Analisa pemilihan, kebutuhan dan pengalokasian alat perontok dan penggiling padi di Propinsi Banten
Abstract
Perontokan dan Penggilingan adalah suatu kegiatan penting dalam mata rantai kegiatan penanganan pasca panen padi. Susut pada saat perontokan dan penggilingan padi yang masih cukup besar, keterlambatan panen yang disebabkan oleh rendahnya kapasitas kerja adalah sebagian masalah yang sering terjadi dalam kegiatan pertanian padi. Perontokan padi dapat dilakukan dengan cara tradisional (gebot), semi mekanis (pedal thresher), dan mekanis (power thresher). Penggilingan padi dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama menggunakan mesin pemecah kulit (huller) dan tahap kedua menggunakan mesin penyosoh beras (polisher).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis alat perontok padi mekanis dan penggiling padi yang layak untuk dimiliki petani di Propinsi Banten, menentukan jumlah alat perontok padi mekanis dan penggiling padi terpilih di tiap kecamatan pada masing-masing kabupaten, serta menentukan pola alokasi penempatan jenis alat perontok padi dan penggilingan padi di tiap kecamatan pada masing-masing kabupaten. Pola alokasi penempatan tersebut meliputi realokasi kelebihan perontok atau penggiling padi, alokasi tambahan alat perontok atau penggiling padi, serta alokasi kelebihan kapasitas perontok atau penggiling padi. Pemilihan alat perontok padi mekanis dan penggiling padi yang akan
ditempatkan di tiap kecamatan ditentukan dengan menggunakan metode pengambilan keputusan Bayes. Parameter yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah kapasitas perontokan dan penggilingan padi, efisiensi perontokan, rendemen, prosentase mutu gabah (beras kepala, beras patah, menir, dan kotoran), investasi awal, Net Present Value (NPV), B/C Ratio, dan IRR. Penentuan jumlah alat yang dibutuhkan didasarkan atas jumlah produksi padi tak terolah yang disesuaikan dengan kapasitas alat terpilih.
Realokasi kelebihan perontok padi mekanis dan penggiling padi dilakukan dengan metode transportasi yang dibantu dengan software ABPOM. Realokasi dilakukan antar kecamatan dalam satu wilayah administratif.
Alokasi tambahan alat perontok padi mekanis dan penggiling padi terpilih didasarkan pada besarnya produksi padi tidak terolah. Jumlah tambahan alat perontok padi mekanis dan penggiling padi disesuaikan setelah melalui proses realokasi. Setelah pengalokasian tambahan alat, diketahui ada kecamatan yang kelebihan kapasitas dan ada pula kecamatan yang kelebihan produksi. Pola alokasi kelebihan kapasitas alat perontok padi mekanis terpilih dicari dengan analisis assignment problem pada software ABPOM, sedangkan untuk penggilingan padi dicari dengan analisis transportasi pada software ABPOM dengan tujuan meminimalkan biaya pengangkutan. Pola alokasi bertujuan agar padi pada kecarnatan yang kelebihan produksi dapat dirontokkan dan digiling.
Alat perontok padi mekanis yang terpilih dan layak di Propinsi Banten adalah alat perontok padi mekanis jenis TH 6 VS, dengan kapasitas perontokan 398.3208 ton/th, efisiensi sebesar 97%, investasi awal Rp 11 000 000,-, B/C...