Pengujian Viabilitas Benih selama Periode Konservasi Benih dan Upaya Pematahan Dormansi untuk Mempercepat Pengecambahan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guilleensis Jacq.)
View/ Open
Date
2005Author
Widiastuti, Alfin
Haryani, Novie
Palupi, Endah Retno
Palupi, Endah Retno
Metadata
Show full item recordAbstract
Percobaan ini dilakukan untuk menjajaki kemungkinan penggunaan
metode uji cepat viabilitas dalam mengevaluasi viabilitas benih kelapa sawit,
mengetahui pengaruh periode konservasi terhadap penurunan viabilitas benih dan
mencari perlakuan pematahan dormansi yang efektif pada benih kelapa sawit yang
dilaksanakan di Kebun Benih PT Dami Mas Sejahtera, PT .SMART Tbk. Riau
pada bulan Februari - September 2004.
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1 tentang pengaruh
periode konservasi terhadap viabilitas benih kelapa sawit yang menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yaitu konservasi 0, 1, 2, 3, dan 4 bulan
dengan tolok ukur pengamatan kadar air (KA) dan benih viable (BV) dari uji TTZ
dan uji pemisahan embrio. Percobaan II tentang perlakuan pematahan dormansi
benil\ yang terdiri atas dua percobaan. Percobaan Ila adalah percobaan satu faktor
dengan perlakuan: 1) stratifikasi suhu tinggi selama 60 hari, 2) perendaman
H2 SO4 20 N, 10 rnenit, 3) H2SO4 20 N, 20 menit, 4) H2SO4 20 N, 30 menit,
5) perendaman H2O2 1 %, 24 jam, 6) H2O2 1 %, 48 jam, 7) H2O2 1 %, 72 jam,
8) perendaman-pengeringan 2 minggu. Perlakuan tersebut memberikan hasil yang
kurang memuaskan sehingga dilakukan percobaan lanjutan (percobaan IIb).
Perlakuan pada percobaan Ilb terdiri atas 19 taraf perlakuan pematahan dormansi
yaitu 1) stratifikasi suhu tinggi selama 60 hari sebagai kontrol, 2) perendaman
H2SO4 1 N, 10 menit, 3) H2SO4 1 N, 15 menit, 4) H2SO4 3 N, 10 menit, 5) H2SO4
3 N, 15 menit, 6) H2SO4 6 N, 10 menit, 7) H2SO4 6 N, 15 menit, 8) H2SO4 9 N, 10
menit, 9) H2SO4 9 N, 15 menit, 10) perendaman H2O2 3 %, 24 jam, 11) H2O2 3 %,
48 jam, 12) H2O2 9 %, 24 jam, 13) H2O2 9 %, 48 jam, 14) H2O2 18 %, 24 jam,
15) H2O2 18 %, 48 jam, 16) H2O2 27 %, 24 jam, 17) H2O2 27 %, 48 jam,
18) perendaman-pengeringan 3 minggu, dan 19) perendaman-pengeringan 4
minggu. Rancangan yang digunakan adalah RAL dengan tolok ukur yang diamati
adalah DB, PTM, BKKN dan KeT.
Penentuan viabilitas pada percobaan I dilakukan dengan mengamati pola
pewarnaan yang terjadi pada embrio dengan uji TTZ. Dari uji TTZ diperoleh 30
pola pewamaan selama periode konservasi, 10 pola diantaranya dikategorikan
sebagai benih viabel, sedangkan 20 pola lainnya dikategorikan sebagai benih nonviabel.
Selama periode konservasi terjadi penurunan viabilitas. Untuk
mempertahankan benih viabel ≥ 90 % maka konservasi sebaiknya dilakukan
selama 2 - 11 minggu. Pengujian dengan pemisahan embrio memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap persentase BV. Nilai persentase BV yang rendah
disebabkan oleh kontaminasi selama pengecambahan.
Perlakuan pada percobaan IIa belum mampu rnematahkan dormansi benih
kelapa sawit sebagaimana ditunjukkan dari nilai daya berkecambah yang rendah
bahkan perlakuan H2SO4 20 N menyebabkan semua benih mati. Perlakuan
perendaman H2 02 dengan konsentrasi 1 % tidak menghasilkan perkecambahan.
Untuk itu diberi perlakuan lanjutan, yaitu stratifikasi suhu tinggi. Perkecambahan
tertinggi dari kombinasi kedua perlakuan dihasilkan oleh perendaman H2O2 1 %
selama 48 jam diikuti dengan stratifikasi selama 60 hari. Perlakuan stratifi.kasi
suhu tinggi 60 hari merupakan perlakuan yang biasa dilakukan untuk pematahan
dormansi.
Percobaan IIb menunjukkan bahwa perlakuan stratifikasi suhu tinggi 60
hari yang merupakan kontrol menghasilkan DB (55.5 %), PTM (86.5 %); BKKN
(1.21 gr) dan Kc-r (3.30 %KN/etmal) tertinggi. Perlakuan perendaman dengan
larutan asam sulfat (H2 S04), hydrogen peroksida (H2O2) dan perendamanpengeringan
tidak efektif untuk mematahkan dormansi.
Dari percobaan I diperoleh 30 pola pewarnaan untuk mengevaluasi
viabilitas benih. Sepuluh pola pewarnaan dikategorikan sebagai indikator benih
viabel. Sedangkan 20 pola pewarnaan dikategorikan sebagai indikator benih non viabel. Periode konservasi sebaiknya dilakukan antara 2 - 11 minggu untuk
mendapatkan benih viabel ≥90 %. Pada percobaan II perlakuan pematahan
dormansi yang efektif adalah perlakuan stratifikasi pada suhu 39 - 40 °C selama
60 hari.