Studi budidaya cacing tanah eisenia foetida ( Sav.) guna menanggulangi limbah hayati di bambu apus, DKI Jakarta
Abstract
Meningkatnya harga pakan ternak belakangan ini, secara ekonomis menyebabkan produk yang dihasilkan dari peternakan sudah tidak menguntungkan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Maka untuk tetap memacu dunia peternakan dirasa perlu untuk mencari jenis makanan baru yang mempunyai nilai gizi yang baik tetapi dengan harga yang murah. Makanan baru yang dapat memenuhi dua kriteria di atas antara lain adalah cacing tanah (Waluyo et al., 1990). Di samping itu adanya pemotongan sapi dan kerbau yang cukup banyak di DKI Jakarta, yaitu masing-masing 161.332 dan 9.831 ekor per tahun (Dinas Peternakan DKI, 1989), merupakan masalah baru yang akan menimbulkan pencemaran lingkungan apabila limbah isi rumen dari pemotongan tersebut tidak dikelola dengan baik.
Limbah isi rumen sapi dan kerbau mempunyai nilai makanan yang cukup tinggi, mengandung protein kasar masing-masing 9.63 dan 7.37% (Sihombing dan Simamora, 1972). Kandungan protein demikian masih cukup baik untuk membudidayakan cacing tanah. ...
Collections
- UT - Biology [2149]