Pengeringan kapulaga lokal (Amomum cardamomum Willd) dengan microwave
Abstract
Kapulaga (Amomum cardamomum Willd) adalah tanaman rempah-rempah yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Buah kapulaga banyak digunakan sebagai obat- obatan, penyedap makanan, maupun wangi-wangian. Nilai kompetitif dari tanaman kapulaga adalah buahnya yang memiliki kandungan minyak atsiri dan jika dilakukan pengolahan akan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Kegiatan penanganan pasca panen bertujuan untuk memperoleh kandungan minyak atsiri yang tinggi sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi harga kapulaga yang turun akibat melimpahnya produksi kapulaga di pasaran.
Pada penelitian ini dilakukan pengeringan kapulaga dengan microwave. Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui aplikasi penggunaan microwave untuk mengeringkan- produk rempah-rempah, khususnya untuk tanaman kapulaga. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian IPB dan di Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor. Penelitian dimulai bulan Maret sampai Juni 2002. Alat yang digunakan adalah oven microwave, timbangan digital, termodigital, voltmeter, amperemeter, nampan, anemomaster, chromameters, termometer air raksa 100 °C, dan wadah.
Dalam penelitian ini, bahan kapulaga dikeringkan dengan teknologi microwave menggunakan power low, frekuensi 2450 MHz, daya 680 Watt. Pengontrolan suhu sulit dilakukan, dimana kisaran suhu pengeringan 40°C-110°C. Hasil pengeringan dibandingkan dengan penelitian Fahimah (1991) yang menggunakan pengering tipe rak untuk mengeringkan kapulaga sabrang. Penelitian Fahimah yang berprinsip memanaskan udara lingkungan dan menghembuskan melalui bahan yang hendak dikeringkan. Sumber energi panas berasal dari energi listrik dengan empat buah elemen pemanas listrik dengan daya masing-masing 300 Watt. Pengeringan dengan penjemuran dilakukan sebagai kontrol dalam penelitian ini.
Parameter yang diukur selama proses pengeringan dengan microwave dan penjemuran yaitu penurunan bobot bahan, kadar air, laju pengeringan terhadap kadar air, serta pengujian mutu dengan uji organoleptik. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian adalah 1 lapis, 2 lapis, dan 3 lapis, dengan bobot bahan merupakan kelipatan bobot sebelumnya, yaitu berturut-turut 360 gram, 720 gram, dan 1080 gram. Perlakuan pada pengering tipe rak dipilih pada suhu 50 °C dengan ketebalan bahan 1, 3 dan 5 cm.
Laju pengeringan paling cepat untuk microwave yaitu pada perlakuan 1 lapis tumpukan dengan nilai 6.5 %bb/jam, kadar air awal berubah dari 83.4 %bb menjadi 11.2%bb dengan lama pengeringan 11 jam 10 menit. Selanjutnya diikuti laju pengeringan 2 lapis tumpukan dengan nilai 3.7 %bb/jam, kadar air awal 78.9 %bb berkurang menjadi 10.7 %bb dengan lama pengeringan 18 jam 35 menit, terakhir pada 3 lapis tumpukan dengan laju 3.6 %bb/jam dengan perubahan kadar air dari 79.2 %bb menjadi 9.9 %bb selama 19 jam 25 menit. Untuk perlakuan kontrol (jemur) diperoleh laju pengeringan 2.3 % bb/jam, kadar air berubah dari 77.6 %bb menjadi 9.7 %bb selama 29 jam pengeringan.
Untuk percobaan Fahimah laju pengeringan paling cepat terjadi pada perlakuan 1 cm yaitu sebesar 4.0 %bb/jam, kadar air berubah dari 81.2 %bb menjadi 9.0 %bb selama 18 jam pengeringan. Diikuti dengan ketebalan 3 cm dengan kecepatan 2.6 %bb/jam, kadar air awal 80.3 %bb dan kadar air akhir 9.9 %bb selama 27 jam pengeringan.
