Pengaruh penggunaan benih sertifikat terhadap efisiensi dan pendapatan usahatani padi pandan wangi
Abstract
Padi Pandan Wangi mempunyai keunggulan dari segi aroma, rasa dan
tekstur nasi pulen. Kekhasan yang dimiliki Pandan Wangi tersebut membuat beras
Pandan Wangi bergengsi dan diminati masyarakat menengah ke atas walaupun
harganya tinggi. Oleh karena itu, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan
padi Pandan Wangi sebagai komoditi unggul utama hasil pertanian disamping
tanaman palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Akan tetapi masih
banyak petani Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur yang menggunakan benih non
sertifikat daripada benih sertifikat yang diperoleh dari penangkar. Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat efisiensi teknis, alokatif dan
ekonomis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat dan benih non sertifikat di
Kabupaten Cianjur, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
usahatani padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur, dan (3) menghitung
pendapatan petani usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat dan benih non
sertifikat di Kabupaten Cianjur
Penelitian dilakukan di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
yang meliputi Desa Bunikasih, Bunisari dan Tegallega. Waktu pengambilan data
dilakukan dari mulai Bulan Maret hingga April 2008. Jumlah responden yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 40 orang petani Pandan Wangi
menggunakan stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan program
frontier 4.1
Fungsi produksi stochastic frontier yang dilakukan dengan dua tahap yaitu
tahapan dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Squares) dan tahapan kedua
dengan metode MLE (Maximum Likelihood). Penelitian ini terdiri dari tujuh
variabel independen penduga dalam fungsi produksi ini yaitu luas lahan (X1),
benih (X2), pupuk N (X3), pupuk P (X4), pupuk K (X5), obat cair (X6) dan tenaga
kerja (X7). Tahap pertama dengan metode OLS terdapat beberapa variabel dengan
koefisien bernilai negatif sehingga keberadaan koefisien negatif tersebut harus
dihindari. Selain itu, koefisien yang bernilai negatif menyebabkan penurunan
fungsi biaya dual tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu dicari fungsi produksi
yang semua koefisien variabel independennya bernilai positif sehingga variabel
yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi bagi petani benih sertifikat yaitu
hanya pupuk P. Sementara, hanya variabel tenaga kerja yang berpengaruh nyata
bagi petani benih non sertifikat.
Hasil analisis fungsi produksi dan efisiensi menunjukkan bahwa baik
usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat maupun non sertifikat telah efisien
secara teknis. Hal ini tercermin dari rata-rata nilai efisiensi teknis usahatani padi
Pandan Wangi benih sertifikat dan non sertifikat maisng-masing sebesar yaitu
0,967 dan 0,713. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi
teknis usahatani padi Pandan Wangi meliputi usia, pendidikan formal,
pengalaman, umur bibit dan dummy status usahatani serta dummy pendidikan non
formal. Faktor dummy pendidikan non formal saja yang berpengaruh nyata bagi
usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat. Sementara itu, tidak ada faktor
yang nyata berpengaruh bagi usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat. Hal
ini dikarenakan tingkat efisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi benih
sertifikat yang sudah sangat tinggi yakni sebesar 0,967 sehingga nilai inefisiensi
teknis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat hanya sebesar 0,033 (1-
0,967). Oleh karena itu tidak ditemukan faktor yang berpengaruh nyata terhadap
inefisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat. Berbeda halnya
dengan usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat dimana nilai inefisiensi
teknis sebesar 0,287 (1-0,713). Namun, meskipun usahatani padi Pandan Wangi
benih sertifikat telah mampu mencapai efisiensi teknis yang tinggi, namun
memiliki tingkat efisiensi alokatif yang rendah. Salah satu penyebab inefisiensi
alokatif adalah karena tidak ada perbedaan harga jual antara padi Pandan Wangi
yang menggunakan benih sertifikat maupun padi Pandan Wangi yang
menggunakan benih non sertifikat yakni sekitar Rp 2.800,00-Rp 2.900,00.
Sementara itu, harga benih padi Pandan Wangi sertifikat lebih mahal jika
dibandingkan harga benih padi Pandan Wangi non sertifikat yakni sebesar Rp
7.000,00-Rp 8.000,00. Tidak adanya insentif dan penghargaan bagi para petani
yang menggunakan benih sertifikat inilah yang mengakibatkan petani lebih
memilih menggunakan benih non sertifikat daripada benih sertifikat. Selain
karena harganya mahal, benih sertifikat juga belum mampu meningkatkan
efisiensi alokatif (keuntungan maksimum).
Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai
dan biaya total usahatani padi Pandan Wangi baik benih sertifikat maupun benih
non sertifikat pada MT II mengalami peningkatan jika dibandingkan pada saat MT
I. Dengan demikian pendapatan atas biaya tunai dan biaya total MT II lebih besar
daripada pendapatan atas biaya tunai dan biaya total MT I. Bahkan nilai R/C rasio
atas biaya tunai usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat MT II lebih
besar dibandingkan R/C rasio yang lain yakni sebesar 7,54. Hal ini dikarenakan
komponen biaya tunai terbesar berasal dari biaya benih dan benih yang digunakan
merupakan benih non sertifikat sehingga harganya lebih murah dibandingkan
benih sertifikat. Hal inilah yang mengakibatkan petani lebih memilih benih non
sertifikat dibandingkan benih sertifikat.
Collections
- UT - Agribusiness [4770]
