Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmawan, Arya Hadi
dc.contributor.authorMediansyah, Sani Ramadhan
dc.date.accessioned2023-11-07T23:21:35Z
dc.date.available2023-11-07T23:21:35Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131071
dc.description.abstractIndustrialisasi di daerah hulu DAS Cikijing mengakibatkan pencemaran di daerah hilir. Pencemaran tersebut menyebabkan perubahan ekosistem lokal Perubahan ekosistem lokal menyebabkan perubahan pola pemanfaatan lahan pada tataran makro, meso, dan mikro. Pada tataran makro adanya pelanggaran baik secara pelaturan perundangan ataupun tata ruang. Hal ini dindikasikan adanya kerjasama antara pemilik modal dalam usahanya, sedangkan pemerintah untuk menaikan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD). Pada tataran meso, terjadinya pengkoversian lahan dari pertanian ke non-pertanian serta terganggunya ritme penanaman yang mengakibatkan petani berspekulatif dengan lingkungannya. Pada tataran mikro, pasca-pencemaran lingkungan menyebabkan perubahan pekerjaan atau pekerjaan ganda dikalangan petani, para petani berkurang pendapatannya aset lahan menurun (rendah). Perubahan pola pemanfaatan lahan direspon petani dengan melakukan beberapa tindakan preventif sehingga dampak bisa minimalisir. Respon tersebut di antaranya respon rumahtangga petani lingkungan fisik, sosial, politik, dan ekonomi. Respon-respon tersebut menakan sikap dan perlaku rumahtangga petani di Desa Bojongloa dalam merespon terhadap rusaknya lingkungan DAS Cikijing. Respon petani terhadap lingkungan fisiknya, mereka melakukan berbagai cara untuk tetap mempertahankan lahannya. Dalam bidang sosial dan politik, mereka melakukan aksi sosial serta jalan perjuangan yang dipilih untuk mendapatkan haknya. Terakhir, respon rumahtangga terhadap lingkungan ekonomi, mereka mensiasati bagaimana pembiayaan produksi agar tetap bisa bercocok tanam. Selain respon, di kalangan petani di Desa Bojongloa terjadi perubahan pola nafkah dari pertanian menjadi menjadi non-pertanian, yakni di bidang dagang dan jasa Seperti menjadi buruh, tukang becak, pedagang pasar, tukang ojek, dan sebagainya. Hal ini merupakan adaptasi petani untuk mempertahan kehidupan dalam lingkungan yang rusak akibat pencemaran DAS Cikijing. Pencemaran tersebut membuat pertanian petani tidak bisa diandalkan sebagai pola nafkah yang utama. pencemaran membuat petani sebagian kehilangan pendapatannya, seperti pada golongan I terjadi pertanian menurun 50,45 persen mereka mempunyai lahan tanah yang tidak tercemar, sehingga tetap dapat bertani setiap waktu. Sedangkan sebaliknya pada pendapatan non-farm meningkat 33,44 persen. golongan II berkurang sebesar 91,8 persen, sedangkan pendapatan non- farm golongan II meningkat sebesar 62,33. Golongan III menurun sebesar 74,7 persen, sedangkan pendapatan di luar pertanian meningkat sekitar 50,7 persen. Hal itu membuktikan bahwa mereka mempunyai srategi nafkah dengan pola nafkah yang ganda.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcCommunity Developmentid
dc.subject.ddcEcologyid
dc.titleAnalisis sosial-ekonomi dampak pencemaran lingkungan di DAS Cikijing: Studi kasus rumahtangga petani desa bojongloa, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordSocioeconomic analysisid
dc.subject.keywordEnvironmental Pollutionid
dc.subject.keywordDASid
dc.subject.keywordChange landid
dc.subject.keywordPeasant household strategyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record