Show simple item record

dc.contributor.authorZalukhu, Juniasti
dc.date.accessioned2010-05-05T23:36:09Z
dc.date.available2010-05-05T23:36:09Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/13203
dc.description.abstractPangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk. Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita. Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Permasalahan yang terjadi adalah Kecamatan Cibungbulang merupakan daerah endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Pemerintah Kabupaten Bogor mengatasi masalah ini dengan menganjurkan menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahataninya karena merupakan varietas yang tahan tungro. Namun belum semua petani mau menggunakan varietas Bondoyudo karena petani belum yakin dengan produksi dan pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, menganalisis faktor-faktor produksi dan menganalisis efisiensi tataniaga beras di Kecamatan Cibungbulang. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan responden adalah secara acak (simple random sampling) sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah secara snow ball sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usahatani. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis regresi linier berganda, analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Bondoyudo terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Semua petani menggunakan benih bersertifikat karena merupakan benih subsidi dari pemerintah dalam rangka program budidaya varietas Bondoyudo yang tahan tungro Bentuk hasil panen dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani Bondoyudo adalah Rp 6.311.564 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 6.311.564 per hektar per musim tanam. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,66. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai satu satuan biaya akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,66 satuan penerimaan. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah 1,50 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan 1,50 satuan penerimaan Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6), furadan (X7), pestisida (X8) dan tenaga kerja (X9). Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi Bondoyudo. Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (Y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) - 1.0 (X3) - 4.02 (X4) - 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9). Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh kefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93,6 persen. Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2) dan pestisida (X8) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP (X5) dan tenaga kerja (X9) berpengruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Berdasarkan hasil analisis faktor produksi dengan menggunakan regresi linier sebaiknya petani meningkatkan penggunaan luas lahan, benih dan tenaga kerja. Selain itu petani sebaiknya mengurangi penggunaan pestisida dan TSP karena dapat mengurangi produksi padi Bondoyudo. Ini membuktikan bahwa Bondoyudo tidak perlu menggunnakan pestisida karena merupakan tanaman yang tahan hama dan penyakit. Keberadaan beras Bondoyudo di pasar dapat diterima oleh konsumen karena memiliki bentuk yang sesuai dengan selera konsumen yaitu berbulir panjang dan ramping. Beras Bondoyudo di pasar digolongkan dalam beras IR karena memiliki bentuk bulir yang panjang dan ramping. Sedangkan beras yang memiliki bulir bulat disebut beras Sadane. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga beras melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Saluran tataniaga beras Bondoydo terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul – konsumen; (2) petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – konsumen dan (3) petani – pedagang pengumpul – Pedagang Besar - Pengecer – Konsumen. Saluran yang memiliki nilai Farmer’s share dan rasio keuntungan/ biaya yang paling besar dan nilai margin tataniaga paling kecil adalah pada Saluran 1. Dengan demikian, Saluran 1 lebih efisien dibanding saluran tataniaga lainnya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agriculture University)
dc.titleAnalisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record