Teknologi Pengeringan Beku dan Dampaknya terhadap Karakteristik Daging Buah Kelapa Kopyor (Cocos nucifera L.)
Abstract
Kelapa kopyor merupakan varian kelapa yang hanya ditemukan di
Indonesia dengan kondisi daging buah terlepas dari tempurung. Daging buah kelapa
kopyor memiliki kandungan air dan lemak cukup tinggi. Daging kelapa kopyor juga
memiliki kandungan enzim seperti peroksidase, dehidrogenase, lipase, katalase dan
protease yang dapat mempercepat proses hidrolisis dan oksidasi lemak sehingga
menyebabkan rentan terjadinya kerusakan mutu. Metode untuk mempertahankan
mutu buah segar dapat dilakukan dengan penurunan suhu dan penurunan kadar air
dengan cara pengeringan. Pengeringan mampu mempertahankan mutu buah lebih
lama dan mempermudah penanganan distribusi. Pengeringan konvensional maupun
dengan alat modern memiliki hasil karakteristik mutu yang berbeda. Berdasarkan
penelitian terdahulu, teknologi pengeringan terbaik saat ini yang dapat
mempertahankan mutu karakteristik tekstur daging buah segar kelapa kopyor yaitu
metode pengeringan beku (freeze drying). Pengeringan beku membutuhkan waktu
pengeringan yang lama sehingga diperlukan modifikasi proses untuk menunjang
efisiensi waktu pengeringan. Peneltian terkait pengeringan beku pangan sudah
banyak dilakukan, namun ruang lingkup penelitiannya masih terbatas pada produk
buah yang memiliki tekstur padat dan ukuran besar. Penelitian terdahulu
menyatakan bahwa blansir dengan metode air panas maupun uap mampu
mempercepat penguapan air, karena dapat melunakkan matriks dari bahan sehingga
memudahkan air yang ada di dalam bahan untuk bergerak dan menguap. Penelitian
ini memilih menggunakan blansir metode uap untuk meminimalisir kandungan gizi
terlarut pada daging buah kelapa kopyor. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengoptimasi lama waktu blansir sebelum dilakukan pengeringan beku,
menginvestigasi dampak pra perlakuan blansir, lama pengeringan dan tekanan
terhadap karakteristik buah kopyor kering beku dan menentukan kondisi operasi
pengeringan beku yang paling baik terhadap daging buah kopyor kering beku.
Kelapa kopyor pada penelitian ini diperoleh dari KP Ciomas PPKS UB,
Bogor, Jawa Barat. Tahapan penelitian dimulai dengan optimasi waktu blansir uap
dengan 4 taraf waktu (2, 5, 8 dan 10 menit) terhadap parameter mutu derajat putih
daging buah kopyor, kemudian dilakukan kajian pengaruh blansir uap dan
pengeringan beku terhadap mutu buah kopyor beku. Daging buah kelapa kopyor
dikelompokkan menjadi kopyor dengan perlakuan blansir uap pada suhu 100 °C
selama 10 menit dan tanpa perlakuan blansir. Pengeringan beku dilakukan selama
12, 24, 48 dan 72 jam dengan besar tekanan absolut ruang pengering 0,01 dan 0,05
mbar. Karakteristik mutu yang diamati yaitu kadar air, laju pengeringan, pH, derajat
putih dan asam lemak bebas (ALB). Hasil analisis yang didapatkan diolah
menggunakan uji sidik ragam, apabila terdapat pengaruh yang nyata antar
perlakuan terhadap respon yang diamati (α<0.05), maka dilakukan uji lanjut uji
DMRT (Duncan Multiple Range Test) menggunakan software IBM SPSS Statistic
27.
Optimasi waktu pra perlakuan blansir uap terhadap mutu derajat putih
didapatkan bahwa semakin lama waktu pengeringan maka nilai derajat putih akan
semakin meningkat. Waktu blansir yang mendapatkan nilai derajat putih tertinggi
sebesar 90,1% yaitu pada perlakuan 10 menit. Faktor perlakuan blansir, tekanan
dan lama pengeringan beku berpengaruh nyata terhadap hasil parameter mutu kadar
air, laju pengeringan, kadar asam lemak bebas dan pH, sedangkan parameter mutu
derajat putih dinyatakan berbeda nyata hanya terhadap variabel perlakuan blansir.
Perlakuan dengan blansir, tekanan ruang pengering yang lebih tinggi dapat
mempercepat penguapan kadar air seiring dengan lamanya proses pengeringan.
Perlakuan dengan blansir juga mampu menekan pembentukan asam lemak bebas
dan menjaga kestabilan pH kopyor kering beku. Kadar asam lemak bebas yang
didapati dari perlakukan tekanan 0,05 mbar lebih tinggi dibandingkan perlakuan
tekanan 0,01 mbar. Hal tersebut diduga disebabkan oleh stabilitas laju reaksi bahan
pangan terutama pada laju oksidasi relatif yang menyatakan bahwa nilai aktivitas
air di bawah 0,35 akan menyebabkan laju oksidasi meningkat kembali. Nilai
aktivitas air tersebut erat kaitannya dengan kadar air kopyor kering beku yang
dihasilkan dari perlakuan tekanan 0,05 mbar yang mendapati kadar sangat rendah
sehingga menyebabkan produk semakin porus sehingga rentan untuk menyerap air
kembali sehingga kadar air pada kopyor kering beku perlu dibatasi agar tidak terlalu
rendah. Perlakuan blansir uap dan pengeringan beku selama 48 jam dengan tekanan
0,01 mbar direkomendasikan sebagai perlakuan terbaik berdasarkan indikator
standar mutu buah kering SNI 3710:2018 dan pengamatan deskriptif terhadap
warna, rasa dan tekstur daging buah kopyor. Perlakuan tersebut mendapatkan hasil
kadar air 5,31%, laju pengeringan 0,022 g air/g padatan.jam, kadar asam lemak
bebas 0,51%, derajat putih 89,67% dan pH 7,04. Penentuan perlakuan terbaik
dinilai berdasarkan efisiensi waktu mencapai kadar air yang diinginkan yaitu
kurang dari 20%, derajat putih yang lebih tinggi dan dapat mempertahankan tekstur
daging buah kopyor.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2416]
