Show simple item record

dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.authorSukmaya, Syahrul Ganda
dc.date.accessioned2023-11-12T23:50:23Z
dc.date.available2023-11-12T23:50:23Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131722
dc.description.abstractBeras merupakan salah satu bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras memiliki peranan penting sebagai komoditi publik sekaligus komoditas politik. Ketergantungan masyarakat akan beras diakibatkan oleh program terdahulu yang dilakukan oleh pemerintah yang menyeragamkan jenis makanan pokok rakyat dengan komoditi beras. Dampak dari penyeragaman jenis makanan tersebut mengakibatkan perubahan pola konsumsi masyarakat yang tadinya makanan pokoknya selain beras beralih mengkonsumsi ke beras. Akibat dari pola konsumsi beras tersebut menyebabkan ketergantungan terhadap beras semakin besar. Besarnya konsumsi beras nasional yang tidak dapat terpenuhi dengan produksi padi nasional, menyebabkan perlu dilakukannya impor oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Penerapan teknologi SRI di Kabupaten Bogor menimbulkan beragam implementasi di kalangan petani, ada yang menerima dan ada yang tidak. Petani yang menerima atau mengadopsi teknologi SRI pun terdapat beragam implementasi dilapang diantaranya yaitu ada yang menerapkan teknologi SRI secara penuh dan ada yang tidak sepenuhnya menerapkan unsur-unsur dari teknologi SRI. Adanya perbedaan teknologi yang diterapkan oleh petani akan mempengaruhi input-input yang dipakai, sehingga hasil produksinya pun akan berbeda. Selain itu pada penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi pada kedua teknologi yang dipakai. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi dan menganalisis tingkat pendapatan petani yang menerapkan metode SRI penuh dan tidak penuh. Berdasarkan perhitungan atas biaya tunai, petani yang menerapkan metode SRI secara penuh dan metode SRI sebagian memperoleh pendapatan masing-masing Rp. 23.022.952,38 dan Rp. 1.903.092,97. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh kedua petani masih menguntungkan secara ekonomi. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani yang menerapkan metode SRI secara penuh lebih besar dibandingkan dengan petani yang menerapkan metode SRI sebagaian. Hal tersebut disebabkan karena harga jual gabah pada petani yang menerapkan metode SRI secara penuh lebih mahal yaitu Rp. 5500/kg dan produksi padi yang dihasilkan lebih banyak. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani yang menerapkan metode SRI secara penuh sebesar Rp. 16.520.555,56. Sedangkan petani yang menerapkan metode SRI secara sebagian memperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp. -4.949.910,77. Pendapatan atas biaya total untuk petani yang menerapkan metode SRI secara penuh masih menguntungkan karena memperoleh keuntungan sebesar Rp. 16.520.555,56. Sedangkan petani yang menerapkan metode SRI sebagian sebaliknya, apabila dihitung pendapatan atas biaya total usahatani padinya mengalami kerugian sebesar Rp. -4.949.910,77. Kerugian yang dialami oleh petani yang menerapkan metode SRI sebagian dikarena besarnya biaya diperhitungkan yaitu meliputi biaya penyusutan alat, biaya pupuk kompos, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Sehingga berdasarkan perhitungan pendapatan atas biaya total, usahatani padi untuk petani yang menerapkan metode SRI sebagian tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis R/C rasio menunjukkan bahwa nilai R/C rasio atas biaya total untuk petani yang menerapkan metode SRI penuh sebesar 1,70 dan untuk petani yang menerapkan metode SRI sebagian sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa untuk petani yang menerapkan metode SRI secara penuh tingkat efisiensi ekonominya telah tercapai karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Sedangkan untuk petani yang menerapkan metode SRI sebagian tingkat efisiensinya belum tercapai karena nilai R/C rasionya kurang dari satu atau irrasional. Untuk petani yang menerapkan metode SRI sebagian perlu dilakukan penambahan atau pengurangan pada faktor-faktor produksi yang dipakai dalam kegiatan usahatani padi sehingga kedepannya efisiensi teknisnya dapat tercapai. Pada hasil pengolahan analisis fungsi produksi, menunjukkan bahwa nilai koefisien faktor-faktor produksi sebesar 0,926. Koefisien dari hasil analisis faktor produksi merupakan nilai elastisitas dari faktor produksi tersebut. Nilai elastisitas dari hasil analisis faktor produksi mempunyai nilai diantara nol dan satu yaitu berada pada Daerah II (Decreasing Return to Scale). Hal itu berarti, setiap kenaikan satu persen faktor produksi akan menyebabkan kenaikan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Pada keadaan ini petani bisa untung dan rugi sehingga petani harus memilih atau menetapkan tingkat produksi yang tepat agar mencapai keuntungan maksimum.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomics and Development Studies - Agribusinessid
dc.titleAnalisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi dengan Metode System Of Rice Intensification (Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordSystem Of Rice Intensificationid
dc.subject.keywordPadyid
dc.subject.keywordR/C Ratioid
dc.subject.keywordProductionid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record