Analisis Tomat Organik dan Anorganik pada Kelompok Tani "Agus batukasur" Cisuren, Cisarua, Bogor
Abstract
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cisuren, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan
salah satu penghasil tomat di wilayah Jawa Barat. Pemilihan Kecamatan Cisarua
disebabkan karena wilayah tersebut merupakan daerah dengan produksi yang
tinggi untuk tomat organik dan anorganik di Kabupaten Bogor. Dari kecamatan
tersebut dipilih Desa Cisuren dengan kelompok tani “Agus Batukasur”, karena
kelompok tani tersebut memiliki petani anggota yang membudidayakan tomat
organik dengan jumlah yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji keragaan usahatani tomat organik dan anorganik kelompok tani “Agus
Batukasur” di Desa Cisuren serta menganalisis tingkat pendapatan dari kegiatan
usahatani tomat, baik organik maupun anorganik di kelompok tani “Agus
Batukasur” Desa Cisuren.
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
pendapatan usahatani dan analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C
Ratio). Analisis usahatani bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani
dari kegiatan usahatani organik dan anorganik. Analisis perbandingan penerimaan
dan biaya (R/C rasio) adalah untuk mengukur tingkat efisiensi masing-masing
usahatani terhadap setiap penggunaan satu satuan unit yang memberikan kelipatan
atau rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya.
Sebagian besar petani organik dan anorganik berusia >50 tahun, yakni
sebanyak 50 persen petani tomat organik dan 43 persen petani tomat anorganik. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani organik maupun anorganik ratarata
sama yaitu hanya lulus Sekolah Dasar, sedangkan rata-rata petani responden
memiliki pengalaman berusahatani tomat antara 5-10 tahun. Status pengelolaan
lahan para petani di desa tersebut adalah sebagai pemilik dengan luasan lahan
rata-rata yang dimiliki 0,4 hektar untuk organik dan 0,2 hektar untuk anorganik.
Kegiatan usahatani tomat organik yang dilakukan petani responden di Kelompok
Tani “Agus Batukasur” meliputi : kegiatan persiapan lahan, penanaman,
penentuan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam, penanaman bibit,
pemeliharaan tanaman, penyiangan serta perlindungan tanaman terhadap hama
dan penyakit serta panen dan pasca panen. Perbedaan yang terjadi antara budidaya
tomat organik dengan budidaya tomat anorganik adalah dalam hal penggunaan
pupuk, penggunaan tenaga kerja dan kegiatan perawatan tanaman.
Hasil analisis pendapatan menunjukkan produksi rata-rata tomat organik
per hektar per musim tanam adalah 21.600 kg, dengan penerimaan yang diperoleh
petani sebesar Rp 97.200.000. Produksi rata-rata tomat anorganik per hektar per
musim tanam adalah 28.800 kg, dengan penerimaan yang diperoleh petani sebesar
Rp 57.600.000. Nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani organik
dengan luasan lahan satu hektar sebesar 3,28, sedangkan nilai R/C rasio atas biaya
tunai yang diperoleh petani organik adalah 2,42. Nilai R/C rasio atas biaya total
yang diperoleh petani anorganik adalah sebesar 2,62, sedangkan nilai R/C rasio
atas biaya tunai yang diperoleh petani anorganik dengan luasan lahan satu hektar
adalah 3,32.
Hasil analisis pendapatan dan efisiensi pendapatan yang dinyatakan dalam
nilai R/C rasio menunjukkan bahwa usahatani tomat organik lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan usahatani tomat anorganik. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa petani yang mengusahakan tomat organik
lebih besar pendapatannya dibanding dengan petani yang mengusahakan tomat
anorganik.
Collections
- UT - Agribusiness [4531]