Show simple item record

dc.contributor.advisorIskandar, Sjarif Hidayat
dc.contributor.authorDjibran, Asran
dc.date.accessioned2024-03-15T04:57:33Z
dc.date.available2024-03-15T04:57:33Z
dc.date.issued1984
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/141926
dc.description.abstractTanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) merupakan penghasil lateks yang paling unggul, karena itu dipilih sebagai sumber utama bahan elastomer (Polhamus, 1962). Sejak bibit karet masuk ke Indonesia pada tanggal 16 oktober tahun 1876, penanaman karet mengalami perkembangan pesat. Hal ini berkaitan erat dengan pertumbuhan industri mobil yang pesat, terutama di Amerika Serikat. Pada waktu itu keuntungan yang diperoleh perusahaan besar menjadi perangsang berdirinya perkebunan rakyat (Saher dan Verhaar, 1979). Sampai saat ini karet masih merupakan komoditi ekspor yang mempunyai arti penting dalam perekonomian Indonesia. Dengan nilai ekspor ini karet menempati urutan penghasil devisa ketiga setelah minyak bumi dan kayu. Pada masa sebelum perang Dunia Kedua, Indonesia dikenal sebagai negara produsen karet alam nomor satu di dunia, tetapi saat ini kedudukan tersebut telah diganti oleh Malaysia. Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 1977 tercatat 2.3 juta hektar dengan perincian 465.6 ribu hektar perkebunan besar dan 1 858.6 ribu hektar perkebunan rakyat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPengolahan tanaman di perkebunan ciseru / cipari, PT J.A Wattie kabupaten cilacapid
dc.titlePengolahan tanaman di perkebunan ciseru / cipari, PT J.A Wattie kabupaten cilacapid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record