Sistem pengolahan benih kapas di proyek kapas PTP XXVI kebun asembagus situbondo dan balittri malang
Abstract
Kapas merupakan salah satu komoditi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan tekstil. Sejalan dengan kebutuhan sandang yang kian meningkat, persediaan serat kapas akan menjadi faktor penentu produksi tekstil. Kebutuhan serat kapas di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan sejak Pelita I sampai dengan Pelita III.
Perkembangan industri tekstil dalam negeri cukup baik, namun demikian kapasitas produksi serat di Indonesia masih belum mencukupi. Pada akhir Pelita III kebutuhan sandang diperkirakan akan mencapai 13,4 meter per kapita (Anonim, 1976). Pada tahun 1973/1974 industri tekstil di Indonesia telah memiliki 480000 buah mata pintal dan di- perkirakan akan menjadi 1,2 juta buah pada akhir pelaksanaan Pelita III (Anonim, 1977).
Pada tahun 1974/1975 Indonesia memerlukan 66000 ton serat kapas dan 1250 serat lainnya. Bahan serat tersebut sebagian besar didatangkan dari luar negeri, kapasitas produksi serat kapas dalam negeri hanya mencapai 2% dari seluruh kebutuhan (Soepomo, 1976).
Bertolak dari kondisi tersebut di atas, produksi serat kapas mendapat perhatian dari pemerintah. Sampai dengan akhir tahun Pelita III, ditargetkan perluasan pengembangan tanaman kapas mencapai 100000 hektar.