Aplikasi Sistem lnformasi Geografi dan Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Perkembangan Kawasan Perkotaan (Studi Kasus di Kawasan Puncak-Cianjur, Jawa Barat)
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi pada perrnasalahan perubahan lanskap yang
dapat dilihat dari sisi perubahan penggunaan dan penutupan Iahan. Kawasan
perkotaan merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang berkembang pesat
saat ini. Perkembangan kawasan perkotaan dan semakin terpusatnya kepadatan
penduduk di perkotaan merupakan masalah yang sedang dihadapi Kawasan
Puncak-Cianjur, Jawa Barat. Posisi yang strategis menghubungkan Kota Jakarta
dengan Kota Bandung menjadikan kawasan ini mengalami perkembangan yang
pesat. Keputusan Presiden No 114 tahun 1999 menetapkan Kawasan Puncak Cianjur
sebagai konservasi air dan tanah serta menjadi penyangga bagi kawasan
hilir (Jabodetabek). Pembangunan yang tidak terkendali akan mengancam fungsi
kawasan dan dapat menimbulkan bahaya berupa banjir pada kawasan hilir.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan
penggunaan dan penutupan lahan, perkembangan kawasan perkotaan dan faktor
pendorong perkembangan perkotaan Kawasan Puncak-Cianjur. Penelitian ini
dilaksanakan di. Kawasan Puncak-Cianjur, Propinsi Jawa Barat pada bulan
Februari 2004 sampai Oktober 2004. Lokasi penelitian mencakup Kecamatan
Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung di Kabupaten Bogor dan
Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Cugenang di Kabupaten
Cianjur.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dan analisis
spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Survey dilakukan
untuk melihat kondisi kawasan penelitian yang sebenarnya serta mencari titik
koordinat penutupan lahan yang akan digunakan dalam analisis spasial. Data
yang digunakan dalam analisis spasial yaitu citra Landsat tahun 1972, 1991 dan
2000 serta bantuan peta penggunaan dan penutupan lahan dalam bentuk dijital.
Penggunaan citra berkala dilakukan untuk melihat perubahan penggunaan dan
penutupan lahan serta perkembangan kawasan perkotaan secara spasial.
Basil penelitian menunjukan bahwa penggunaan dan penutupan lahan di
Kawasan Puncak-Cianjur secara umum dikelompokan menjadi kawasan hutan dan
kawasan budidaya. Kawasan hutan diantaranya adalah hutan lindung, hutan
pemerintah dan hutan rakyat. Kawasan budidaya terdiri atas budidaya pertanian
berupa perkebunan, kebun campuran/ladang/tegalan dan sawah, dan budidaya
nonpertanian berupa permukiman, industri dan pariwisata. Penutupan lahan
didominasi oleh vegetasi dengan kelas penggunaan lahan berupa kawasan
pertanian, perkebunan, dan kebun campuran/ladang/te·galan. Kelas penggunaan
lahan yang dominan adalah kawasan kebun campuran/ladang/tegalan. Dominasi
penutupan lahan berupa vegetasi menunjukan bahwa kondisi lingkungan
pegunungan dengan ketinggian antara 300 sampai 1480 meter dpl dan curah hujan
rata-rata 1000 mm per tahun masih mempengaruhi pola penggunaan lahan.
Hasil analisis spasial menunjukan bahwa penggunaan dan penutupan lahan
berupa hutan dan perkebunan (teh) terlihat dominan di Kecamatan Cisarua dan
Kecamatan Pacet. Kelas penggunaan lahan untuk sawah berada di daerah dengan
topografi relatif tidak berbukit, di kaki gunung atau dekat sungai seperti di
Kecamatan Ciawi, Sukaresmi dan Cugenang. Kebun campuran/ladang/tegalan
tersebar di semua kawasan dan umumnya berada di sekitar pedesaan. Kawasan
terbangun perkotaan dan pedesaan terlihat membentuk koridor di sepanjag jalan
kolektor primer dan tersebar sporadis di semua kawasan.
