Show simple item record

dc.contributor.advisorWidyarti, Meiske
dc.contributor.advisorPurwanto, Bagus P.
dc.contributor.authorInayah, Weni Sofwatul
dc.date.accessioned2024-01-24T03:14:40Z
dc.date.available2024-01-24T03:14:40Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135824
dc.description.abstractSapi perah merupakan salah satu ternak penghasil komoditas susu sebagai bahan makanan yang bergizi, lezat dan mudah dicerna. Mayoritas masyarakat mengkonsumsi susu karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan menyehatkan tubuh. Tidak heran apabila peternakan sapi perah cukup berkembang di Indonesia, baik berupa peternakan komersial yang dikelola dalam skala besar ataupun semi komersial dalam skala yang lebih kecil atau dalam bentuk peternakan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan populasi sapi perah di Indonesia yaitu pada tahun 1998 346.700 ekor, tahun 1999 332.200 ekor, dan tahun 2000 adalah 347.000 ekor (BPS, 2000). Sapi perah yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah sapi Frisian Holstein dan peranakannya. Kandang merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan karena pemeliharaan sapi FH di dalam kandang. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari hal yang tidak menguntungkan misalnya iklim yang buruk. Adapun kandang yang diperlukan meliputi kandang laktasi, kandang beranak dan kandang pedet. Selain kandang, dalam peternakan sapi perah beberapa bangunan akan diperlukan untuk menunjang pengelolaan meliputi kamar susu, gudang, klinik, dan kantor. Bangunan-bangunan tersebut memerlukan tata letak yang baik, sehingga efektif dalam setiap aktivitas yang dilakukan pada setiap bangunan dan aktivitas yang berhubungan dari satu bangunan ke bangunan yang lain. Tipe kandang dan luasan kandang yang akan digunakan perlu diperhatikan guna kenyamanan ternak, kenyamanan pekerja, kesehatan, dan kemudahan bangunan untuk dibersihkan. Tipe kandang untuk sapi laktasi adalah tail to tail dengan tempat pakan berada pada kedua sisi bangunan kandang, hal ini dengan pertimbangan bahwa kegiatan pemerahan lebih lama dibandingkan pemberian pakan (pemberian pakan : 1 menit/ekor, pemerahan : 4 menit/ekor). Luas satu buah kandang laktasi adalah 45.3 x 12.3 m untuk kapasitas 57 ekor dan dua buah pen untuk sapi yang akan beranak. Luas tersebut berdasarkan luasan yang dibutuhkan untuk sapi perekor dan luasan fasilitas lain yang dibutuhkan. Adapun luas sapi laktasi perekor dibutuhkan 1.9 x 1.2 m, luas pen untuk sapi beranak 1.9 x 3.6 m, lebar tempat pakan 0.7 m, jalan 1.5 m, parit 0.3 m, jalan pemberian pakan 1.5 m, selasar 1 m dan ruang mesin perah 2.6 x 1.5 m. Ventilasi yang baik diperlukan dalam perancangan kandang untuk menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Oleh karena itu, kandang dirancang dengan menggunakan sistem ventilasi alam dengan dinding kandang yang terbuka dan hanya 0.8 m dari atas permukaan tanah yang tertutup, dan tinggi tepi kandang dirancang 3 m. Tipe atap menggunakan atap monitor, sehingga udara panas yang ada di dalam kandang dapat keluar melewati atap tersebut. Letak kandang tegak lurus arah Timur-Barat agar mendapatkan cahaya matahari yang cukup dan dapat mengeringkan lantai kandang.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerencanaan fungsional lokasi dan kandang laktasi sapi perah friensian holstein di BPT dan HMT baturraden Purwokertoid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record