Show simple item record

dc.contributor.advisorPambudy, Rachmat
dc.contributor.authorLiana, Juwita
dc.date.accessioned2023-11-12T23:49:09Z
dc.date.available2023-11-12T23:49:09Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131718
dc.description.abstractCabai merupakan salah satu komoditi hortikultura dengan jumlah produksi tertinggi. Namun, jumlah pasokan cabai yang sering tidak stabil menyebabkan harga cabai berfluktuasi. Dalam kondisi harga cabai yang berfluktuasi petani produsen cabai tetap harus mendapatkan keuntungan yang sesuai atas penjualannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tataniaga yang efisien. Tataniaga yang efisien dapat tercapai jika kelembagaan tataniaga berjalan sesuai fungsinya dengan keuntungan yang terdistribusi secara merata. Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu produsen cabai terbesar di Kabupaten Bogor yang memasok kebutuhan cabai berbagai pasar tradisional di dalam dan luar Bogor. Selain itu, Kecamatan Pamijahan memiliki luas tanam cabai besar terluas di Kabupaten Bogor. Walaupun demikian, terdapat permasalahan kelembagaan tataniaga di Desa Ciasmara, yaitu sebagian besar cabai dijual kepada pengumpul dengan harga jual yang ditentukan sepihak. Selanjutnya terdapat permasalahan efisiensi tataniaga cabai, yaitu pembentukan harga cabai yang dipengaruhi fluktuasi pasokan cabai di pasar induk. Berdasarkan dua permasalahan tersebut, maka dilakukan analisis tataniaga cabai merah keriting di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang bertujuan untuk 1) Menganalisis kelembagaan tataniaga cabai merah keriting; 2) Menganalisis tingkat efisiensi tataniaga cabai merah keriting. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor pada bulan November hingga Desember 2011. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 petani dari 60 anggota Kelompok Tani Mekar Tani. Sementara untuk mengetahui saluran tataniaga cabai digunakan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan lembaga-lembaga tataniaga yang mengalirkan cabai merah keriting Kelompok Tani Mekar Tani, Desa Ciasmara adalah petani, pengumpul, pedagang grosir, pengecer tingkat I, dan pengecer tingkat II. Lembaga tataniaga tersebut membentuk empat pola saluran, yaitu Saluran I: petani – pedagang grosir – pengecer tingkat I – konsumen akhir; Saluran IIa: petani – pengumpul – pedagang grosir – pengecer tingkat I – konsumen akhir; Saluran IIb: petani – pengumpul – pedagang grosir – pengecer tingkat I – pengecer tingkat II - konsumen akhir; Saluran III: petani – pengumpul – konsumen akhir. Fungsi yang paling banyak dilakukan lembaga tataniaga adalah fungsi pembelian dan penjualan, pengangkutan, penanggungan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Sedangkan fungsi yang jarang dilakukan lembaga tataniaga adalah penyortiran dan penyimpanan. Total biaya tataniaga paling tinggi terdapat pada Saluran IIb, yaitu saluran tataniaga terpanjang. Namun, total keuntungan tertinggi terdapat pada Saluran I. Sedangkan total biaya dan keuntungan tataniaga terendah terdapat pada Saluran III. Saluran III juga merupakan saluran tataniaga dengan rasio keuntungan dan biaya tertinggi. Berdasarkan marjin tataniaga dan farmer’s share, Saluran III adalah yang paling efisien dan terpendek, tetapi Saluran III tidak selalu digunakan. Hal ini disebabkan saat harga cabai di pasar induk tinggi, pengumpul memilih menjual cabai melalui pasar induk dibanding melalui industri rumah tangga seperti pada Saluran III. Oleh sebab itu, pengumpul tidak melakukan kontrak dengan pihak manapun agar dapat berspekulasi. Walaupun sebagian besar petani mendistribusikan cabai melalui pengumpul seperti pada Saluran IIa, IIb, dan III, karena petani memperoleh kepastian penjualan dan bantuan modal. Namun, jika dilihat dari harga cabai yang diterima petani pada Saluran IIa, IIb, dan III, tidak ada lembaga yang menawarkan harga tertinggi. Lembaga tataniaga yang menawarkan harga tertinggi bagi petani adalah pedagang grosir pada Saluran I. Berdasarkan keuntungan yang diperoleh setiap lembaga tataniaga, tidak ada saluran tataniaga yang mendistribusikan keuntungan secara merata. Seluruh lembaga tataniaga hanya mengalirkan cabai dari petani hingga konsumen tanpa mengubah bentuk cabai. Pengolahan cabai menjadi saus hanya dilakukan oleh industri sebagai konsumen akhir pada Saluran III. Sehingga harga tinggi di tingkat konsumen tidak sesuai dengan nilai yang diperolehnya. Oleh sebab itu, peningkatan rantai nilai atau value chain cabai merah keriting dapat menjadi suatu rekomendasi bagi petani Kelompok Tani Mekar Tani, Desa Ciasmara sebagai solusi mengatasi permasalahan harga cabai yang berfluktuasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomics and Development Studies - Agribusinessid
dc.titleAnalisis tataniaga cabai merah keriting (studi kasus: Kelompok Tani Mekar Tani, Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordChiliid
dc.subject.keywordMarketing channelid
dc.subject.keywordMarketing efficiencyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record