya dikonsumsi sebagai buah segar, oleh karena itu
mutu dan kesegaran buah perlu dipertahankan sehingga dapat menghasilkan nilai jual tinggi. Salah
satu komoditas buah-buahan yang memiliki prospek bisnis yang semakin cerah sehubungan dengan
semakin terbukanya peluang pasar adalah buah alpukat.
Alpukat (Persea americana, Mill) merupakan salah satu buah perishable commodities, yaitu
komoditi yang mudah sekali rusak. Kerusakan dapat diakibatkan oleh kerusakan mekanis, fisiologis
dan mikrobiologis, dimana kerusakan tersebut dapat mengurangi daya simpan buah. Pada prinsipnya
ada tiga cara untuk memperpanjang daya simpan yaitu menunda proses kematangan, memperlambat
penguapan dan respirasi, serta membunuh dan mencegah perkembangan mikroorganisme pembusuk.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah teknologi penyimpanan dingin dan juga pelapisan lilin,
sehingga laju respirasi berlangsung lebih lambat dan dapat menunda proses kematangan. Penelitian
yang menyatakan bahwa kombinasi pelilinan dan suhu untuk penyimpanan buah alpukat telah banyak
dilakukan. Namun dari hasil penelitian tersebut belum dikembangkan model perubahan mutu yang
dipengaruhi oleh suhu dan pelilinan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya penelitian yang
dapat memprediksi respon mutu buah alpukat dengan kombinasi suhu dan konsentrasi pelilinan yang
berbeda-beda. Untuk mengetahui kombinasi optimum dari suhu dan pelilinan untuk memperpanjang
umur simpan buah alpukat dapat digunakan metode gabungan antara metode statistika dan matematika
yaitu metode respon permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi perlakuan suhu
dan pelilinan terhadap mutu simpan buah alpukat, serta menentukan kombinasi suhu dan pelilinan
yang optimum untuk mutu simpan buah alpukat yang diharapkan.
Rancangan percobaaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Response Surface
Methodology (RSM) dengan menggunakan 2 variabel bebas. Variabel bebas yang digunakan yaitu
suhu yang dinotasikan dengan X1 dengan range suhu yang digunakan antara 8oC-18oC, dan
konsentrasi pelilinan yang dinotasikan dengan X2 dengan range konsentrasi pelilinan yang digunakan
antara 2% b/v-10% b/v. Variabel respon yang diamati adalah laju respirasi, susut bobot, total padatan
terlarut, kekerasan kulit dan kekerasan daging. Persamaan RSM mencakup model orde pertama yaitu
faktorial 22
ditambah ulangan pada perlakuan titik pusat (centre point), sehingga ada 5 perlakuan
dengan 9 pengamatan. Pada persamaan model orde kedua digunakan model centre composite design
(CDD) dengan menambah perlakuan 4 axialpoint pada nilai α = 1.414, sehingga secara total ada 8
perlakuan dengan 13 pengamatan. ... | id |