Show simple item record

dc.contributor.advisorBaga, Lukman M.
dc.contributor.authorAlvita, Zena Varian
dc.date.accessioned2023-11-09T07:28:11Z
dc.date.available2023-11-09T07:28:11Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131477
dc.description.abstractPelaksanaan kegiatan sektor peternakan sapi perah tidak terlepas dari beragam masalah khususnya terkait pasokan bahan baku. Keterbatasan kuantitas dan keterlambatan penyediaan bahan baku khususnya wheat pollard bukan masalah yang baru pertama kali. Sejak tahun 2011 bahkan sejak beberapa tahun sebelumnya, hampir seluruh Indonesia juga mengalami hal yang sama yaitu kelangkaan bahan baku pakan ternak (konsentrat). Sampai saat ini gandum masih merupakan komoditi impor dimana pengolahan gandum menjadi tepung terigu hanya diproduksi oleh PT. Bogasari. Kulit gandum sisa hasil produksi tepung terigu inilah yang disebut wheat pollard yang digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Akibatnya, apabila harga bahan baku naik maka koperasi akan membelinya dengan harga yang disesuaikan. Begitu pula jika wheat pollard dalam keadaan terbatas, koperasi hanya bisa menunggu pasokan bahan baku datang ke koperasi walaupun mengalami keterlambatan. Jika harga beli bahan baku meningkat, maka biaya yang dikeluarkan koperasi untuk memproduksi konsentrat juga akan meningkat. Namun di sisi lain, potensi pengembangan pakan ternak berupa konsentrat bagi sapi perah masih terbuka lebar mengingat adanya peningkatan anggota koperasi. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa unit usaha pakan ternak koperasi perlu melakukan pengembangan agar dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak milik anggota koperasi yang terus bertambah. Sejauh ini kondisi yang terjadi adalah adanya penurunan produksi susu yang merupakan indikator bahwa adanya penurunan populasi sapi perah. Penurunan populasi sapi perah ini diindikasikan dengan turunnya produksi konsentrat pada unit usaha Koperasi Peternak Garut Selatan.Hal ini disebabkan tingginya biaya pakan sapi perah yang menyebabkan peternak menjual sapi perah milik mereka dan beralih profesi menjadi petani atau tukang ojek. Padahal potensi pertanian sebagai bahan baku pakan lokal masih terbuka lebar untuk mengatasi permasalahan fluktuasi bahan baku khususnya wheat pollard. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang tepat dalam menangkap peluang yang ada sekaligus mengatasi permasalahan yang terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep manajemen strategis pada level unit divisi atau unit usaha yang dilakukan pada unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks EFE, Matriks IFE, Matriks IE, Matriks SWOT dan Matriks QSP. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis kondisi ekternal yang mempengaruhi unit usaha pakan ternak koperasi. Sedangkan Matriks IFE digunakan untuk menganalisis faktor internal dalam unit usaha tersebut. Selanjutnya hasil penghitungan skor total dari Matriks EFE dan Matriks IFE digunakan untuk menggambarkan kondisi unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan pada Matriks IE. Berdasarkan hasil Matriks IE selanjutnya dapat diketahui strategi yang sesuai dengan posisi unit usaha. Selanjutnya Matriks SWOT digunakan dalam penelitian ini untuk menghasilkan beberapa alternatif strategi yang tepat bagi pengembangan unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan. Prioritas strategi dapat ditentukan dengan menggunakan Matriks QSP. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 12 faktor eksternal yang meliputi empat peluang dan delapan ancaman yang mempengaruhi pengembangan unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan. Faktor yang merupakan peluang utama adalah peningkatan jumlah anggota koperasi dengan ancaman utama adalah kenaikan harga bahan baku wheat pollard. Kemudian terdapat 10 faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan dan lima kelemahan bagi unit usaha tersebut. Faktor yang menjadi kekuatan utama adalah anggaran unit usaha pakan ternak koperasi untuk tahun 2012 dengan kelemahan utama berupa keterbatasan fasilitas dan kapasitas aset tetap. Hasil Matriks IE diketahui bahwa posisi unit usaha pakan ternak KPGS berada pada kuadran II. Kuadran II menggambarkan strategi tumbuh dan membangun (growth and build) berupa pengembangan produk dan strategi integratif. Hasil dari Matriks SWOT diperoleh enam alernatif strategi yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga rangkaian strategi pada Matriks QSP. Strategi tersebut berdasarkan urutan pada Matriks QSP adalah (1) Pengembangan produk konsentrat dengan pemanfaatan alternatif bahan baku, penggunaan teknologi melalui peningkatan akses informasi ke pemasok dan instansi terkait, (2) Pelatihan dan penyuluhan secara berkala pada tingkat karyawan maupun peternak anggota, (3) Penempatan Quality Control dan pembuatan Standard Operating Procedure (SOP).Prioritas strategi yang direkomendasikan untuk unit usaha pakan ternak Koperasi Peternak Garut Selatan adalah pengembangan produk konsentrat dengan menggunakan bahan baku pakan pengganti wheat pollard salah satunya berupa daun singkong, daun turi maupun daun rami yang banyak tersedia di Kabupaten Garut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomics and Development Studies - Agribusinessid
dc.titleStrategi pengembangan unit Usaha Pakan Ternak koperasi peternak Garut Selatanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordStrategicid
dc.subject.keywordCooperationid
dc.subject.keywordDairy productid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record