Show simple item record

dc.contributor.authorBustaman, Andrian Donny
dc.date.accessioned2010-05-07T06:30:53Z
dc.date.available2010-05-07T06:30:53Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14894
dc.description.abstractBahan pangan yang menciapat prioritas utama dalam kebijakan pangan pemerintah adalah padi (beras). Beras menjadi prioritas utama karena (1) usaba tani padi menyediakan kesempatan kerja bagi 21 juta kcluarga petani, (2) merupakan bahan pangan utama bagi sekitar 95 persen penduduk Indonesia, dan (3) sekitar 30 persen dari pendapatan keluarga miskin dialokasikanO uotuk membeli beras. Dengan peran strategis terse but maka gejolak harga akan berdampak pada pendapatan usaba tani, kesejahteraan petani dan keluarga miskin. Ketidakstabilan harga beras dapat dilihat dari dua sisi yaitu: (1) ketidakstabilan karena faktor musim tanam dan iklim, dan (2) ketidakstabilan ekonomi karena pengaruh pasar seperti gejolak permintaan dan fluktuasi harga intemasional. Bila harga diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, maka harga akan jatuh pada musim panen raya dan meningkat pada musim paceklik. Ketidakstabilan ini akan merugikan petani pada musim panen dan memberatkan konsumen pada musim paceklik, eleh karena itu pemerintah berusaha mengendalikan harga melalui kebijakan harga (price policy). Pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga ini sukar untuk dilaksanakan secara efektif karena beberapa alasan. Pertama, negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas. Hal ini berarti pemerintah barus menstabilkan harga-harga yang terbentuk pada masing-masing pasar yang tersebar di seluruh Indonesia. Kedua, persedian beras di Indonesia berfluktuasi karena adanya perbedaan periode panen yang nyata. Kondisi ini menyebabkan pergerakan harga beras memiliki senjang yang besar antara periode panen dan periode tanam. Ketiga. pasar konsumen terpisah dari daerah produksi, sehingga perlu adanya tindakan pemasaran untuk mengirimkan produk pertanian sarnpai ke konsumen akhir. Akibatnya, kebijakan yang mempengaruhi harga juga akan mempengaruhi pelaku pemasaran. Keempat adalah integrasi pasar, implementasi dari kebijakan stabilisasi harga akan lebih efektif pada pasar-pasar yang terintegrasi dibandingkan pada pasar yang tidak terintegrasi, sehingga pelaksanaan kebijakan harga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Setelah dihapuskannya monopoli impor Bulog tahun 1998, maka hubungan perdagangan dan arus barang dengan pasar intemasional akan semakin terbuka. Dengan pasar beras yang semakin terbuka maka pengaruh harga dan supply pasar intemasional akan semakin mempengaruhi kondisi pasar loka! secara langsung. Hal ini akan mengakibatkan kebijakan harga yang dilakukan oteh pemerintah akan menjadi semakin sulit karena harga di pasar demestik akan terpengaruh oleh kondisi pasar intemasional. Penelitian ini bertujuan untuk (l) menganalisa tingkat integrasi pasar spasial antar pasar regional, (2) menganalisa tingkat integrasi pasar vertikal antara pasar ritel dan pasar produsen, (3) menganalisis besaran elastisitas transmisi perubahan harga di pasar lokal akibat perubahan harga di pasar acuan, dan (4) menganaiisa derajat integrasi pasar beras di Indonesia dengan pasar beras internasional.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis integrasi pasar beras di Indonesiaid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record