Show simple item record

dc.contributor.advisorZain, Alinda F.M.
dc.contributor.authorMaulana, Akhmad Sarip
dc.date.accessioned2023-11-01T07:33:41Z
dc.date.available2023-11-01T07:33:41Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129745
dc.description.abstractPenelitian ini dilatarbelakangi pada perrnasalahan perubahan lanskap yang dapat dilihat dari sisi perubahan penggunaan dan penutupan Iahan. Kawasan perkotaan merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang berkembang pesat saat ini. Perkembangan kawasan perkotaan dan semakin terpusatnya kepadatan penduduk di perkotaan merupakan masalah yang sedang dihadapi Kawasan Puncak-Cianjur, Jawa Barat. Posisi yang strategis menghubungkan Kota Jakarta dengan Kota Bandung menjadikan kawasan ini mengalami perkembangan yang pesat. Keputusan Presiden No 114 tahun 1999 menetapkan Kawasan Puncak Cianjur sebagai konservasi air dan tanah serta menjadi penyangga bagi kawasan hilir (Jabodetabek). Pembangunan yang tidak terkendali akan mengancam fungsi kawasan dan dapat menimbulkan bahaya berupa banjir pada kawasan hilir. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan dan penutupan lahan, perkembangan kawasan perkotaan dan faktor pendorong perkembangan perkotaan Kawasan Puncak-Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan di. Kawasan Puncak-Cianjur, Propinsi Jawa Barat pada bulan Februari 2004 sampai Oktober 2004. Lokasi penelitian mencakup Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung di Kabupaten Bogor dan Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Cugenang di Kabupaten Cianjur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dan analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Survey dilakukan untuk melihat kondisi kawasan penelitian yang sebenarnya serta mencari titik koordinat penutupan lahan yang akan digunakan dalam analisis spasial. Data yang digunakan dalam analisis spasial yaitu citra Landsat tahun 1972, 1991 dan 2000 serta bantuan peta penggunaan dan penutupan lahan dalam bentuk dijital. Penggunaan citra berkala dilakukan untuk melihat perubahan penggunaan dan penutupan lahan serta perkembangan kawasan perkotaan secara spasial. Basil penelitian menunjukan bahwa penggunaan dan penutupan lahan di Kawasan Puncak-Cianjur secara umum dikelompokan menjadi kawasan hutan dan kawasan budidaya. Kawasan hutan diantaranya adalah hutan lindung, hutan pemerintah dan hutan rakyat. Kawasan budidaya terdiri atas budidaya pertanian berupa perkebunan, kebun campuran/ladang/tegalan dan sawah, dan budidaya nonpertanian berupa permukiman, industri dan pariwisata. Penutupan lahan didominasi oleh vegetasi dengan kelas penggunaan lahan berupa kawasan pertanian, perkebunan, dan kebun campuran/ladang/te·galan. Kelas penggunaan lahan yang dominan adalah kawasan kebun campuran/ladang/tegalan. Dominasi penutupan lahan berupa vegetasi menunjukan bahwa kondisi lingkungan pegunungan dengan ketinggian antara 300 sampai 1480 meter dpl dan curah hujan rata-rata 1000 mm per tahun masih mempengaruhi pola penggunaan lahan. Hasil analisis spasial menunjukan bahwa penggunaan dan penutupan lahan berupa hutan dan perkebunan (teh) terlihat dominan di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Pacet. Kelas penggunaan lahan untuk sawah berada di daerah dengan topografi relatif tidak berbukit, di kaki gunung atau dekat sungai seperti di Kecamatan Ciawi, Sukaresmi dan Cugenang. Kebun campuran/ladang/tegalan tersebar di semua kawasan dan umumnya berada di sekitar pedesaan. Kawasan terbangun perkotaan dan pedesaan terlihat membentuk koridor di sepanjag jalan kolektor primer dan tersebar sporadis di semua