Pengaruh pemberian kunyit (Curcuma domestica, Val.) atau temulawak (curcuma xanthorriza, Roxb.) dalam ransum terhadap perfoman broiler
Abstract
Ransum merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam suatu usaha pemeliharaan broiler, karena pemberian ransum yang berkualitas baik akan mendukung performan broiler. Penambahan suatu imbuhan pakan (feed additive) dari jenis herbal (alami) merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas ransum tanpa menghasilkan residu yang membahayakan pada produk akhir. Kunyit (Curcuma domestica, Val.) dan temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb.) bisa digunakan sebagai feed additive karena mengandung suatu senyawa, diantaranya kurkuminoid, minyak atsiri dan vitamin E yang berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri, penambah nafsu makan serta dapat meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kunyit atau temulawak dalam ransum terhadap performan broiler.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai bulan Juli 2004 di Laboratorium Ilmu Nutrisi Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan adalah 200 ekor DOC (day old chick) untuk ayam pedaging dari strain Hubbard yang dipelihara selama enam minggu. Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan yaitu: RO (ransum kontrol), R1 (R0 + 0,6% kunyit), R2 (R0 +0,2% temulawak), R3 (RO+ 0,4% temulawak) dan R4 (RO+ 0,6% temulawak). Perlakuan kunyit pada penelitian ini hanya digunakan satu level penambahan yaitu pada taraf 0,6%. Hal ini karena pengunaan kunyit tersebut hanya digunakan sebagai pembanding terhadap penggunaan temulawak, karena sebelumnya (penelitian Agustiana (1996)) telah dilakukan penelitian terhadap kunyit pada taraf yang sama (0,2%, 0,4% dan 0,6%).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Ragam (ANOVA) dan jika hasilnya nyata dilanjutkan dengan Uji Kontras Ortogonal (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan mortalitas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian temulawak pada taraf 0,2% dalam ransum broiler menghasilkan performan terbaik yang ditunjukan dengan peningkatan pertambahan bobot badan, penurunan konversi ransum dan mampu menekan tingkat kematian (mortalitas).
PB