Kawasan Puncak-Cianjur telah mengalami perubahan penggunaan lahan
yang dapat dilihat dari hasil klasifikasi citra tahun 1972, 1991 dan tahun 2000.
Penggunaan lahan untuk pertanian dan lahan terbangun permukiman perkotaan
merupakan yang paling dinamis mengalami perubahan. Kebun
campuran/ladang/tegalan mengalami penurunan, yaitu dari 48% pada tahun 1972
menjadi 47% pada tahun 1991 dan terus menurun menjadi 29% pada tahun 2000.
Sedangkan, kawasan terbangun perkotaan mengalami peningkatan dari 6% pada
tahun 1972 menjadi 12% pada tahun 1991 dan meningkat menjadi 24% pada
tahun 2000. Perubahan penggunaan lahan pertanian terjadi pada umumnya adalah
disebabkan oleh pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun.
Perkembangan kawasan perkotaan merupakan dampak yang bisa dilihat
langsung sebagai akibat kemajuan proses pembangunan di Kawasan PuncakCianjur.
Pola perkembangan kawasan perkotaan secara umum terdiri atas pola
pinggiran kota utama (fringe area), pola koridor atau sumbu utama dan pola
kegiatan lokal. Seperti yang telah diperkirakan, kawasan perkotaan terlihat
dominan membentuk koridor di sepanjang jalan kolektor primer Ciawi-PuncakCianjur.
Kota Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Pacet adalah kawasan perkotaan
yang mengalami pola perkembangan koridor. Kota Kecamatan Ciawi selain
berada di sumbu utama juga berada di pinggir Kotamadya Bogor sehingga
membentuk pola pinggiran kota utama. Kota kecamatan yang berada jauh dari
jalan utama kurang berkembang dengan pesat tetapi menjadi pusat kegiatan lokal
bagi desa-desa disekitarnya. Kota-kota yang memiliki pola kegiatan lokal adalah
Kota Kecamatan Megamendung dan Sukaresmi.
Perkembangan kawasan perkotaan di Kawasan Puncak-Cianjur di
antaranya disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, kondisi fisik alami
dan buatan, kegiatan ekonomi dan kebijakan. Pertambahan jumlah penduduk dan
semakin terpusatnya kepadatan penduduk di perkotaan menyebabkan kebutuhan
ruang hidup semakin tinggi seperti untuk tempat tinggal dan bekerja. Lanskap
pegunungan yang indah dan ditunjang oleh sumber daya buatan berupa akses
jalan dan akomodasi menjadi daya tarik industri pariwisata dalam mendorong
perkembangan Kawasan Puncak-Cianjur yang terpusat di perkotaan. Kegiatan
ekonomi yang ditopang oleh sektor pertanian dan pariwisata serta lemahnya
kebijakan yang telah ditetapkan dalam mengendalikan pembangunan yang terjadi
semakin membuat perkembangan kawasan perkotaan tidak terkendali.
Perkembangan kawasan perkotaan telah mengkonversi lahan pertanian di
sekitarnya menjadi lahan terbangun. Hasil regresi sederhana dengan variabel
tunggal kawasan terbangun perkotaan pada grafik perkembangan kawasan
diperoleh persamaan Y=8,95x -4,22 (Y= persentase lahan terbangun, x= tahun).
Bila diasumsikan perkembangan kawasan terbangun, tennasuk perkotaan, tidak
terkendali seperti saat ini dan faktor-faktor pendorong lainnya dianggap statis,
mak:a diperkirakan dalam waktu sekitar 12 tahun Kawasan Puncak-Cianjur tidak
akan memiliki ruang terbuka hijau. Penurunan ruang terbuka hijau menurunkan
daya resapan air hujan oleh tanah serta akan menyebabkan aliran air permukaan
menjadi lebih cepat. Bila tidak segera dikendalikan maka akan menyebabkan
bencana di kawasan hilir (Jabodetabek) seperti bahaya banjir.