kawasan. Kawasan Puncak-Cianjur telah mengalami perubahan penggunaan lahan yang dapat dilihat dari hasil klasifikasi citra tahun 1972, 1991 dan tahun 2000. Penggunaan lahan untuk pertanian dan lahan terbangun permukiman perkotaan merupakan yang paling dinamis mengalami perubahan. Kebun campuran/ladang/tegalan mengalami penurunan, yaitu dari 48% pada tahun 1972 menjadi 47% pada tahun 1991 dan terus menurun menjadi 29% pada tahun 2000. Sedangkan, kawasan terbangun perkotaan mengalami peningkatan dari 6% pada tahun 1972 menjadi 12% pada tahun 1991 dan meningkat menjadi 24% pada tahun 2000. Perubahan penggunaan lahan pertanian terjadi pada umumnya adalah disebabkan oleh pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Perkembangan kawasan perkotaan merupakan dampak yang bisa dilihat langsung sebagai akibat kemajuan proses pembangunan di Kawasan PuncakCianjur. Pola perkembangan kawasan perkotaan secara umum terdiri atas pola pinggiran kota utama (fringe area), pola koridor atau sumbu utama dan pola kegiatan lokal. Seperti yang telah diperkirakan, kawasan perkotaan terlihat dominan membentuk koridor di sepanjang jalan kolektor primer Ciawi-PuncakCianjur. Kota Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Pacet adalah kawasan perkotaan yang mengalami pola perkembangan koridor. Kota Kecamatan Ciawi selain berada di sumbu utama juga berada di pinggir Kotamadya Bogor sehingga membentuk pola pinggiran kota utama. Kota kecamatan yang berada jauh dari jalan utama kurang berkembang dengan pesat tetapi menjadi pusat kegiatan lokal bagi desa-desa disekitarnya. Kota-kota yang memiliki pola kegiatan lokal adalah Kota Kecamatan Megamendung dan Sukaresmi. Perkembangan kawasan perkotaan di Kawasan Puncak-Cianjur di antaranya disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, kondisi fisik alami dan buatan, kegiatan ekonomi dan kebijakan. Pertambahan jumlah penduduk dan semakin terpusatnya kepadatan penduduk di perkotaan menyebabkan kebutuhan ruang hidup semakin tinggi seperti untuk tempat tinggal dan bekerja. Lanskap pegunungan yang indah dan ditunjang oleh sumber daya buatan berupa akses jalan dan akomodasi menjadi daya tarik industri pariwisata dalam mendorong perkembangan Kawasan Puncak-Cianjur yang terpusat di perkotaan. Kegiatan ekonomi yang ditopang oleh sektor pertanian dan pariwisata serta lemahnya kebijakan yang telah ditetapkan dalam mengendalikan pembangunan yang terjadi semakin membuat perkembangan kawasan perkotaan tidak terkendali. Perkembangan kawasan perkotaan telah mengkonversi lahan pertanian di sekitarnya menjadi lahan terbangun. Hasil regresi sederhana dengan variabel tunggal kawasan terbangun perkotaan pada grafik perkembangan kawasan diperoleh persamaan Y=8,95x -4,22 (Y= persentase lahan terbangun, x= tahun). Bila diasumsikan perkembangan kawasan terbangun, tennasuk perkotaan, tidak terkendali seperti saat ini dan faktor-faktor pendorong lainnya dianggap statis, mak:a diperkirakan dalam waktu sekitar 12 tahun Kawasan Puncak-Cianjur tidak akan memiliki ruang terbuka hijau. Penurunan ruang terbuka hijau menurunkan daya resapan air hujan oleh tanah serta akan menyebabkan aliran air permukaan menjadi lebih cepat. Bila tidak segera dikendalikan maka akan menyebabkan bencana di kawasan hilir (Jabodetabek) seperti bahaya banjir.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSistem informasi geografiid
dc.subject.ddcPenginderaan jauhid
dc.titleAplikasi Sistem lnformasi Geografi dan Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Perkembangan Kawasan Perkotaan (Studi Kasus di Kawasan Puncak-Cianjur, Jawa Barat)id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record