Show simple item record

dc.contributor.advisorNurmalina, Rita
dc.contributor.authorRahmamita, Julia
dc.date.accessioned2023-11-08T08:35:46Z
dc.date.available2023-11-08T08:35:46Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131217
dc.description.abstractTujuan dari penelitian adalah menganalisis kelayakan usaha ternak kelinci non-finansial dan finansial serta menghitung nilai tambah dari produk olahan daging kelinci. Lokasi penelitian dilakukan di Koperasi Peternak Kelinci pada bulan April-Juni 2012. Metode penentuan sampel yang digunakan di awal penelitian adalah purposive sampling, tetapi di tengah penelitian metode berubah menjadi snow ball. Responden yang diwawancarai berjumlah 15 orang. Data berupa data primer dan data sekunder. Penelitian difokuskan pada usaha ternak kelinci dan nilai tambah olahan daging kelinci. Usaha ternak kelinci dibedakan menjadi 2 skenario usaha, yaitu usaha ternak kelinci anakan dan usaha ternak kelinci potong Produk nugget dan bakso akan dihitung nilai tambah pada saat produksi. Analisis kelayakan non-finansial terdiri dari lima aspek, yaitu pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi, dan budaya, serta lingkungan. Analisis kelayakan finansial didasarkan pada keempat kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Discounted Payback Period. Analisis kelayakan non-finansial aspek pasar, kapasitas produksi yang mampu dihasilkan oleh peternak adalah 50 ekor per minggu. Permintaan rata-rata kelinci anakan yang dibutuhkan oleh konsumen berjumlah 100 ekor. Peternak menjual kelinci anakan yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis lokal seharga Rp 12.000/ekor dan jenis ras seharga Rp 50.000,00 per ekor. Kelinci anakan akan dibeli oleh para pengumpul tingkat desa dan hobbiest. Promosi yang dilakukan melalui jejaring sosial, pameran, dan bazaar. Pembeli yang ingin melakukan transaksi pembelian dapat langsung datang ke kandang atau outlet kelinci maupun pembelian dengan sistem Cash On Delivery. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar, usaha ternak kelinci layak untuk dijalankan. Aspek teknis membahas kegiatan operasioanl usaha ternak kelinci. Lokasi usaha ternak kelinci tersebar dibeberapa daerah Bogor, seperti Tenjolaya, Cijeruk, Ciomas, Tamansari, dan Dramaga. Pemilihan lokasi usaha didasarkan pada agroekosistem dan adat istiadat. Luasan produksi tergolong skala usaha kecil. Proses produksi terdiri dari persiapan bangunan-kandang kelinci serta perlengkapan, pemilihan bibit, pakan, perkembangbiakan, dan panen. Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, usaha ternak kelinci layak dijalankan. Pada aspek manajemen dan hukum, badan usaha berbentuk koperasi dengan akta legalitas No. 3 Tanggal 12 Juli 2011. Struktur organisasi terdiri dari ketua dan wakil, sekretaris, bendahara sehingga hasil analisis menunjukan bahwa usaha ternak layak untuk dijalankan. Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta lingkungan, keberadaan koperasi membuka peluang bagi pemuda sekitar untuk berwirausaha sehingga tingkat pengangguran dapat ditekan. Usaha ternak kelinci tidak bertentangan dengan adat istiadat di Kabupaten Bogor serta limbah kelinci dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair sehingga usaha ternak kelinci layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan aspek finansial dilakukan pada usaha ternak kelinci anakan dan usaha ternak kelinci potong. Hasil kriteria investasi usaha ternak kelinci anakan antara lain nilai NPV sebesar Rp 11.221.545,55, nilai Net B/C sebesar 1,81, IRR sebesar 58 persen, dan DPP selama 2 tahun 8 bulan. Hasil kriteria investasi pada usaha ternak kelinci potong antara lain nilai NPV sebesar Rp 13.024.330,83, nilai Net B/C sebesar 1,19, IRR sebesar 19 persen, dan DPP selama 2 tahun 6 bulan. Hal ini menunjukan bahwa kedua skenario usaha layak untuk dijalankan. Pada usaha ternak kelinci anakan batas maksimum penuruan produksi adalah 12,97 persen dan kenaikan harga pakan adalah 92,72 persen. Pada usaha ternak kelinci potong batas maksimum penurunan produksi adalah 3,05 persen dan kenaikan harga pakan adalah 11,90 persen. Berdasarkan perbandingan hasil kelayakan finansial kedua skenario usaha menunjukan bahwa usaha ternak kelinci anakan lebih layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai manfaat per biaya yang lebih besar dan lebih resisten terhadap perubahan tingkat suku bunga. Selain itu, usaha ternak kelinci anakan juga lebih tidak sensitif terhadap perubahan produksi kelinci dan kenaikan harga pakan konsentrat dibandingkan usaha ternak kelinci potong. Berdasarkan hasil perhitungan titik impas (BEP), nilai titik impas usaha ternak kelinci anakan adalah sebanyak 1.214 ekor dan usaha ternak kelinci potong sebanyak 2.115 ekor. kedua usaha ternak kelinci akan teruss berjalan jika mampu memproduksi kelinci di atas batas masing-masing produksi minimun. Berdasarkan analisis nilai tambah, bakso menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 26.500/kg dan nugget sebesar Rp 18.200/kg. Hal ini menunjukan bahwa bakso memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan nugget karena biaya produksi bakso lebih murah. Saran yang diberikan untuk peternak dan KOPNAKCI adalah 1) usaha ternak kelinci potong memberikan keuntungan yang lebih besar dan memperhatikan faktor penurunan produksi karena perubahan ini lebih sensitif. Langkah pencegahan dengan memperhatikan kebersihan kandang kelinci; 2) KOPNAKCI lebih sebaiknya membuat pakan konsentrat kualitas baik, khususnya pada usaha ternak kelinci potong; dan 3) unit usaha Dapur Kebita sebaiknya lebih banyak memproduksi karena memberikan nilai tambah yang lebih besar.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomics and Development Studies - Agribusinessid
dc.titleAnalisis Kelayakan Usaha Ternak Kelinci dan Nilai Tambah Olahan Daging Kelinci pada Koperasi Peternak Kelinci Bogorid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordFeasibility studiid
dc.subject.keywordRabbitid
dc.subject.keywordBreak even pointid
dc.subject.keywordValue addedid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record