Evaluasi kandungan nutrien dan tingkat kerusakan tepung inti sawit dengan penambahan bahan pengisi onggok dan gaplek selama penyimpanan
Abstract
Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar penghasil minyak sawit. Industri minyak sawit pada masa yang akan datang mempunyai ancaman persaingan harga yang cukup besar mengingat banyak negara yang akan memproduksi minyak sawit. Diversifikasi produk inti sawit menjadi tepung inti sawit merupakan salah satu upaya pemecahan permasalahan di atas dan juga sebagai upaya dalam menangani pemenuhan ketersediaan bahan baku pakan lokal yang saat ini masih kurang ketersediaannya. Beberapa kendala akan dihadapi terkait dalam pembuatan tepung inti sawit diantaranya adalah derajat ketengikan yang tinggi dan proses pembuatannya yang menyebabkan tepung inti sawit mudah rusak dan daya simpannya menjadi singkat. Salah satu teknik yang mudah dan murah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pengolahan melalui penambahan onggok dan gaplek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas tepung inti sawit dengan penambahan onggok dan gaplek. Enam perlakuan digunakan yaitu PI (inti sawit 85% + 15% onggok), P2 (70% inti sawit + 30% onggok), P3 (55% inti sawit + 45% onggok), P4 (85% inti sawit + 15% gaplek), P5 (70% inti sawit + 30%gaplek) dan P6 (55% inti sawit + 45% gaplek).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (6x5) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah taraf perlakuan penambahan onggok dan gaplek (P1, P2, P3, P4, P5, dan P6), dan faktor kedua adalah lama penyimpanan (0, 2, 4, 6, 8 minggu). Pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 dilakukan analisis protein kasar, lemak kasar dan gross energi. Setiap 2 minggu (minggu ke 0, 2, 4, 6 dan 8) karung yang berisi bahan dibuka dan dianalisis kandungan kadar air, aw dan ketengikan [bilangan asam]. Data dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA) dan perbedaan antar perlakuan ditentukan dengan uji kontras orthogonal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan, taraf perlakuan dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap kadar air, aktivitas air, dan ketengikan. Kadar air meningkat dari 7,53% hingga 15,35%, aktivitas air dari 0,615 hingga 0,761, dan bilangan asam dari 5,27mg/g hingga 22,09mg/g. Peningkatan tersebut berdampak terhadap penurunan kualitas nutrien pada pakan yang meliputi protein kasar berkisar antara 0,01%-0,98%, lemak kasar berkisar antara 7,40%-13,14% dan gross energi berkisar antara 308 kal/g-767 kal/g. Efektifitas penambahan onggok pada tepung inti sawit lebih rendah dibandingkan gaplek dalam hal mempertahankan ketengikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan gaplek bisa memperpanjang penyimpanan tepung inti sawit lebih lama dari pada penambahan onggok berdasarkan tingkat kerusakan tepung inti sawit.
Kata-kata kunci: gaplek, ketengikan, onggok, penyimpanan, tepung inti sawit