Kecernaan in vitro ampas sagu metroxylon yang diperlakukan secara biologis
View/ Open
Date
1991Author
Tisnowati
Jachja, Jajat
Hasjmy, Abdul Djamil
Metadata
Show full item recordAbstract
Ampas sagu Metroxylon merupakan salah satu limbah per- tanian yang memiliki potensi besar sebagai bahan makanan ternak. Tanaman sagu di Indonesia diperkirakan 740 000 ha. yang setara dengan 5 180 000 8 510 000 ton tepung sagu. Rendemen pengolahan sagu hanya 14 persen, sehingga 86 persen merupakan ampas sagu yang tercampur dengan sisa pati yang tidak terekstraksi. Akan tetapi tingginya serat kasar meru- pakan masalah utama secara hayati sebagai pembatas dalam pemanfaatannya sebagai makanan ternak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh fermentasi dengan Pleurotus ostreatus terhadap penampilan kualitas ampas sagu Metroxylon.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternak- an, Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei sampai akhir Agustus 1990.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan berupa lama fer- mentasi, yaitu 0, 2, 4 dan 6 minggu dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap penurunan Koefi- sien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) serta produksi Amonia (N-NH3), akan tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi asam lemak atsiri (VFA) berdasarkan uji Jarak Duncan diketahui bahwa KCBK ampas sagu kontrol sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dari KCBK dengan lama fermentasi 2 dan 4 minggu, akan tetapi nyata (P<0.05) lebih tinggi terhadap lama fermentasi 6 minggu. Sedangkan nilai KCBO kontrol sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dari- pada nilai KCBO dengan lama fermentasi 2,4 dan 6 minggu. Produksi amonia ampas sagu kontrol sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi daripada lama fermentasi 4 minggu, sedang terhadap lama fermentasi 2 dan 6 minggu tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata…