Show simple item record

dc.contributor.advisorToharmat, Toto
dc.contributor.advisorPermana, Idat G.
dc.contributor.authorSulistyorini, Heppy
dc.date.accessioned2024-01-19T01:17:54Z
dc.date.available2024-01-19T01:17:54Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135208
dc.description.abstractTimbal (Pb) merupakan unsur kimia yang menjadi zat pencemar baik pada tanah, air maupun udara. Logam berat Pb termasuk dalam golongan mineral non- essensial yang kegunaan di dalam tubuh belum diketahui, namun Pb merupakan salah satu logam berat yang banyak digunakan pada berbagai bidang industri. Asupan Pb kedalam tubuh dalam jumlah yang melebihi ambang batas dapat menimbulkan gangguan terhadap aktivitas tubuh dan keracunan. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan untuk mengurangi akumulasi Pb adalah dengan perbaikan gizi misalnya melalui peningkatan konsumsi protein dan mineral Zn. Unsur Pb mempunyai sifat antagonis maupun sinergis dengan mineral maupun logam lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antara Pb dengan Zn. Peningkatan jumlah seng pada pakan dapat mengurangi keracunan Pb pada beberapa spesies ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui absorbsi Pb pada berbagai taraf protein serta mineral Zn. Penelitian ini dilakukan agar mendapatkan alternatif pengurangan efek toksisitas Pb di dalam tubuh tikus putih sebagai hewan model. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2004 sampai Februari 2005, di Kandang A dan Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 24 ekor. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Konsumsi Pb tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi bahan kering dan bahan organik pada tikus sebelum dan setelah melahirkan. Kisaran konsumsi bahan kering dan bahan organik sekitar 11,10-14,16 g/ekor/hari dan 10,96-14,02 g/ekor/hari pada tikus sebelum melahirkan dan 11,74-14,49 g/ekor/hari serta 11,60- 14,35 g/ekor/hari pada fase sesudah melahirkan. Kecernaan bahan kering dan bahan organik pada fase kebuntingan menunjukkan bahwa perlakuan penberian pakan pada tikus putih berpengaruh sangat nyata (p<0,01) yaitu 87,28-92,70% dan 89,61- 93,77%, akan tetapi pada fase setelah melahirkan kecernaan dari pakan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Sedangkan pada pertambahan bobot badan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dari perlakuan dengan bobot hidup sekitar 273-287 g pada masa kebuntingan dan 247-276 g pada masa setelah melahirkan. Mortalitas yang terjadi pada anak tikus putih berkisar antara 6-25% dari setiap perlakuan dengan jumlah anak sekitar 7-21 ekor yang mempunyai bobot lahir antara 44-107 g. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Pb pada taraf 3 ppm belum memperlihatkan terjadinya keracunan pada tikus putih.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcTimbalid
dc.subject.ddcTikus Putihid
dc.titlePengaruh konsumsi timbal terhadap penampilan tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi ransum berprotein tinggi dan bersuplemen sengid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordCemaran timbalid
dc.subject.keywordsengid
dc.subject.keywordproteinid
dc.subject.keywordtikus putihid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record