Show simple item record

dc.contributor.authorMontesori, Maria
dc.date.accessioned2010-05-06T09:21:09Z
dc.date.available2010-05-06T09:21:09Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14082
dc.description.abstractRevitalisasi pertanian yang menjadi program pemerintah telah turut mendorong bergeraknya sektor pertanian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian sebesar 1,3 dari 6.5 persen total Produk Domestik Bruto tahun 2007 (BPS, 2007). Berbagai program Departemen Pertanian terlihat berlomba serius dalam mencapai tujuan revitalisasi pertanian, salah satunya gerakan “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (ecoagribusiness), apalagi adanya perubahan preferensi masyarakat terhadap pola hidup sehat (back to nature) juga mendorong berkembangnya trend industri pertanian yang bersifat ramah lingkungan. Lembaga Pertanian Sehat (LPS) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri pertanian ramah lingkungan, Jenis-jenis produk yang telah dipasarkan oleh LPS sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut : beras SAE (sehat, aman dan enak; beras bebas pestisida ), OFER (organik fertilizer) dan Top Soil, PASTI (insektisida nabati) dan Bio Mentari (pupuk organik cair), dan VIR (Vitura dan Virexi). Melalui modal yang terbatas, LPS mengalokasikan modal yang tersedia untuk kegiatan diversifikasi/portofolio pemasaran produknya. Portofolio pemasaran produk yang dilakukan LPS meningkatkan penerimaan, dan yang utama untuk menekan fluktuasi/risiko penerimaan. Pengalokasian modal yang tidak optimal dapat meningkatkan risiko portofolio pemasaran, oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan usaha, LPS perlu melakukan optimalisasi untuk menganalisis kebijakan diversifikasi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui apakah proporsi alokasi modal yang telah dilakukan dalam portofolio pemasaran sudah optimal dan apakah mampu meminimumkan risiko portofolio pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran produk LPS dengan pendekatan single-index portofolio dan menentukan proporsi alokasi modal optimal dari produk-produk yang dipasarkan yang memberikan risiko minimum. Data yang digunakan adalah data penerimaan penjualan dan beban-beban pemasaran perbulan pada tahun 2008. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Kelurahan Harja Sari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui preferensi LPS terhadap risiko. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis korelasi antara produk, menganalisis tingkat risiko portofolio pemasaran, dan menganalisis proporsi alokasi modal tingkat optimal yang mampu meminimum tingkat risiko portofolio. Berdasarkan hasil analisis korelasi, diketahui bahwa kelompok produk yang paling layak untuk dikombinasikan terhadap tiga kelompok produk yang lain adalah kelompok produk beras SAE, karena memiliki koefisien korelasi yang negatif terhadap dua dari tiga kelompok produk, yaitu - 0,116 terhadap OFER dan Top Soil, dan - 0,054 terhadap VIR (Vitura dan Virexi), serta 0,454 terhadap PASTI dan Bio Mentari. Kombinasi diversifikasi terbaik adalah produk yang memiliki nilai koefisien korelasi negatif terkecil. Dengan demikian urutan kombinasi diversifikasi terbaik adalah: beras SAE dan VIR (Vitura dan Virexi), dan beras SAE dan OFER dan Top Soil. Untuk benih PASTI dan Bio Mentari masih bisa dijadikan pasangan kombinasi diversifikasi karena koefisien korelasi bernilai positif kecil, walaupun hasil kombinasi tidak sebaik produk yang memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif. Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh bahwa kelompok produk beras SAE memiliki risiko portofolio tertinggi, yaitu 0,991 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran, dan tingkat risiko terendah diperoleh pada kelompok produk OFER dan Top Soil yaitu sebesar -0,105 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Tingkat risiko kelompok produk PASTI dan Bio Mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) masing-masing adalah sebesar 0,401 dan 0,023 kali risiko rata-rata portofolio pemasaran. Pada kelompok produk SAE dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien portofolio maka semakin tinggi pula penerimaan rata-ratanya, hal ini menunjukkan semakin tinggi penerimaan suatu produk maka semakin tinggi pula risiko yang diakibatkannya. Namun tidak demikian pada kelompok produk lain. Pada kelompok produk PASTI dan Bio Mentari walaupun memiliki nilai koefisien portofolio yang tertinggi kedua setelah beras SAE, justru memiliki rata-rata penerimaan yang terendah diantara keempat kelompok produk lainnya. Begitu pula pada kelompok produk OFER dan Top Soil walaupun memiliki nilai koefisien portofolio terendah justru memiliki rata-rata penerimaan tertinggi dibandingkan kelompok produk VIR (Vitura dan Virexi) dan PASTI dan Bio Mentari. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor kekhasan masingmasing kelompok produk dan faktor risiko non sistemik, lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat risiko secara keseluruhan. Berdasarkan hasil optimalisasi, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara proporsi alokasi modal aktual dengan proporsi alokasi modal optimal. Pada kelompok produk beras SAE mengalami penyesuaian dari sebesar 92.61 persen menjadi 88,62 persen atau turun sebesar 3,99 persen dari kondisi aktualnya. Kelompok produk OFER dan Top Soil mengalami penyesuaian dari sebesar 5,11 persen menjadi 11,38 persen atau naik sebesar 6,27 persen dari kondisi aktualnya. Sementara pada kelompok produk PASTI dan Bio mentari dan VIR (Vitura dan Virexi) alokasi modal sudah optimal. Implementasi hasil optimalisasi pada proporsi alokasi modal optimal dapat memberikan manfaat ganda yaitu, menekan tingkat risiko hingga sebesar 5.5 persen dari tingkat risiko aktualnya (jika dikonversi ke dalam rupiah dapat mengurangi kemungkinan kerugian akibat fluktuasi penerimaan sebesar Rp 53.598.200) dan dapat meningkat keuntungan sebesar 18.84 persen dari keuntungan aktualnya (jika dikonversi ke dalam rupiah, dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp 30.671.156). Selain itu perusahaan juga masih dapat menghemat beban administrasi dan umum yang dikeluarkan selama setahun sebesar Rp 6.319.992.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleOptimalisasi alokasi modal portofolio pemasaran produk dengan pendekatan minimisasi risiko pada Lembaga Pertanian Sehat, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogorid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record