Perbandingan Analisis Kelayakan Pengusahaan Pembesaran Ikan Bandeng dengan Udang Windu (Kasus di Desa Pusakajaya Utara Kabupaten Karawang)
Abstract
Kabupaten karawang merupakan kabupaten yang berada di sepanjang garis Pantai Utara (Pantura). Komoditas yang banyak di budidayakan adalah ikan bandeng dan udang windu. Pada awalnya Kabupaten Karawang merupakan sentra perikanan tambak khususnya ikan bandeng. Namun dikarenakan adanya air pasang yang terjadi pada saat itu, mengakibatkan masuknya benih udang alami ke dalam tambak, serta seiring dengan permintaan udang yang baik mengakibatkan usaha budidaya udang yang lebih diutamakan oleh para petambak. Pada kenyataannya budidaya udang windu memiliki banyak kendala salah satu diantaranya biaya produksi udang yang semakin mahal serta sifat dari udang yang lebih rentan terkena penyakit jika dibandingkan dengan ikan bandeng. Namun udang windu merupakan komoditas ekspor terbesar perikanan Indonesia. Sehingga tujuannya adalah (1) Menganalisis kelayakan budidaya ikan bandeng dan udang windu. (2) Menganalisis kelayakan finansial dari usaha ikan bandeng dan udang windu pengusahaan ikan bandeng. (3) Menganalisis sensitivitas dari usaha budidaya ikan bandeng dan udang windu akibat adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada usaha tersebut.
Waktu penelitian pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2011. Lokasi penelitian ini di Desa Pusakajaya Utara Kabupaten Karawang. Dimana keadaan lokasi tersebut berada di garis pantai utara, sehingga memiliki potensi khususnya perikanan tambak. Metode penarikan sampling menggunakan purposive sampling. Pengolahan data yang digunakan dengan menggunakan microsoft exel dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Kemudian perhitungan biaya dan manfaat yang diperoleh dari pengusahaan ikan bandeng disusun dalam bentuk cashflow
Hasil analisis finansial dari penelitian ini diperoleh NPV untuk ikan bandeng sebesar Rp 217.614.059 sedangkan Net B/C sebesar 1.36, IRR sebesar 24 persen serta waktu pengembalian modalnya selama 3 tahun. Sedangkan untuk pengusahaan udang windu diperoleh NPV sebesar Rp 375.874.550, Net B/C sebesar 4.00, IRR sebesar 51 persen dan payback period sebesar 2 tahun. Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa budidaya udang windulah yang memiliki kelayakan lebih baik jika di bandingkan dengan ikan bandeng. Variabel yang digunakan dalam analisis switching value adalah peningkatan harga produksi dan penurunan produksi hasil yang diperoleh dari analisis tersebut untuk ikan bandeng sebesar 43.66 persen dan untuk penurunan produksi sebesar 13.77 persen sedangkan untuk udang windu 10.79 persen dan 9.44 dari hasil tersebut tingkat sensitivitas udang windulah yang lebih besar jika dibandingkan dengan ikan bandeng. Sehingga dalam melakukan pembesaran udang windu para petambak harus lebih berhati-hati lagi dalam melaksanakan usaha tersebut.
Saran dari penelitian ini adalah untuk para petambak sebaiknya lebih berhemat dalam pengunaan pakan terutama untuk pakan udang windu, hal ini dikarenakan biaya pakan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya operasional lainnya disamping itu tingkat sensitifitas harga pakan udang windu lebih sensitif jika dibandingkan dengan harga pakan ikan bandeng. Kemudian mempertahankan serta melestarikan kawasan sekitar tambak dengan keberadaan pohon mangrove yang sangat berperan untuk mencegah adanya berbagai serangan penyakit terutama dalam pengusahaan udang windu yang lebih rentan terkena penyakit.
Collections
- UT - Agribusiness [4610]