Analisis Pola Aliran dan Distribusi Suhu Udara Pada Rumah Tanaman Standard Peak Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD)
Abstract
Ada banyak tipe rumah tanaman yang biasa digunakan untuk daerah tropis, diantaranya
adalah tipe standard peak. Rumah tanaman tipe ini memiliki atap yang berbentuk segitiga
apabila dilihat dari tampak depan. Analisis dengan Computational Fluid Dynamics (CFD)
mampu memodelkan distribusi suhu udara dan pola pergerakan udara di dalam rumah tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi suhu udara dan aliran udara di dalam rumah
tanaman tipe standard peak menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD) serta melakukan
validasi untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran.
Rumah tanaman (P = 20 m, L = 7,5 m, T = 7,35m) yang diteliti memiliki ventilasi
berupa bukaan pada dinding dan atap yang ditutup kassa dengan porositas 0,52. Pengukuran
data parameter lingkungan dilakukan pada bulan Mei 2012. Simulasi CFD dilakukan pada
bulan Juli 2012. Data radiasi matahari, kecepatan angin, suhu lantai dan suhu atap digunakan
sebagai data masukan. Keluaran dari simulasi berupa potongan kontur suhu dan vektor aliran
udara.
Suhu udara di dalam rumah tanaman pada permukaan lantai berkisar antara 35,4 o
C –
36 o
C pada saat suhu udara luar berkisar antara 34 o
C - 36 o
C dan radiasi matahari 656 W/m2
.
Perbedaan suhu udara d i luar dan di dalam rumah tanaman tidak lebih dari 5 o
C. Semakin
tinggi letak suatu titik dari permukaan lantai, maka suhu udara pada titik tersebut di dalam
rumah tanaman cenderung semakin tinggi. Suhu rumah tanaman paling tinggi tercatat pada
bagian atas di dekat atap rumah tanaman, yaitu mencapai 36 oC. Hasil simulasi menunjukkan
terjadinya gradien suhu udara yang cukup nyata dari bagian bawah ke atas. Validasi nilai suhu
udara hasil simulasi terhadap hasil pengukuran menghasilkan error sebesar 8,57 % dan nilai
koefisien keseragaman sebesar 96,64 %.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa bukaan di dinding berfungsi sebagai inlet dan
bukaan di atap berfungsi sebagai outlet pada saat angin tidak bertiup maupun pada saat kecepatan
angin rendah. Pada saat angin tidak bertiup maupun pada saat kecepatan angin rendah pertukaran
udara tetap terjadi karena adanya chimney effect. Udara panas keluar melalui bukaan dinding
dan atap. Dengan demikian, ventilasi alamiah melalui bukaan ventilasi di dinding dan di atap
rumah tanaman sangat berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendekati optimal bagi
tanaman tanpa energi listrik seperti yang diperlukan pada ventilasi mekanis yang berimplikasi
kepada penambahan biaya operasional.
Hasil analisis menggunakan CFD memungkinkan dilakukannya visualisasi distribusi
suhu dan pola aliran udara di dalam rumah tanaman. Selanjutnya hal ini memungkinkan
dilakukannya perancangan rumah tanaman yang lebih baik dengan lebih cermat memperhatikan
tipe rumah tanaman, iklim setempat, jenis screen, dimensi, pengaturan tata letak tanaman, dan
jenis tanaman yang akan dibudidayakan di rumah tanaman tersebut.
