Show simple item record

dc.contributor.advisorJahroh, Siti
dc.contributor.advisorYudha, Yudha Heryawan
dc.contributor.authorFrangga, Ario
dc.date.accessioned2024-01-24T23:52:07Z
dc.date.available2024-01-24T23:52:07Z
dc.date.issued2024-01-23
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135959
dc.description.abstractPagar Alam merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki potensi di sektor perkebunan yang dikenal dengan perkebunan kopi. Jenis kopi yang dibudidayakan di Kota Pagar Alam adalah kopi robusta. Musim panen kopi robusta berlangsung satu kali dalam setahun dan waktu panen pada Bulan Mei sampai Bulan September. Pola panen kopi robusta di Kota Pagar Alam ada dua yaitu panen petik pelangi dan panen petik merah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi petani untuk panen petik pelangi dan petik merah, menganalisis praktik petani dalam budidaya kopi robusta petik pelangi dan petik merah, menganalisis saluran pemasaran kopi robusta petik pelangi dan petik merah, dan menganalisis keuntungan yang didapat petani dari hasil panen petik pelangi dan petik merah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif berupa analisis saluran pemasaran dan deskriptif kuantitatif berupa analisis pendapatan usaha tani serta analisis anggaran parsial (partial budget analysis) dengan penentuan sampel secara purposive sampling dan snowball sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang, 30 orang informan petik pelangi dan 5 orang informan petik merah. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan pada Bulan Oktober sampai November 2023. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pertama, faktor yang mempengaruhi petani untuk petik pelangi adalah pemasaran, pengolahan, volume penjualan, keamanan, biaya dan pemetikan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi petani untuk petik merah yaitu harga, kualitas, bobot, keuntungan, jaringan pemasaran, dan produk turunan seperti bubuk kopi. Kedua praktik petani dalam budidaya kopi robusta petik pelangi dan petik merah di Kota Pagar Alam terdapat tiga tahapan yaitu pemeliharaan/perawatan, pemanenan, dan pengolahan hasil panen. Hal yang dilakukan petani petik pelangi dan petik merah pada tahap pemeliharaan dan perawatan sama yaitu pemangkasan rumput, penyemprotan insektisida, pemangkasan dahan, pemupukan, dan stek sambung. Pada tahap pemanenan petik pelangi buah yang dipetik bercampur hijau, kuning, dan merah, sedangkan petik merah buah yang dipetik sudah matang ditandai berwarna merah. Proses pengolahan petik pelangi meliputi pemetikan, penjemuran, penggilingan, pengemasan dan pemasaran, sedangkan petik merah proses pengolahannya meliputi pemetikan, sortir buah ceri, perambangan, penjemuran, penggilingan, grading ukuran, sortir green bean, pengemasan dan pemasaran. Ketiga, saluran pemasaran kopi robusta di Kota Pagar Alam terdapat dua macam saluran yaitu saluran pemasaran kopi robusta petik pelangi dan saluran pemasaran kopi robusta petik merah. Saluran pemasaran kopi robusta petik pelangi terdapat tiga saluran, pertama yaitu petani-tengkulak desa-tengkulak kota-eksportir, kedua yaitu petani-tengkulak kota-eksportir, dan ketiga yaitu petani-eksportir. Saluran pemasaran kopi robusta petik merah terdapat empat saluran, pertama yaitu petani-industri bubuk kopi, kedua yaitu petani-roastery ketiga yaitu petani- konsumen, dan keempat yaitu petani-coffe shop. Keempat, keuntungan yang didapat petani petik pelangi sebesar Rp29.107.347 dan keuntungan petani petik merah sebesar Rp38.106.083. Petani kopi robusta di Kota Pagar Alam mayoritas masih memilih melakukan panen petik pelangi, hanya sebagian kecil yang melakukan panen petik merah walaupun petik merah lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan petani untuk tetap petik pelangi dan belum beralih ke petik merah. Faktor-faktor tersebut yaitu pemasaran petik pelangi lebih mudah dari petik merah karena banyak tengkulak yang menampung, pengolahan petik pelangi lebih mudah dengan waktu yang cepat karena petani belum memahami pengolahan petik merah, volume penjualan tidak terbatas berapa yang dijual petani akan ditampung oleh tengkulak, keamanan pada kebun kopi lebih terjamin, biaya yang dikeluarkan lebih kecil, serta pemetikan yang mudah dan cepat. Petani petik pelangi ingin beralih ke panen petik merah kalau ada tengkulak yang menampung, seperti pada praktik petik pelangi. Selain itu, petani kopi petik pelangi juga berharap ada pihak terkait yang berperan untuk membina dan membimbing petani mulai dari proses pengolahan hingga pemasaran. Karena itu, peluang bisnis yang ditemukan dari penelitian ini adalah ke depan dapat menciptakan ekosistem yang lebih baik untuk praktik budidaya petik merah sehingga petani petik pelangi mau beralih. Dengan demikian harapannya akan terbuka pasar petik merah yang luas skala ekspor agar petani semakin yakin untuk beralih ke petik merah.id
