Pengolahan tanaman di perkebunan ciseru / cipari, PT J.A Wattie kabupaten cilacap
Abstract
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) merupakan penghasil lateks yang paling unggul, karena itu dipilih sebagai sumber utama bahan elastomer (Polhamus, 1962). Sejak bibit karet masuk ke Indonesia pada tanggal 16 oktober tahun 1876, penanaman karet mengalami perkembangan pesat. Hal ini berkaitan erat dengan pertumbuhan industri mobil yang pesat, terutama di Amerika Serikat. Pada waktu itu keuntungan yang diperoleh perusahaan besar menjadi perangsang berdirinya perkebunan rakyat (Saher dan Verhaar, 1979). Sampai saat ini karet masih merupakan komoditi ekspor yang mempunyai arti penting dalam perekonomian Indonesia. Dengan nilai ekspor ini karet menempati urutan penghasil devisa ketiga setelah minyak bumi dan kayu. Pada masa sebelum perang Dunia Kedua, Indonesia dikenal sebagai negara produsen karet alam nomor satu di dunia, tetapi saat ini kedudukan tersebut telah diganti oleh Malaysia. Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 1977 tercatat 2.3 juta hektar dengan perincian 465.6 ribu hektar perkebunan besar dan 1 858.6 ribu hektar perkebunan rakyat.
