dc.description.abstract | Karet merupakan salah satu komoditi penting bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi penerimaan devisa dari sub sektor perkebunan, di samping itu menyangkut kehidupan banyak rakyat. Menurut Rajino (1978) eksport karet alam Indonesia adalah nomor tiga setelah minyak dan kayu. Pemerintah merencanakan pada akhir repelita IV, nilai devisa untuk komoditi perkebunan akan mencapai US $ 5.5 milyar yang sebagian besar dari karet alam.
Di pasaran karet alam internasional, sebelum tahun 1957 Indonesia merupakan produsen utama tetapi setelah tahun 1957 posisi Indonesia digeser oleh Malysia dan berada di urutan kedua.
Peranan Indonesia di pasaran karet alam dunia menurun disebabkan oleh tingkat produktivitas yang rendah terutama bila dibandingkan dengan Malaysia. Luas areal tanaman karet kurang lebih 2.65 juta hektar, 80.50 persen diantaranya merupakan perkebunan karet rakyat, dengan rata-rata produksi berkisar antara 350 sampai 400 kg per hektar per tahun. Produksi tersebut masih jauh bila dibandingkan dengan rata-rata produksi perkebunan besar, yaitu sebesar 720 kg karet kering per hektar. Keterbatasan modal dan ketrampilan petani yang kurang dalam mengelola kebunnya merupakan penyebab utama rendahnya produksi tersebut (BPP Sembawa, 1983). Menurut Iskandar (1983) produksi yang rendah disebabkan oleh peremajaan yang terlambat, sebagian tanaman sudah tua
dan bukan klon unggul. | id |