dc.description.abstractPagar Alam is one of the cities in the South Sumatra Province that possesses potential in the plantation sector, particularly known for its coffee plantations. The type of coffee cultivated in the city is robusta coffee. The robusta coffee harvesting season occurs once a year, from May to September. There are two harvesting patterns for robusta coffee in Pagar Alam, namely the rainbow picking and red picking methods. The objective of this research is to identify the factors influencing farmers to choose between rainbow picking and red picking, analyze the farming practices in cultivating robusta coffee using both methods, examine the marketing channels for rainbow picking and red picking robusta coffee, and analyze the profits obtained by farmers from rainbow picking and red picking harvests. The methodology employed includes qualitative descriptive analysis of marketing channels and quantitative descriptive analysis of cost return and partial budget analysis. The sample selection was conducted through purposive sampling and snowball sampling. There were a total of 35 respondents in this study, consisting of 30 rainbow picking informants and 5 red picking informants. The research was conducted in Pagar Alam City, South Sumatra Province, from October to November 2023. The results of this study indicate, firstly, the factors influencing farmers to choose rainbow picking are marketing, processing, sales volume, security, costs, and harvesting. Meanwhile, the factors influencing farmers to opt for red picking are price, quality, weight, profit, marketing network, and derivative products such as coffee powder. Secondly, farmers' practices in cultivating rainbow picking and red picking robusta coffee in Pagar Alam City involve three stages: maintenance/care, harvesting, and processing of the harvested produce. Farmers engaging in rainbow picking and red picking perform similar tasks during the maintenance and care stage, including grass trimming, insecticide spraying, branch pruning, fertilization, and grafting. In the harvesting stage, rainbow picking involves picking fruits that are a mix of green, yellow, and red, while red picking involves picking fully ripe fruits characterized by their red color. The processing of rainbow picking includes harvesting, drying, milling, packaging, and marketing, while red picking involves harvesting, cherry fruit sorting, pulping, drying, milling, size grading, green bean sorting, packaging, and marketing. Thirdly, in Pagar Alam City, there were two types of marketing channels for robusta coffee, namely the rainbow picking marketing channel and the red picking marketing channel. The rainbow picking marketing channel consisted of three channels: first, the farmers-middleman in the village-middleman in the city- exporter; second, the farmers-middleman in the city-exporter; and third, the farmers-exporter. The red picking marketing channel comprised four channels: first, the farmers-coffee powder industry; second, the farmers-roastery; third, the farmers-consumer; and fourth, the farmers-coffee shop. Fourthly, the profits obtained by rainbow picking farmers amounted to IDR29.107.347, while the profits for red picking farmers were IDR38.106.083. Harvesting rainbow picking and some farmers still practicing red picking, even though red picking is more profitable. This is because there are several factors that influence farmers to continue rainbow picking and not switch to red picking. Rainbow picking is considered easier in terms of marketing since there are many middlemen willing to buy the produce. Additionally, the processing of rainbow picking is quicker because farmers are more familiar with it, compared to red picking. The sales volume is not limited; middlemen are willing to accommodate whatever quantity the farmers have for sale. Furthermore, there is better security in the coffee plantation, the costs incurred are lower, and the harvesting process is both easy and quick. Rainbow picking farmers are interested in switching to red picking if there are middlemen willing to purchase, similar to the practices in rainbow picking. Additionally, rainbow picking coffee farmers also hope for the involvement of relevant parties to play a role in nurturing and guiding farmers throughout the processing to marketing stages. Therefore, the business opportunity identified from this research is the potential to create a better ecosystem for red picking cultivation practices in the future, encouraging rainbow picking farmers to make the switch. Consequently, it is hoped that a broad-scale export market for red picking will open up, further convincing farmers to transition to red picking.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengembangan Pola Panen Usahatani Kopi Robusta di Kota Pagar Alamid
dc.title.alternativeDevelopment of Robusta Coffee Farming Harvest Patterns in Pagar Alam Cityid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmarketing channelsid
dc.subject.keywordprofitid
dc.subject.keywordrainbow pickingid
dc.subject.keywordred pickingid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record