Show simple item record

dc.contributor.authorSiahaan, Lenny
dc.date.accessioned2010-05-06T01:44:28Z
dc.date.available2010-05-06T01:44:28Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/13287
dc.description.abstractMemasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan kimia anorganik seperti: pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Akibatnya, masyarakat semakin selektif dalam memilih pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan teknologi pertanian organik. Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement), Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0,09 persen) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik di dunia. Berdasarkan luas penggunaan lahan, Indonesia merupakan negara ketiga di Asia dalam pengembangan pertanian organik setelah China dan India. Lahan yang digunakan untuk pertanian organik mencapai 40.000 ha dengan jumlah persil sebanyak 45.000. Sebagian besar lahan organik ini tesebar di Pulau Jawa. Teknologi pertanian di Kelompok Tani Sisandi mengadopsi teknologi revolusi hijau yang dilakukan dengan menggunakan benih hibrida, pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan pengolahan lahan yang menggunakan traktor. Penggunaan input luar seperti benih hibrida, pupuk, dan pestisida anorganik telah merusak struktur tanah, mencemari lingkungan, menimbulkan polusi air, bahkan membunuh beragam mikroba tanah. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, kerusakan struktur tanah mengakibatkan penurunan produktivitas. Namun penulis tidak mendapatkan data yang lebih detail untuk mengambarkan penurunan produktivitas ini, diakibatkan tidak adanya arsip pencatatan jumlah produksi maupun produktivitas di Kelompok Tani Sisandi. Penurunan produktivitas lahan ini mengakibatkan petani kurang bersemangat mengolah lahannya bahkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2008-2009) banyak petani yang tidak mengolah lahan karena kecewa akibat hasil panen yang kurang memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi dan merumuskan strategi pengembangan padi organik dengan pendekatan arsitekstur strategik di Kelompok Tani Sisandi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis lingkungan internal (pendekatan fungsional), analisis lingkungan eksternal (lingkungan industri dan lingkungan makro), matriks SWOT, dan arsitektur strategik. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal, Kelompok Tani Sisandi memiliki lima kekuatan yaitu: memiliki peralatan pertanian yang mendukung, memiliki ketua kelompok tani yang aktif dan dinamis, telah mengikuti pelatihan teknologi pertanian ramah lingkungan, telah mengikuti pelatihan budidaya padi yang baik, dan lokasi usaha yang strategis. Kelompok Tani Sisandi juga memiliki enam kelemahan yaitu: modal kerja yang terbatas, mayoritas lahan petani merupakan lahan sewaan, petani kurang mampu mengimplementasikan budidaya padi organik, pemasaran yang kurang efisian, kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya, dan sumberdaya manusia petani kurang kompeten. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, Kelompok Tani Sisandi memiliki delapan peluang yaitu: hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian setempat, adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau membina petani, tersedianya sarana produksi pertanian seperti bibit, pestisida, dan pupuk organik yang sudah bersertifikat, adanya lembaga (TB Silalahi Center) yang perduli pada pertanian di Tobasa, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, peluang pasar yang masih luas baik domestik maupun mancanegara, potensi sumberdaya alam yang mendukung, dan adanya program pemerintah Go Organic 2010. Ancaman yang dihadapi terdiri dari perubahan cuaca yang tidak menentu, banyaknya peredaran produk padi organik palsu, dan maraknya konversi lahan pertanian. Analisis matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yaitu: mengembangkan produk padi organik dengan optimalisasi sumber daya yang ada, mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan melalui menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan produk dengan cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik melalui menjalin kerja sama baik dengan Dinas Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik, mengembangkan produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian untuk menyangga ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk mendapatkan teknologi yang sehat, cepat, dan tepat guna. Rancangan arsitektur strategik dilakukan dengan memperjelas visi, misi, sasaran kelompok tani, dan mengidentifikasi tantangan. Bentuk nyata alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT adalah rekomendasi program kerja. Program kerja dilakukan dengan dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan terus-menerus dan kegiatan yang dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu delapan tahun (2009-2016).id
dc.publisherIPB (Bogor Agriculture University)
dc.titleStrategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utaraid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record